Dokumen Pengangkutan Udara Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan dalam Pengangkutan Penumpang Penyandang Cacat, Lanjut Usia, Anak-Anak dan/atau Orang Sakit Ditinjau dari UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan (Studi pada PT. Garuda Indonesia Cabang Medan)

menurut sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-undang.

D. Dokumen Pengangkutan Udara

Dokumen pengangkutan udara terdiri dari tiket penumpang passenger ticket , tiket bagasi baggage ticket, surat muatan udara air way bill. Tiket penumpang merupakan alat bukti adanya perjanjian antara penumpang dengan perusahaan penerbangan. Namun demikian, bilamana tiket hilang atau rusak bukan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, karena alat bukti tersebut dapat dibuktikan dengan alat bukti lainnya misal bukti penerimaan uang oleh perusahaan penerbangan dari penumpang. Antara penumpang angkutan udara dan perusahaan angkutan udara terikat dalam sebuah perjanjian. Perjanjian antara penumpang angkutan udara dan perusahaan angkutan udara termaktub dalam tiket yang dicantumkan didalamnya beberapa syarat-syarat dan ketentuan yang harus dilaksanakan. Ketentuan hukum yang menentukan bahwa tiket pesawat merupakan salah bukti adanya perjanjian antara penumpang dan pihak perusahaan angkutan udara tercantum di dalam Pasal 1 angka 27 UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, yang menyatakan bahwa “tiket adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proses elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu alat bukti adanya perjanjian angkutan udara antara penumpang dan pengangkut, dan hak penumpang untuk menggunakan pesawat udara atau diangkut dengan pesawat udara. Pada ketentuan tersebut dengan sangat tegas menentukan bahwa tiket merupakan bukti adanya perjanjian antara penumpang dan pihak perusahaan angkutan udara. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya mengenai tiket merupakan bukti adanya perjanjian antara penumpang dan pihak perusahaan angkutan udara, yaitu pada Pasal 140 UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang menentukan bahwa: a. Badan usaha angkutan udara niaga wajib mengangkut orang danatau kargo, dan pos setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan. b. Badan usaha angkutan udara niaga wajib memberikan pelayanan yang layak terhadap setiap pengguna jasa angkutan udara sesuai dengan perjanjian pengangkutan yang disepakati. c. Perjanjian pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibuktikan dengan tiket penumpang dan dokumen muatan. Selain daripada tiket tersebut berdasarkan Pasal 150 UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan bahwa dokumen angkutan udara terdiri atas: 1. tiket penumpang pesawat udara; 2. pas masuk pesawat udara boarding pass; 3. tanda pengenal bagasi baggage identificationclaim tag; dan 4. surat muatan udara airway bill. Pihak perusahaan pengangkutan udara sesuai Pasal 140 UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan wajib menyerahkan tiket kepada penumpang perseorangan maupun penumpang kolektif, paling sedikit harus memuat: a Nomor, tempat, dan tanggal penerbitan; b Nama penumpang dan nama pengangkut; c Tempat, tanggal, waktu pemberangkatan, dan tujuan pendaratan; d Nomor penerbangan; Universitas Sumatera Utara e Tempat pendaratan yang direncanakan antara tempat pemberangkatan dan tempat tujuan, apabila ada; f Pernyataan bahwa pengangkut tunduk pada ketentuan dalam undang- undang ini. Berdasarkan Pasal 151 UU Penerbangan ditegaskan bahwa orang yang berhak menggunakan tiket penumpang adalah orang yang namanya tercantum dalam tiket yang