Latar Belakang Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan dalam Pengangkutan Penumpang Penyandang Cacat, Lanjut Usia, Anak-Anak dan/atau Orang Sakit Ditinjau dari UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan (Studi pada PT. Garuda Indonesia Cabang Medan)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling sederhana tradisional sampai kepada taraf kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh kegiatan pengangkutan, bahkan salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat adalah kemajuan dan perkembangan kegiatan maupun teknologi yang dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan. 2 Mustahil bila ada suatu usaha perniagaan yang mengabaikan segi pengangkutan ini. Selain mengenai pengangkutan benda-benda tersebut yang Pengangkutan merupakan bagian dari kegiatan perdagangan yang menjadi salah satu faktor penting dalam menunjang keberlangsungan ekonomi negara. Kelancaran kegiatan perdagangan tersebut dipengaruhi oleh maju atau tidaknya suatu pengangkutan. Pengangkutan merupakan kegiatan berupa perpindahan tempat suatu objek, baik berupa orang ataupun barang demi tercapainya tujuan tertentu, pada bidang perniagaan umumnya pengangkutan dilakukan untuk memindahkan barang-barang hasil produksi ke penjual, sampai ke tangan pembeli. Pengangkutan juga merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan perdagangan. 2 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal. 3. Universitas Sumatera Utara diperlukan di tempat-tempat tertentu, dalam keadaan yang lengkap dan utuh serta pada tepat waktunya, tetapi juga mengenai pengangkutan orang-orang yang memberikan perantaraan pada pelaksanaan perusuhaan. Misalnya seorang agen perniagaan, seorang komisioner, pada waktu tertentu tidak mungkin memenuhi prestasi-prestasinya tanpa alat pengangkutan belum lagi terhitung bertambahnya orang-orang yang karena sesuatu hal misalnya untuk peninjauan di dalam atau di luar negeri, mereka tentu memerlukan pengangkutan. 3 Berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, selanjutnya Hasim Purba membedakan jenis-jenis pengangkutan itu sebagai berikut : 4 a. Pengangkutan di darat yang terdiri dari 1 Pengangkutan dengan kendaraan bermotor, 2 Pengangkutan dengan kereta api, 3 Pengangkutan dengan tenaga hewan. b. Pengangkutan di Perairan yang terdiri dari 1 Pengangkutan di laut 2 Pengangkutan di sungai dan danau 3 Pengangkutan penyeberangan c. Pengangkutan udara Pengangkutan udara merupakan jenis pengangkutan yang paling muda penggunaannya. Pengangkutan udara baru ditemukan pada abad ke-18. Hal tersebut merupakan wujud dari tingginya kebutuhan untuk melakukan 3 Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, Hari Pramono, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hal. 1. 4 Hasim Purba, op.cit, hal. 9. Universitas Sumatera Utara pengangkutan yang tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan lokal saja namun sudah berkembang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan antar kota bahkan antar negara. Transportasi udara niaga dewasa ini mengalami perkembangan pesat, hal tersebut dapat dilihat dari banyak perusahaan atau maskapai penerbangan yang melayani jasa penerbangan ke berbagai rute penerbangan baik domestik maupun internasional, Perusahaan-perusahaan yang melayani jasa penerbangan niaga, diantaranya; Garuda Indonesia , Merpati, Sriwijaya, Lion Air dan lain-lain. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat 2 dua pihak, yaitu pengangkut dalam hal ini adalah perusahaan atau maskapai penerbangan dan pihak pengguna jasa atau konsumen. Para pihak tersebut terikat oleh suatu perjanjian, yaitu perjanjian pengangkutan. Sebagaimana layaknya suatu perjanjian yang merupakan manisfestasi dari hubungan hukum yang bersifat keperdataan maka di dalamnya terkandung hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi, yang biasa dikenal dengan istilah “prestasi” dalam hukum perjanjian adalah pelaksanaan dari isi perjanjian yang telah diperjanjikan menurut tata cara yang telah