Etiologi Faktor Risiko Gejala Klinis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2..1 Diabetes Melitus Tipe 2 2..1.1 Defenisi Diabetes melitus tipe 2 dikenal dengan NIDDM Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus dan merupakan 90 dari kasus diabaetes melitus. Pada diabetes mellitus tipe 2 terjadi penurunan kemampuan kerja insulin di jaringan perifer dan disfungsi sel beta sehingga pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk kompensasi Sack, 2001 dalam Putra, 2012 ; WHO, 1999. Kadar insulin bisa normal, rendah, maupun tinggi sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin. Kondisi ini umumnya terjadi pada usia 40 tahun Sacks, 2001 dalam Putra, 2012.

2.1.2 Etiologi

Insulin diperlukan untuk memindahkan glukosa ke dalam sel yang kemudian diubah menjadi energi. Tubuh penderita Diabetes tipe 2 tidak dapat merespon insulin dengan baik resistensi innsulin. Seseorang dengan kelebihan berat badan cenderung mengalami resistensi insulin karena lemak mengganggu kemampuan tubuh untuk menggunakan insulin Foster, 1998. Masih menurut Foster, pada resistensi insulin glukosa darah tidak bisa masuk ke dalam sel-sel otot untuk disimpan menjadi energi. Karena tidak bisa memasuki sel, maka glukosa di peredaran darah menjadi tinggi yang dikenal dengan hiperglikemia. Tingginya kadar glukosa darah sering memicu pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak tetapi pankreas tidak mampu menyanggupinya. Diabetes melitus tipe 2 biasanya terjadi secara bertahap. Sebahagian besar penderita mengalami kelebihan berat badan. Namun, diabetes tipe 2 juga bisa berkembang pada orang-orang yang kurus, terutama orang tua. Riwayat keluarga dan genetik berperan besar dalam diabetes tipe 2. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik, diet tinggi lemak dan Universitas Sumatera Utara rendah serat, serta berat badan yang berlebihan juga dapat memici terjadinya diabetes melitus tipe 2 Foster, 1998.

2.1.3 Faktor Risiko

Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 adalah riwayat keluarga dengan diabetes melitus, obesitas berat badan ≥ 20 dari berat badan ideal atau IMT ≥ 25 kgm2, aktivitas fisik yang kurang, gangguan toleransi glukosa atau gangguan glukosa darah puasa sebelumnya, hipertensi tekanan darah ≥ 14090 mmHg, dislipidemia HDL- kolesterol ≤ 35 mgdL dan atau kadar trigliserida ≥ 250 mgdL. Di samping itu, juga perlu diperhatikan riwayat diabetes melitus gestasional atau melahirkan bayi dengan berat badan bayi lahir 9 pound dan mempunyai riwayat penyakit vaskular.

2.1.4 Gejala Klinis

Menurut Perkeni, gejala diabetes melitus dapat dibagi menjadi gejala khas dan gejala tidak khas. Gejala khas terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Sedangkan gejala tidak khas di antaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pria, dan pruritus vulva wanita.

2.1.5 Patogenesis