Dinamika Vegetasi Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

4.4 Dinamika Vegetasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Gunung Sibuatan, efek tepi perkebunan rakyat telah mempengaruhi kondisi vegetasi yang ada di kawasan hutan seperti pada Tabel 4.56 berikut. Tabel 4.56 Dinamika Vegetasi yang Dipengaruhi oleh Efek Tepi Perkebunan Rakyat Area Indeks Nilai Penting Vegetasi Tertinggi Pohon Tiang Pancang Semai Tumbuhan Bawah I Fagaceae Moraceae Proteaceae Myrtaceae Selaginellaceae II Guttiferae Fagaceae Sapindaceae Guttiferae Araceae III Fagaceae Moraceae Olacaceae Crypteroniacaee Poaceae IV Fagaceae Moraceae Dipterocarpaceae Guttiferae Poaceae V Fagaceae Anacardiaceae Fagaceae Myrtaceae Selaginellaceae VI Fagaceae Lauraceae Rosaceae Myrtaceae Araceae VII Fagaceae Fagaceae Fagaceae Myrtaceae Araceae VIII Fagaceae Fagaceae Fagaceae Fagaceae Selaginellaceae IX Fagaceae Fagaceae Fagaceae Fagaceae Selaginellaceae X Fagaceae Fagaceae Fagaceae Fagaceae Selaginellaceae Dari Tabel 4.56 dapat diketahui indeks nilai penting INP vegetasi pada tingkat pohon didominasi oleh famili Fagaceae di sembilan area vegetasi, sedangkan satu area lainnya didominasi famili Guttiferae Lampiran 9. Hal ini memperlihatkan Fagaceae memiliki pertumbuhan dan adaptasi lebih tinggi dari famili lainnya. Menurut Kimmins 1987, variasi komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan kemampuan adaptasi dari setiap spesies tumbuhan serta gangguan dari aktivitas manusia di sekitar kawasan tersebut sehingga kemungkinan terdapat perbedaan komposisi di suatu kawasan tetap dapat terjadi. Pada tingkat tiang didominasi oleh famili Fagaceae di empat area vegetasi, diikuti oleh famili Moraceae yang mendominasi tiga area vegetasi. Pada area ini terdapat juga famili lain yaitu Anacardiaceae, Lauraceae dan yang masing-masing mendominasi satu area Lampiran 9. Dominasi famili yang sangat variatif pada setiap area memperlihatkan adanya perbedaan kondisi Universitas Sumatera Utara vegetasi yang signifikan antara tingkat pohon dan tiang, hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan juga kegiatan masyarakat yang melakukan tebang pilih di kawasan hutan. Menurut Veblen 1992, Hutan sekunder dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk hutan yang mengalami perubahan bentuk tegakan yang disebabkan oleh gangguan, baik alami ataupun gangguan dari manusia. Bentuk tegakan dan vegetasi yang tumbuh alami setelah adanya gangguan perlu untuk diketahui. Pada tingkat pancang didominasi oleh famili Fagaceae pada lima area vegetasi, sedangkan famili lainnya antara lain Dipterocarpaceae, Olacaceae, Proteaceae, Rosaceae dan Sapindaceae masing-masing menempati satu area vegetasi Lampiran 9. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta toleransi tumbuhan terhadap faktor lingkungan itu sendiri. Menurut Rososoedarmo et al., 1989, karakteristik dari hutan hujan tropis adalah mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi dan hanya jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat yang sangat ekstrim seperti, tempat terbuka, cahaya matahari penuh. Pada tingkat semai didominasi oleh famili Myrtaceae pada empat area vegetasi, Fagaceae di tiga area, Guttiferae di dua area dan Crypteroniaceae pada satu area vegetasi Lampiran 9. Dominasi famili yang sangat variatif pada setiap area dipengaruhi oleh kemampuan tumbuhan untuk tumbuh dan berkompetisi dalam persaingan unsur hara serta faktor lingkungan lainnya. Menurut Krebs 1985 menyatakan hutan pegunungan sangat dipengaruhi oleh suhu, selanjutnya keadaaan hutan tersebut juga dipengaruhi oleh batuan yang menyusun lapisan tanah dimana kebanyakan lapisan tanah pegunungan merupakan turunan dari batuan vulkanik yang sangat asam dan kurang akan posfor dan nitrogen. Pada tingkat tumbuhan bawah didominasi oleh famili Selaginellaceae di lima area