Analisa Pengukuran Persentase Padatan. Analisa Spektrum FTIR

Pada gambar diatas juga dapat dilihat bahwa viskositas optimum dari aspal emulsi yaitu pada gambar 4.5 dengan variasi 75:15:10 dimana dengan menggunakan alkilbenzen sulfonat nilai viskositas pada suhu 80 O C tercatat 16200 cP dan dengan dietanolamida tercatat 10000 cP sementara pada aspal tanpa emulsi tercatat 9100 cP.

4.2.2 Analisa Pengukuran Persentase Padatan.

Dari data hasil pengukuran persentase padatan aspal emulsi pada tabel 4.4 diteruskan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.6 dibawah ini: Gambar 4.6. Grafik Persentase Padatan Aspal Emusi Dari gambar dapat dilihat bahwa persentase padatan yang diperoleh dari masing–masing campuran aspal emulsi terjadi peningkatan dimana persentase padatan optimum yaitu pada variasi 75:15:10 dengan nilai 85,26 untuk aspal emulsi alkilbenzen sulfonat dan 83,83 untuk aspal emulsi dietanolamida. Jika dilihat dari kedua campuran aspal emulsi tersebut maka terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang besar yaitu lebih dari 1,5 pada masing–masing variasi campuran tersebut. Hal ini disebabkan oleh molekul–molekul aspal memiliki ikatan secara kimia satu dengan yang lainnya. Ikatan ini sangat lemah dan sangat dipengaruhi oleh panas. Ikatan ini Universitas Sumatera Utara akan putus pada saat aspal dipanaskan sehingga aspal akan mencair. Ikatan ini akan segera terbentuk kembali dengan struktur yang berbeda apabila aspal tersebut telah dingin. Putus dan terbentuknya kembali ikatan kimia inilah yang memberikan sifat viskoelastis pada aspal.

4.2.3 Analisa Spektrum FTIR

Analisa dengan menggunakan spektrum inframerah ini dilakukan untuk menentukan perubahan gugus fungsi yang mengindikasi adanya interaksi kimia terjadi antara komponen satu dengan komponen lain. Analisa spektrum inframerah ini dilakukan dengan cara mengamati serapan panjang gelombang yang khas dari gugus fungsi inframerah masing–masing sampel. Hasil analisa spektrum inframerah aspal pada lampiran 2 dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini: Tabel 4.5. Hasil Analisa FTIR Aspal Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi Aspal 3300,20 Uluran O–H 2962,66 dan 2866,22 Uluran C–H 1598,99 Uluran C=C aromatik 1463,97 dan 1373,32 Tekukan C–H 1029,99 Uluran C–O 812,03 Tekukan C–H luar bidang Pada tabel 4.5 diatas menunjukkan FTIR pada aspal dengan bilangan gelombang 3300,20 cm -1 yang menandakan adanya uluran gugus hidroksil O–H yang diperkuat dengan ikatan C–O pada bilangan gelombang 1029,99 cm -1 dan C=C pada 1598,99 cm -1 . Adanya uluran gugus metil C–H pada bilangan gelombang 2962,66 dan 2866,22 cm -1 . Juga ditunjukkan pada bilangan gelombang 1463,97 dan 1373,32 cm -1 , yaitu tekukan gugus metil C–H, dan tekukan C–H luar bidang pada 812,03 cm -1 . Hasil analisa spektrum inframerah aspal emulsi alkilbenzen sulfonat pada lampiran 3 dapat dilihat pada table 4.6 dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Hasil Analisa FTIR Aspal Emulsi Alkilbenzen Sulfonat Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi Aspal Emulsi Alkilbenzen Sulfonat 3271,27 Uluran O–H 2954,95 dan 2862,36 Uluran C–H 1597,06 Uluran C=C aromatik 1458,18 dan 1373,32 Tekukan C–H 1176,58 Uluran S=O 1008,77 Uluran C–O 831,32 Tekukan C–H luar bidang 648,08 Uluran C–S Pada tabel 4.6 diatas memperlihatkan hasil analisa FTIR aspal emulsi alkilbenzen sulfonat. Pada tabel terlihat bahwa adannya uluran gugus hidroksil O–H pada bilangan gelombang 3271,27 cm -1 dan diperkuat dengan ikatan C–O dan C=C yaitu pada bilangan gelombang 1008,77 cm -1 untuk C–O dan C=C pada 1597,06 cm -1 . Adanya uluran gugus metil C–H pada bilangan gelombang 2954,95 dan 2862,36 cm -1 dan juga tekukan gugus metil C–H ditunjukkan pada bilangan gelombang 1458,18 dan 1373,32 cm -1 , dan tekukan C–H luar bidang pada 812,03 cm -1 . Serta diperlihatkan pula uluran C–S pada bilangan gelombang 648,08 cm -1 dan uluran gugus sulfonat S=O pada bilangan gelombang 1176,58 cm -1 . Hasil analisa spektrum inframerah aspal emulsi alkilbenzen sulfonat pada lampiran 4 dapat dilihat pada table 4.7 dibawah ini: Tabel 4.7. Hasil Analisa FTIR Aspal Emulsi Dietanolamida Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi Aspal Emulsi Dietanolamida 3331,07 – 3408,22 Uluran O–H 2958,80 dan 2868,15 Uluran C–H 1635,64 C = O 1587,42 Uluran C=C aromatik 1458,18 dan 1375,25 Tekukan C–H 1307,74 Uluran C–N 1029,99 Uluran C–O 812,03 Tekukan C–H luar bidang Universitas Sumatera Utara Pada tabel 4.7 hasil analisa FTIR aspal emulsi dietanolamida diatas dapat dilihat bahwa adanya uluran gugus hidroksi O–H yang ditunjukkan pada bilangan gelombang 3331,07 – 3408,22 cm -1 . Pada bilangan gelombang 1029,99 cm -1 terdapat uluran C–O dan 1307,74 cm -1 untuk uluran C–N. Serapan pada bilangan gelombang 1635,64 cm -1 menunjukkan adanya gugus C=O. Adanya gugus C=C pada bilangan gelombang 1587,42 cm -1 . Bilangan gelombang 2958,80 cm -1 dan 2868,15 cm -1 menunjukkan adanya uluran C–H dan tekukan C–H pada bilangan gelombang 1458,18 cm -1 dan 1375,25 cm -1 dan didukung juga dengan adanya tekukan C–H luar bidang pada serapan 812,03 cm -1 . Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan