Latar Belakang Pengaruh Penggunaan Surfaktan Alkilbenzen Sulfonat Dan Dietanolamida Dalam Pembuatan Aspal Emulsi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspal adalah material perekat berwarna coklat kehitam–hitaman sampai hitam dengan unsur utama bitumen. Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun oleh hidrokarbon dan atom–atom N, S, dan O dalam jumlah yang kecil. Dimana unsur–unsur yang terkandung dalam bitumen adalah karbon 82-88, hidrogen 8-11, sulfur 0-6, oksigen 0-1,5, dan nitrogen 0-1 Nuryanto, 2008. Aspal dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 o C dibawah tekanan atmosfer untuk memisahkan fraksi–fraksi ringan, seperti gasoline bensin, kerosene minyak tanah, dan gas Wignall, 2003. Aspal sendiri memiliki beberapa kelemahan seperti mengalami deformasi perubahan bentuk permanen yang disebabkan tekanan terlalu berat melintas diatasnya, keretakan–keretakan yang ditimbulkan oleh panas, juga kerusakan yang disebabkan karena kelembaban, ini semua terjadi pada campuran aspal Brown, Rowlet, dan Boucher, 1990. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan dari aspal tersebut adalah dengan menggunakan aspal yang dimodifikasi. Tujuan modifikasi aspal adalah untuk memperluas daya guna, meningkatkan kualitas dan memudahkan pemakaian. Modifikasi dapat dilakukan dengan penambahan material tertentu seperti karet, Universitas Sumatera Utara polimer, resin, fiber dan lain–lainnya. Disamping itu aspal dapat juga dibuat dalam bentuk emulsi dengan penambahan emulsifier Daswiyanto, 1998. Aspal emulsi merupakan aspal yang didispersikan secara merata ke dalam air. Untuk dapat mendispersikan aspal yang bersifat non polar ke dalam air yang bersifat polar diperlukan bahan pengemulsi emulsifier yang molekulnya memiliki bagian polar dan non polar Depertemen Pekerjaan Umum, 1991. Emulsifier atau sering juga disebut sebagai surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai struktur molekul yang terdiri dari gugus yang tidak suka pelarut liofob dan gugus yang suka dengan pelarut liofil Rosen, 1978. Alkilbenzen sulfonat merupakan salah satu jenis surfaktan anionik dengan gugus alkil yang sangat bercabang. Bagian alkil senyawa ini disintesis dengan polimerisasi propilen dan dilekatkan pada cincin benzen dengan reaksi alkilasi Friedel–Crafts. Kemudian dilakukan pengolahan dengan basa Fessenden dan Fessenden, 1986. Dietanolamida adalah senyawa yang terdiri dari gugus amina dan dialkohol. Dialkohol menunjukkan adanya dua gugus hidroksil pada molekulnya. Herawan, Nuryanto, dan Guritno, 1999. Dietanolamida termasuk dalam surfaktan non ionik yang memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan cairan atau antar permukaan dua cairan yang tidak saling bercampur. Aktifitas suatu surfaktan terjadi karena sifat ganda dari molekulnya, yang terdiri dari bagian hidrofilil dan lipofil Gennaro, 1990. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian tentang pemanfaatan surfaktan alkilbenzen sulfonat dan dietanolamida yang dicampurkan dengan air dan aspal untuk pembuatan aspal emulsi. Diharapkan dalam penelitian ini penggunaan surfaktan tersebut dapat meningkatkan sifat–sifat fisik dari aspal emulsi yang dihasilkan. Universitas Sumatera Utara

1.2 Permasalahan