Analisa Lemak dengan metode Sokletasi

buatan, penggunaan lemak berpengaruhi terhadap rasa dan tekstur pakan yang dibuat. Oleh karena itu, lemak juga mempunyai peranan dalam proses metabolisme dan pertumbuhan ikan Sahwan, M.F.2002. Lemak mengandung asam lemak yang diklarifikasikan sebagai asam lemak jenuh dan asam emak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ditandai dengan ikatanrangkap, sedangkan asam lemak jenuh ditandai dengan tidak adanya ikatan rangkap. Kandungan lemak ikan rata-rata berkisar antara 4-18 dengan daya guna energi dapat mencapai 85- 95. Kandungan lemak makanan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya ukuran ikan, kondisi lingkungansuhu, dan adanya sumber tenaga lain. Mujiman, A.,2004. Kisaran kadar lemak yang tidak terlalu rendah ataupun tidak terlalu tinggi, disamping dapat memperbaiki mempertinggi kualitas pakan. Pada makanan buatan, kadar lemak yang berlebihan juga dapat berpengaruh buruk terhadap mutu makanan. Sebab lemak mudah sekali teroksidasi menghasilkan bau tengik Puspowardoyo, H.2000

2.3.2.1 Analisa Lemak dengan metode Sokletasi

Pada garis besarnya, analisis “lemak kasar” ada dua macam yaitu cara kering dan cara basah. Penentuan kadar lemak pada cara kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble. Kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Karena sampel kering maka pelarut yang dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Pelarut yang banyak digunakan adalah petroleun eter karena lebih murah, kurang berbahaya terhadap kebakaran dan lebih selektif dalam pelarutan lipida. Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dikerjakan secara terputus-putus atau berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dijalankan dengan alat sokhlet. Petroleun eter atau n-heksan adalah bahan pelarut lipida non polar yang paling banyak digunakan dengan alasan sebagai berikut : 1. Harganya relatif murah 2. Kurang berbahaya terhadap resiko kebakaran dan ledakan 3. Lebih selektif untuk lipida non polar Universitas Sumatera Utara Pemanasan sebaiknya menggunakan penangas air untuk menghindari kebakaran. Pada akhir ekstraksi yaitu kira-kira 4-6 jam, labu godok diambil dan ekstrak dituangkan kedalam botol timbang atau cawan porselan yang telah diketahui beratnya. Kemudian pelarut dituangkan diatas penangas air sampai pekat. Selanjutnya dikeringkan pada suhu 100 C. Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak atau minyak. Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dikerjakan secara terputus-putus atau berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dijalankan dengan alat sokhlet atau ekstraksi ASTM American Society Testing Material, sedangkan cara berkesinambungan dengan alat Goldfish atau ASTM yang sudah dimodifikasikan. Ekstraksi dengan alat Goldfish sangat praktis dan mudah pemakaiannya. Seperti halnya cara sokhlet, penentuan banyaknya lemakminyak dapat pula dengan menimbang residu pada thimble sesudahekstraksi berakhir dan sudah dikeringkan sampai berat kostan. Selisih bobot sampel sebelum dan bobot residu sesudah ekstraksi dan sudah dikeringkan merupakan lemak yang ada dalam bahan. Keuntungan cara ini ialah pelarut yang sudah dipakai dapat diperoleh kembali. Bahan yang berbentuk cair, penentuan lemaknya dapat menggunakan botol Babcock atau dengan Mojonnier. Penentuan lemak dengan botol Babcock sangatlah sederhana. Pada cara ini digunakan sentrifugasi untuk pemisahan lemaknya dengan menggunakan asam sulfat, dan dengan penambahan akuades maka banyaknya lemakminyak akan terbaca pada leher botol Babcock telah dilengkapi skala ukuran volume. Pada penentuan lemak dengan Mojonnier, sampel dimasukkan kedalam tabung Mojonnier dan ditambahkan ethanol, ammonium hidroksida, kemudian diekstraksi menggunakan campuran ethil-ether dan petroleum ether 1:1. Hasil ekstraksi kemudian diuapkan pelarutnya dan dikeringkan dalam oven 100 C sampai diperoleh beras kostan. Sudarmadji, S.1996

2.3.3 Serat Kasar