1. Perubahan fisika dan kimia pada makanan mudah dicerna oleh ikan yang
mengkonsumsinya. Sebab, makanan ikan yang dibuat bentuk pelet telah dimasak dalam temperatur tinggi.
2. Menghindari ikan memilih-milih bagian yang disenangi saja jika makanan ikan
berupa tepung 3.
Menghemat tempat dan pengangkutan karena volume makanan ikan berbentuk pelet lebih kecil akibat proses pengepresan.
4. Proses pembuatan pelet memusnakan kuman-kuman salmonella
5. Makanan ikan berbentuk pelet meningkatkan efesiensi makanan sekitar 2-6. Tim
lentera,2002
2.1.3. Pengujian Kualitas Pakan Ikan 2.1.3.1. Pengujian fisis
Pengujian fisis ini dilakukan dengan mengukur tingkat kehalusan bahan penyusunannya, kekerasanya dan daya tahan polabilitas hasil cetakan dalam air. Makin halus bahan
penyusun pelet, semakin baik kualitasnya, dan pelet yang baik memiliki tingkat kekerasan kepadatan yang cukup tinggi, hal ini berhubungan dengan tingkat kehalusan bahan
penyusunnya.
Pengujian daya tahan pelet dilakukan dengan cara merandam contoh pelet selama beberapa waktu dalam air. Makin lama waktu perendaman ini maka semakin baik
mutunya. Pelet ikan yang baik mempunyai daya tahan dalam air minimal 10 menit.
2.1.3.2. Pengujian khemis kimia
Penguian khemis dilakukan dalam laboratorium. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan zat-zat gizi pakan ikan. Beberapa zat yang perlu diketahui adalah
protein, lemak, serat kasar, karbohidrat, abu, dan kadar air. Untuk pengujian kadar protein, metode yang paling umum dipakai adalah metode kjedhal yang dalam
perkembangannya terjadi berbagai modifikasi misalnya oleh Gunning dan sebagainya. Untuk kadar lemak biasanya dengan menekstraksinya dengan cara sokletasi. Serat kasar
dengan dua cara yaitu Deffating yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam
Universitas Sumatera Utara
sampel menggunakan pelarut lemak dan Digestion, terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan basa.
Uji karbohidrat dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif, secara kualitatif misalnya dengan uji molisch, seliwanoff, anthrone, benedict, barfoed, iodin,
pembentukan osazon, dan fehling. Secara kuantitatif terbagi 4 yaitu secara kimiawi, enzimatis, kromatografi, dan cara optic fisi . Penentuan kadar abu dilakukan dengan
cara mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600 C dan
kemudian dilakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Untuk kadar air biasanya ditentukan dengan metode pengeringan atau
thermogravimetri Sudarmadji,S.1996
2.1.3.3. Pengujian biologis
Tujuan uji biologis ini adalah untuk mengentahui besarnya pengaruh pelet terhadap pertumbuhan ikan. Siregar,A,2001. Uji bioligis dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pakan tersebut langsung pada ikan. Ada kemungkinan pakan yang mempunyai kandungan nutrisi tinggi kurang memberikan efek bagi pertumbuhan ikan. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian langsung di laboratorium untuk menguji suatu pakan. Ikan yang dicobakan diperlakukan pemberian pakan selama periode waktu tertentu umumnya
berkisar 1,5 – 2 bulan. Pada selang waktu tertentu dilakukan pengukuran pertumbuhan pada ikan. Pada pengamatan uji biologis tersebut akan didapatkan beberapa variabel
pengukuran seperti pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Pertambahan bobot badan dapat diukur dengan menimbang ikan tersebut dengan selang
waktu tertentu. Dharmawan,B.2013
2.2. Bahan Baku Pakan Ikan 2.2.1. Ampas Tahu