disepakati bersama. Dalam hukum pengangkutan, kewajiban pengangkut antara lain mengangkut penumpang danatau barang dengan aman, utuh dan selamat sampai di tempat tujuan, memberikan pelayanan yang baik, mengganti kerugian penumpang dalam hal adanya kerugian yang menimpa penumpang, memberangkatkan penumpang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan lain-lain. Sedangkan kewajiban penumpang adalah membayar ongkos Universitas Sumatera Utara pengangkutan yang besarnya telah ditentukan, menjaga barang-barang yang berada dibawah pengawasannya, melaporkan jenis-jenis barang yang dibawa terutama barang-barang yang berkategori berbahaya, mentaati ketentuanketentuan yang ditetapkan pengangkut yangberkenaan dengan pengangkutan. Hak dan kewajiban para pihak tersebut biasanya dituangkan dalam suatu dokumen perjanjian pengangkutan. Ketentuan tentang pengangkutan tersebut juga berlaku di dalam kegiatan pengangkutan atau transportasi udara, dalam hal ini pengangkut atau maskapai penerbangan berkewajiban untuk mengangkut penumpang dengan aman dan selamat sampai di tempat tujuan secara tepat waktu, dan sebagai konpensasi dari pelaksanaan kewajibannya tersebut maka perusahaan penerbangan mendapatkan bayaran sebagai ongkos penyelenggaran pengangkutan dari penumpang. Dalam praktik kegiatan transportasi udara niaga sering kali pengangkut tidak memenuhi kewajibannya secara baik dan benar atau dapat dikatakan telah melakukan “wanprestasi” wanprestasi merupakan suatu keadaan dimana debitur tidak melaksanakan prestasi sebagaimana mestinya terhadap kreditur sesuai dengan yang telah diperjanjkan. Beberapa kasus atau fakta yang dapat dikategorikan sebagai bentuk wanprestasi oleh pengangkut adalah tidak memberikan keselamatan dan keamanan penerbangan kepada penumpang yaitu, berupa pelayanan yang kurang memuaskan, informasi yang tidak jelas tentang produk jasa yang ditawarkan dan lain-lain. Dalam industri pengangkutan udara, penumpang merupakan salah satu bagian terpenting yang patut diperhitungkan bagi maskapai penerbangan untuk Universitas Sumatera Utara mencapai keuntungan. Oleh karena itu, penumpang yang menggunakan jasa pengangkutan udara perlu dilindungi haknya terutama hak ganti rugi apabila penumpang mengalami kerugian. Penumpang maskapai memiliki hak-hak yang menjadi tanggung jawab maskapai. Tanggung jawab itu dimulai sebelum masa penerbangan pre-flight service, pada saat penerbangan in-flight service, dan setelah penerbangan post-flight service. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN DALAM PENGANGKUTAN PENUMPANG PENYANDANG CACAT,LANJUT USIA,ANAK-ANAK,DANATAU ORANG SAKIT MELALUI UDARA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN Studi Pada PT. Garuda Indonesia Persero, Tbk

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Konsumen atas Pengguna Jasa Penerbangan Dalam Hal Kenaikan Harga Tiket yang Tinggi Ketika Musim Libur dan Keselamatan Penerbangan (Studi Pada PT. Garuda Indonesia Kantor Cabang Medan)

6 117 103

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Pada Maskapai Penerbangan (Studi Kasus Maskapai Penerbangan Airasia Di Kota Medan)

1 67 69

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas (PT) Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Pada PT. Indonesia Traning Company Medan)

4 50 81

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

2 43 114

Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

1 75 113

Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Orang Dan Barang Dalam Pengangkutan Udara Ditinjau Dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2009

3 143 98

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

Perlindungan Konsumen Atas Kerusakan Dan Kehilangan Bagasi Penumpang Pesawat Udara Oleh Maskapai Penerbangan (Study Kasus PT. Metro Batavia Cabang Medan)

10 98 124

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Pada Maskapai Penerbangan (Studi Kasus Maskapai Penerbangan Airasia Di Kota Medan)

0 0 15

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 2 36