dibuktikan dengan dokumen identitas diri yang sah. Apabila dalam tiket tidak diisi keterangan-keterangan yang wajib dimuat tersebut atau tidak diberikan oleh pengangkut, maka pengangkut tidak berhak menggunakan ketentuan dalam UU Penerbangan untuk membatasi tanggung jawabnya, artinya perusahaan pengangkutan udara tidak bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Sedangkan bedasarkan dengan Ordonansi Penerbangan Udara OPU Nomor 10 Tahun 1939, dinyatakan dokumen pengangkutan udara, yaitu sebagai berikut: 1. Tiket Penumpang Pasal 5 ordonansi penerbangan No 10 Tahun 1939, menyatakan pengangkut udara untuk penumpang harus memberikan tiket kepada penumpang, yang harus memuat: a. tempat dan tanggal pemberian; b. tempat pemberangkatan dan tempat tujuan; c. pendaratan antara yang direncanakan di tempat-tempat di antara tempat pemberangkatan dan tempat tujuan dengan tidak mengurangi hak Universitas Sumatera Utara pengangkut udara untuk mengaiukan syarat, bahwa bila perlu la dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam pendaratan pendaratan itu; d. nama dan alamat pengangkut atau pengangkut-pengangkut; e. pemberitahuan, bahwa pengangkutan udara tunduk kepada ketentuan- ketentuan mengenai tanggung-jawab yang diatur oleh ordonansi ini atau traktat. Selanjutnya tidak adanya tiket penumpang, kesalahan di dalamnya atau hilangnya tiket tersebut, tidak mempengaruhi adanya atau berlakunya perjanjian pengangkutan udara, yang tetap akan tunduk kepada ketentuan-ketentuan dalam ordonansi ini. Akan tetapi bila pengangkut udara menerima seorang penumpang tanpa memberikan tiket penumpang, pengangkut tidak berhak untuk menunjuk kepada ketentuan-ketentuan dalam ordonansi ini yang menghapus atau membatasi tanggungjawabnya. 2. Tiket Bagasi Baggage Claim Tag Dalam Pasal 6 OPU 1939 dinyatakan pengertian bagasi, yaitu semua barang kepunyaan atau di bawah kekuasaan seorang penumpang, yang olehnya atau atas namanya diminta untuk diangkut melalui udara, sebelum ia memulai perjalanan udaranya. Dari pengertian bagasi dikecualikan benda-benda kecil untuk penggunaan pribadi yang ada pada penumpang atau dibawa olehnya sendiri. Selanjutnya ditentukan Tiket bagasi dibuat dalam rangkap dua, satu untuk penumpang, satu lagi untuk pengangkut udara. Dalam tiket bagasi harus memuat: a. tempat dan tanggal pemberian; Universitas Sumatera Utara b. tempat pemberangkatan dan tempat tujuan; c. nama dan alamat pengangkut atau pengangkut-pengangkut; d. nomor tiket penumpang; e. pemberitahuan, bahwa bagasi akan diserahkan kepada pemegang tiket bagasi; f. jumlah dan berat barang-barang; g. harga yang diberitahukan oleh penumpang sesuai dengan ketentuan dalam pasal 30 ayat 2; h. pemberitahuan, bahwa pengangkutan bagasi ini tunduk kepada ketentuan-ketentuan mengenai tanggung-jawab yang diatur dalam ordonansi ini atau traktat. Meskipun tiket bagasi merupakan salah satu alat bukti atau dokumen perjanjian pengangkutan udara akan tetapi tidak adanya tiket bagasi, suatu kesalahan di dalamnya atau hilangnya tiket bagasi, tidak akan mempengaruhi adanya atau berlakunya perjanjian pengangkutan udara yang tetap akan tunduk kepada ketentuan-ketentuan dalam ordonansi ini. Akan tetapi bila pengangkut udara menerima bagasi untuk diangkut tanpa membe rikan tiket bagasi, atau bila tiket ini tidak memuat keterangan yang dimaksud dalam ayat 4 huruf-huruf d, f dan h, ia tidak berhak menunjuk kepada ketentuan-ketentuan ordonansi ini yang menghapus atau membatasi tanggung jawabnya. Universitas Sumatera Utara 3. Surat Muatan Udara. Selain tiket penumpang dan tiket bagasi,dalam pengangkutan udara masih ada dokumen pengangkutan