Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E

4.5 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E

Nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman vegetasi tumbuhan bawah dari kawasan hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo tertera pada Tabel 4.57 berikut ini Tabel 4.57 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Tingkat Tumbuhan Bawah Area H, E I 0.83 0.30 II 1.85 0.52 III 1.57 0.44 IV 1.34 0.39 V 0.81 0.24 VI 0.90 0.27 VII 0.91 0.23 VIII 0.33 0.10 IX 0.59 0.16 X 0.41 0.13 Dari Tabel 4.57 dapat diketahui bahwa area II memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi sebesar 1,85 dan area VIII memiliki nilai indeks keanekaragaman terendah dengan nilai sebesar 0,33. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman tersebut termasuk dalam kategori rendah. Menurut Ariyati et al., 2007, nilai indeks keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa terdapat tekanan ekologi tinggi, baik yang berasal dari faktor biotik persaingan antar individu tumbuhan untuk setiap tingkatan atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang tinggi tersebut menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat bertahan hidup di suatu lingkungan . Dari Tabel 4.57 dapat diketahui bahwa area II memiliki nilai indeks keseragaman tertinggi sebesar 0,52 dan area VIII memiliki nilai indeks keseragaman terendah dengan nilai sebesar 0,10. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keseragaman tersebut termasuk dalam kategori rendah. Nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman vegetasi semai dari kawasan hutan Gunung Sibuatan tertera pada Tabel 4.60 berikut ini. Tabel 4.58 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Tingkat Semai Area H’ E I 2.43 0.90 II 2.03 0.88 Universitas Sumatera Utara Area H’ E III 1.74 0.79 IV 2.24 0.85 V 2.04 0.93 VI 1.89 0.82 VII 2.43 0.88 VIII 2.11 0.80 IX 2.24 0.85 X 2.03 0.79 Dari Tabel 4.58 dapat diketahui bahwa area I dan VII memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi sebesar 2,43 dan area III memiliki nilai indeks keanekaragaman terendah dengan nilai sebesar 1,74. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman tersebut termasuk dalam kategori rendah. Menurut Indriyanto 2006, keanekaragaman juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya. Keanekaragaman yang tinggi memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi. Dari Tabel 4.58 dapat diketahui bahwa area I memiliki nilai indeks keseragaman tertinggi yang sama sebesar 0,90, area III dan X memiliki nilai indeks keseragaman terendah dengan nilai sebesar 0,79. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keseragaman tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman vegetasi pancang dari kawasan hutan Gunung Sibuatan tertera pada Tabel 4.59 berikut ini. Tabel 4.59 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Tingkat Pancang Area H’ E I 1.33 0.83 II 1.33 0.74 III 2.10 0.76 IV 2.42 0.12 V 2.35 0.92 VI 2.21 0.74 VII 2.31 0.74 VIII 2.13 0.67 IX 2.29 0.71 X 1.87 0.62 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.59 dapat diketahui bahwa area IV memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi sebesar 2,42, area I dan II memiliki nilai indeks keanekaragaman terendah dengan nilai sebesar 1,33. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman tersebut termasuk dalam kategori rendah. Dari Tabel 4.59 dapat diketahui bahwa area V memiliki nilai indeks keseragaman tertinggi sebesar 0,92 dan area IV memiliki nilai indeks keseragaman terendah dengan nilai sebesar 0,12. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keseragaman tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Menurut Putri Allo 2009, nilai indeks keseragaman E tergolong rendah menunjukkan bahwa pada populasi vegetasi yang tumbuh dilokasi penelitian tersebut distribusi kelimpahannya relatif tersebar secara tidak seragam dan terdapat jenis yang jumlah individu dalam populasinya lebih banyak dibanding jenis lainnya. Nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman vegetasi tiang dari kawasan hutan Gunung Sibuatan tertera pada Tabel 4.60 berikut ini. Tabel 4.60 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Tingkat Tiang Area H’ E I 1.75 0.90 II 1.97 0.82 III 1.89 0.82 IV 2.20 1.00 V 2.20 1.00 VI 2.54 0.96 VII 2.15 0.89 VIII 1.74 0.79 IX 2.64 1.00 X 2.46 0.96 Dari Tabel 4.60 dapat diketahui bahwa area IX memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi sebesar 2,64 dan area VIII memiliki nilai indeks keanekaragaman terendah dengan nilai sebesar 1,74. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman tersebut termasuk dalam kategori rendah. Dari Tabel 4.60 dapat diketahui bahwa area IV,V,IX memiliki nilai indeks keseragaman tertinggi yang sama sebesar 1 dan area VIII memiliki nilai indeks keseragaman terendah dengan nilai sebesar 0,79. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keseragaman tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Universitas Sumatera Utara Menurut Mason 1980, banyak hal yang mempengaruhi tingkat keanekaragaman maupun keseragaman suatu tegakan hutan. Selain faktor lingkungan, penyebaran tumbuhan di suatu kawasan juga sangat mempengaruhi nilai ini. Sehingga tidak jarang juga ditemukan daerah dengan tingkat keanekaragaman dan keseragaman yang tinggi. Nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman vegetasi pohon dari kawasan hutan Gunung Sibuatan tertera pada Tabel 4.61 berikut ini. Tabel 4.61 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Tingkat Pohon Area H’ E I 2.38 0.78 II 1.70 0.68 III 2.40 0.79 IV 2.17 0.75 V 2.69 0.76 VI 2.28 0.66 VII 2.86 0.75 VIII 2.81 0.80 IX 2.74 0.73 X 2.84 0.78 Dari Tabel 4.61 dapat diketahui bahwa area VII memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi sebesar 2,86 dan area II memiliki nilai indeks keanekaragaman terendah dengan nilai sebesar 1,70. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman tersebut termasuk dalam kategori rendah . Hal ini sesuai dengan yang dikategorikan oleh Barbour et al., 1987, kriteria nilai keanekaragaman jenis berdasarkan Shanon-Wiener sebagai berikut: jika H’1 dikategorikan sangat rendah, 1H’2 dikategorikan rendah, 2H’3 kategori sedang medium, 3H’4 dikategorikan tinggi, dan jika H’4 dikategorikan sangat tinggi. Dari Tabel 4.61 diatas dapat diketahui bahwa area VIII memiliki nilai indeks keseragaman tertinggi sebesar 0,80 dan area VI memiliki nilai indeks keseragaman terendah dengan nilai sebesar 0,66. Nilai ini menunjukkan bahwa indeks keseragaman tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Menurut Krebs 1994, keseragaman rendah apabila 0E0, 5 dan keseragaman tinggi apabila 0, 5E1. Universitas Sumatera Utara

4.6 Indeks Similaritas IS

Dokumen yang terkait

Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Potensi Karbon Tersimpan di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kecamatan Merek Kabupaten Karo

1 37 89

Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Potensi Karbon Tersimpan di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kecamatan Merek Kabupaten Karo

0 18 89

Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Potensi Karbon Tersimpan di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kecamatan Merek Kabupaten Karo

0 0 12

Struktur dan Komposisi Vegetasi Pohon dan Potensi Karbon Tersimpan di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kecamatan Merek Kabupaten Karo

0 0 2

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 2

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 2

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 5

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 4

Studi Efek Tepi Perkebunan Rakyat Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Kawasan Hutan Gunung Sibuatan Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 2 70

STUDI EFEK TEPI PERKEBUNAN RAKYAT TERHADAP STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DI KAWASAN HUTAN GUNUNG SIBUATAN KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains NATANAIL JAWAK

0 0 14