vegetasi, Araceae di tiga area dan Poaceae di dua area vegetasi Lampiran 9. Ketersediaan cahaya sangat mempengaruhi vegetasi tumbuhan bawah dikarenakan naungan dari tumbuhan diatasnya membatasi intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan. Menurut Gusmalyna 1983 pada komunitas hutan hujan, peneterasi cahaya yang sampai pada lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan terhalangnya cahaya yang masuk kedasar hutan oleh Universitas Sumatera Utara lapisan tajuk pohon disekitarnya. Ini menyebabkan tumbuhan bawah pengisi lantai hutan kurang mendapat sinar, sedangkan sinar matahari sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan. Secara keseluruhan, jika dibandingkan antara setiap tingkat pertumbuhan indeks nilai penting INP vegetasi tertinggi pada setiap area sangat berbeda. Hal ini dapat terlihat pada area I sampai dengan area VII dimana famili yang mendominasi pada setiap tingkat pertumbuhan sangat bervariasi. Sedangkan mulai area VIII sampai dengan area X didominasi oleh famili yang seragam dan relatif stabil dimana pada tingkatan pohon sampai semai didominasi oleh famili Fagaceae dan tingkat tumbuhan bawah didominasi oleh famili Selaginellaceae. Menurut Daniel et al., 1992, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lainnya dan juga oleh zat-zat organik yang tersedia, kelembaban dan sinar matahari. Selain kondisi lingkungan, jenis tumbuhan menjadi dominan juga dipengaruhi oleh penyebaran organ generatif buah dan biji dari organisme tersebut, buah dari tumbuhan tersebut dibawa oleh angin. Menurut Fardila dan Sutomo 2011 meskipun variabel vegetasi pohon memperlihatkan kecenderungan perubahan gradual seiring dengan pertambahan jarak dari tepi ke interior hutan, namun nilai nya bervariasi di sepanjang transek. Hal ini menunjukkan adanya variabilitas titik-titik sampel dalam pola vegetasi. Berdasarkan hasil diatas, dapat diketahui efek tepi perkebunan rakyat mempengaruhi dinamika vegetasi sejauh 140 meter Area I-VII dari tepi hutan. Sedangkan pada jarak 140 sampai dengan 200 meter Area VII-X vegetasi mulai stabil dan mengindikasikan hilangnya pengaruh efek tepi perkebunan rakyat. Dinamika vegetasi di kawasan hutan Gunung Sibuatan juga dipengaruhi oleh kegiatan masyarakat dalam mengeksploitasi tumbuhan terutama pohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fardila dan Sutomo 2011 pola vegetasi hutan di Bukit Pohen cenderung tidak dikontrol efek tepi, namun lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti adanya gangguan dan kegiatan penanaman. Universitas Sumatera Utara

4.5 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E

Dokumen yang terkait

Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Potensi Karbon Tersimpan di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kecamatan Merek Kabupaten Karo

1 37 89

Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Potensi Karbon Tersimpan di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kecamatan Merek Kabupaten Karo

0 18 89

Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Potensi Karbon Tersimpan di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kecamatan Merek Kabupaten Karo

0 0 12

Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Potensi Karbon Tersimpan di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kecamatan Merek Kabupaten Karo

0 0 2

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 2

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 2

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 5

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 4

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 2 70

STUDI EFEK TEPI PERKEBUNAN RAKYAT TERHADAP STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DI KAWASAN HUTAN GUNUNG SIBUATAN KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains NATANAIL JAWAK

0 0 14