yang lain, yaitu surat muatan udara. Menurut ketentuan Ordonasi Pengangkutan Udara Tahun 1939, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 yang menyatakan, Setiap pengangkut barang berhak untuk meminta kepada pengirim untuk membuat dan memberikan surat yang dinamakan surat muatan udara. Sedangkan mengenai isi dari surat muatan udara dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 10 OPU yang menyatakan surat muatan udara harus berisi: a. tempat dan tanggal surat muatan udara dibuat; b. tempat pemberangkatan dan tempat tujuan; c. pendaratan-pendaratan antara yang direncanakan di tempat-tempat antara kedua tempat tersebut, dengan tidak mengurangi hak pengangkut udara untuk mengajukan syarat, bahwa bila perlu ia dapat mengadakan perubahan dalam pendaratan-pendaratan itu; d. nama dan alamat pengangkut pertama; e. nama dan alamat pengirim; f. nama dan alamat penerima, bila perlu; g. jenis barang; h. jumlah, cara pembungkusan, tanda-tanda khusus atau nomer barang- barang, bila perlu; i. berat, juga jumlah atau besar atau ukuran barang-barang; j. keadaan luar barang-barang dan pembungkusnya; Universitas Sumatera Utara k. biaya pengangkutan udara, bila ditetapkan dengan perjanjian, tanggal dan tempat pembayaran dan orang-orang yang harus membayar; l. jika pengiriman dilakukan dengan jaminan pembayaran rembours, harga barangbarang dan jumlah biaya, bila ada; m. jumlah nilai barang-barang yang dinyatakan sesuai dengan ketentuan pasal 30 ayat 2; n. dalam rangkap berapa surat muatan udara dibuat; o. surat-surat yang diserahkan kepada pengangkut untuk menyertai barang-barang; p. lamanya pengangkutan udara dan petunjuk ringkas tentang jalur penerbangan yang akan ditempuh, bila tentang hal ini telah diadakan, perjanjian; q. pemberitahuan, bahwa pengangkutan ini tunduk kepada ketentuan- ketentuan mengenai tanggung-jawab yang diatur dalam ordonangi ini atau traktat. Surat muatan udara dikenal juga dengan nama surat kargo udaraSKU, dokumen ini dalam kegiatan penerbangan komersil memiliki fungsi sebagai prima facie adanya kontrak, penyerahan kargo, dan penerimaan persyaratan perjanjian, juga merupakan instruksi kepada pengangkut dimana dan kepada siapa kargo diserahkan dan siapa yang akan membayar. 30 30 Toto. Thohir Suriaatmadja. 2005, Pengangkutan Kargo Udara,Bandung:Pustaka Bani Quraisy hal. 52 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Konsumen atas Pengguna Jasa Penerbangan Dalam Hal Kenaikan Harga Tiket yang Tinggi Ketika Musim Libur dan Keselamatan Penerbangan (Studi Pada PT. Garuda Indonesia Kantor Cabang Medan)

6 117 103

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Pada Maskapai Penerbangan (Studi Kasus Maskapai Penerbangan Airasia Di Kota Medan)

1 67 69

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas (PT) Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Pada PT. Indonesia Traning Company Medan)

4 50 81

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

2 43 114

Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

1 75 113

Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Orang Dan Barang Dalam Pengangkutan Udara Ditinjau Dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2009

3 143 98

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

Perlindungan Konsumen Atas Kerusakan Dan Kehilangan Bagasi Penumpang Pesawat Udara Oleh Maskapai Penerbangan (Study Kasus PT. Metro Batavia Cabang Medan)

10 98 124

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Pada Maskapai Penerbangan (Studi Kasus Maskapai Penerbangan Airasia Di Kota Medan)

0 0 15

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 2 36