Tingkat Stres Kerja Perawat Di RSJD Provsu

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pendidikan, usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja.

5.2.2 Tingkat Stres Kerja Perawat Di RSJD Provsu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden dikategorikan dalam tingkat stres kerja sedang yakni sebanyak 18 orang 60, tingkat stres yang rendah sebanyak 7 orang 23,3 dan 5 orang 16,7 responden mengalami stres dalam kategori tinggi . Hal ini menunjukkan bahwa perawat di RSJD Provsu telah menyesuaikan diri dengan situasi kerja dan memahami apa yang menjadi penyebab dari stres kerja mereka sebagai seorang perawat sehingga stres kerja yang mereka alami menurun. Menurut Hans Selye dalam Sunaryo 2002 stres merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban yang ada dalam dirinya. Misalnya bagaimana respon tubuh perawat ketika mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila perawat sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka perawat tidak mengalami stress. Namun jika perawat mengalami gangguan pada fungsi organ tubuh sehingga tidak dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik maka ia mengalami stress. Abraham C. dan Shanley F. 1997 menyatakan bahwa sumber stres dalam keperawatan meliputi beban kerja berlebihan, kesulitan menjalin hubungan dengan staf yang lain, kesulitan terlibat dalam merawat pasien Universitas Sumatera Utara kritis, berurusan dengan pengobatanperawatan pasien dan merawat pasien yang gagal untuk membaik. Berdasarkan wawancara dan kuesioner yang telah dibagikan kepada responden beban kerja yang dialami perawat di RSJD Provsu tergolong sedang, hal ini disebabkan pasien yang dirawat sebagian telah mampu beraktivitas seperti biasa dan membantu perawat dalam mengawasi serta merawat pasien yang masih belum mampu seperti membersihkan ruangan, memandikan pasien, memberi makan dan obat pada pasien. Pembagian shift kerja disesuaikan dengan proporsi kerja dimana shift pagi lebih banyak perawat jaganya karena jumlah kerja lebih banyak di pagi hari daripada sore dan malam hari. Waktu yang tersisa setelah melaksanakan tugasnya dalam merawat pasien digunakan untuk mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, bercakap-cakap dengan pasien atau sesama perawat. Namun banyaknya waktu luang diantara jam kerja dan melakukan kegiatan yang sama setiap hari membuat perawat merasa jenuh bekerja, perawat bosan untuk bekerja yang menyebabkan potensi perawat merasakan keletihan. Perbedaan beban kerja memberikan gambaran terhadap terjadinya stres kerja yang berbeda dimana setiap individu memiliki batasan ukuran kemampuan dalam bekerja, bila beban terlalu ringan maka timbul kebosanan dan bila terlalu berat akan menimbulkan kelelahan yang berpengaruh terhadap stres kerja. Menurut penelitian yang dilakukan Universitas Sumatera Utara Supardi 2007 di RS Putri Hijau Kesdam Medan menunjukkan bahwa perawat dengan beban kerja yang sedang mengalami stres kerja yang disebabkan oleh kebosanan, kondisi kerja yang kurang baik dan ketidakpuasan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Chusna 2010 di RSU Islam Surakarta yang menyatakan bahwa perawat mengalami tingkat stres kerja yang tinggi. Peningkatan beban kerja yang dialami oleh perawat dalam memberikan pelayanan menimbulkan stres yang menyebabkan kondisi perawat menjadi tidak stabil. Dari hasil analisis data terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja. Hal ini membuktikan bahwa beban kerja yang berlebihan pada perawat dapat menyebabkan timbulnya stres kerja yang dialami oleh perawat. Konflik yang mereka alami antara sesama perawat jarang terjadi karena mereka telah mengetahui perannya masing- masing . Mereka tidak kesulitan dalam berinteraksi dengan staf yang lain misalnya dokter, bagian obat-obatan. Hal ini juga dipengaruhi lama kerja perawat di RSJD Provsu mayoritas 5 tahun 50, hal ini memberikan pengaruh terhadap kematangan pengalaman perawat di ruangan baik dalam merawat pasien maupun berkomunikasi dengan sesama perawat, perawat dengan sendirinya telah menyesuaikan diri dengan sifat dan macam pekerjaan yang harus dilakukan, lama kerja setiap hari, penyesuaian dengan teman sejawat dan para pimpinan, dengan lingkungan pekerjaan dan peraturan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara Namun sebagian responden yakni 5 orang 16,7 mengalami stres kerja yang tinggi, hal ini disebabkan perawat masih belum bisa menyesuaikan dirinya dengan lingkungan kerja dan kurang berinteraksi dengan perawat yang lain, hal ini biasanya dialami perawat yang masih baru kerja di RSJD Provsu, mereka masih canggung untuk berkomunikasi dengan perawat yang telah lama bekerja disana. Perawat merasa bosan dengan pekerjaan mereka yang menurut mereka terus berulang setiap hari dan merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerjanya serta tidak mampu merawat pasien dengan baik. Bahkan ada yang mengalami konflik dengan sesama perawat yang lain dan tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada pasien hal ini semua menyebabkan mereka mengalami stres kerja Hal ini sejalan dengan penelitian Andreas K 2008 terhadap perawat di RS tipe C Semarang yang menyatakan bahwa komunikasi yang kurang antara sesama perawat menjadi faktor pemicu stres yang dialami perawat di tempat kerja. Selain itu, kemampuan individu dalam mengambil sikap di tempat kerja memberi pengaruh yang cukup besar sebagai penyebab stres kerjsa. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ade 2010 di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang mengatakan bahwa perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya mengalami stres kerja yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak kondusif, beban kerja yang berlebihan dan ancaman di lingkungan kerja. Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Perilaku Asertif Dengan