Koefisien Serapan Bunyi Prosedur Uji Serap Bunyi

II-23 yang padat dan dengan bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini. Bahan berpori ini antara lain ubin selulosa, serat mineral, serat-serat karang rock wool, serat-serat gelas glass wool, serat-serat kayu, lakan felt, rambut, karpet, kain dan sebagainya. b. Penyerap panel atau selaput merupakan penyerap frekuensi rendah yang efisien. Bila dipilih dengan benar, penyerap panel mengimbangi penyerapan frekuensi sedang dan tinggi yang agak berlebihan oleh penyerap-penyerap berpori dan isi ruang. Jadi penyerap ruang menyebabkan karakteristik dengung yang serba sama pada seluruh jangkauan frekuensi audio. Penyerap- penyerap panel yang berperan pada penyerapan frekuensi rendah antara lain panel kayu, hardboard, gypsum boards, langit-langit plesteran yang digantung, plesteran berbulu, jendela, kaca, dan pintu. Bahan-bahan yang berpori yang diberi jarak dari lapisan penunjangnya yang padat juga berfungsi sebagai penyerap panel yang bergetar dan menunjang penyerapan pada frekuensi rendah. c. Resonator rongga Helmholtz merupakan penyerap bunyi yang terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi dinding-dinding tegar dan dihubungkan oleh celah sempit ke ruang sekitarnya, di mana gelombang bunyi merapat.

2.6.4 Koefisien Serapan Bunyi

Koefisien serap bunyi α adalah bagian energi bunyi datang yang diserap, atau tidak dipantulkan oleh permukaan. Nilai α dapat berada antara 0 dan 1; misalnya pada 500 Hz bila bahan akustik menyerap 65 dari energi datang dan memantulkan 35 dari padanya, maka koefisien penyerapan bunyi bahan ini adalah 0,65. Koefisien penyerapan bunyi berubah dengan sudut datang gelombang bunyi pada bahan dan dengan frekuensi. Pada umumnya koefisien penyerapan bunyi diukur pada frekuensi audio standar yaitu pada 125, 250, 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz. Doelle, 1993. Pada atmosfer, besarnya serapan energi bunyi bergantung pada suhu udara dan kelembaban relative HR. Pada zat padat, besarnya serapan dipengaruhi oleh sifat fisis seperti: ketebalan, porositas, geometri partikel dan ukuran butir-butir partikel untuk material berbentuk serbuk. Koefisien serapan bunyi tergantung secara dinamis pada frekuensi bunyi dan sudut yang dibentuk oleh gelombang commit to users II-24 bunyi yang dating dengan garis normal permukaan medium. Karena tergantung pada sudut datangnya maka nilai serapannya akan berbeda untuk sudut datang yang berbeda. Untuk sudut datang 0 , koefisien serapan dapat dicari dengan menggunakan metode tabung impedansi Lewis, 1994. Nilai koefisien serapan bunyi untuk material-material akustik komersial tertentu ditampilkan pada tabel 2.4. Tabel 2.4. Koefisien Serapan Bunyi pada Beberapa Material Akustik Material Frekuensi 125 Hz 250 Hz 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz Plywood panesl, tebal 14 inchi 0,6 0,3 0,1 0,09 0,09 Glass wool, tebal 1 inchi 0,15 0,35 0,7 0,85 0,9 Karpet, berat, pada beton 0,02 0,06 0,14 0,37 0,6 Sumber : Lewis, 1994

2.6.5 Prosedur Uji Serap Bunyi

Prosedur uji serap bunyi dilakukan berdasarkan standar ASTM E1050-98 dengan menggunakan peralatan berupa tabung impedansi. Diagram rangkaian alatnya ditunjukkan pada gambar 2.9 berikut ini: Gambar 2.8. Diagram alat pengukuran koefisien absorbsi bunyi Sumber: Khuriati dkk., 2006 commit to users II-25 Rangkaian alat terdiri dari: 1. Acoustic material testing 3560C-S29, digunakan untuk menganalisa sinyal yang diterima mikrofon. 2. Power Amplifier 2716C, digunakan untuk menguatkan gelombang bunyi. 3. Impedance Tube kit 4206, sebagai tempat pengukuran koefisien serapan bunyi sampel. 4. Komputer, untuk mengolah dan menampilkan data pengujian. Cara kerja alat: Sumber bunyi dihasilkan Acoustic material testing, dikuatkan oleh power amplifier, kemudian diteruskan ke tabung impedansi. Interferensi bunyi yang terjadi ditangkap oleh kedua mikrophon, dianalisa oleh Acoustic material testing dan diolah serta ditampilkan oleh komputer.

2.7 PERANCANGAN EKSPERIMEN