Macam-macam Pola Pengasuhan Strategi Orangtua Tunggal dalam Mengasuh Anak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu

42

3.4 Macam-macam Pola Pengasuhan

Terdapat 4 macam pola pengasuhan orangtua yaitu : 1. Pola Pengasuhan Otoriter Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.Anak dari pola pengasuhan seperti ini biasanya memiliki kecenderungan moody, murung, ketakutan, sedih dan tidak spontan.Anak juga menggambarkan kecemasan dan rasa tidak aman dalam berhubungan dengan teman sebaya dan menunjukkan kecenderungan bertindak keras saat tertekan, serta memiliki harga diri yang rendah. Hasil wawancara dengan informan 1: Ibu Siti Aisyah adalah orangtua Ajril Habsy yang berusia 6 tahun dan sudah 5 tahun menjadi orangtua tunggal, usia beliau 31 tahun. Menjadi orangtua tunggal karena bercerai dan tidak beberapa lama dikabarkan mantan suami telah meninggal karena sakit. Jumlah anak beliau adalah 1 orang. Setelah menjadi orangtua tunggal ibu siti aisyah kembali ke rumah orangtuanya dengan alasan agar ada yang menjagakan anaknya kalau ia sedang bekerja. Pekerjaan beliau sebagai perawat disalah satu klinik di Rantauprapat. Ibu siti aisyah sering menyuruh atau mengarahkan agar anak menuruti pilihannya, seperti dimana anak harus belajar dan sekolah, walaupun anak sering ingin membuat pilihannya sendiri tetapi seringkali beliau menolak, karena menurutnya pilihan anaknya tersebut kurang baik untuk dirinya. Berikut pernyataan beliau: jika anak saya mau sesuatu biasanya mainan saya seringkali menolaknya dan tidak mengizinkannya, karena saya tahu sebatas mana kegunaannya untuk dia. Universitas Sumatera Utara 43 Terlihat anaknya juga menurut dan tidak keberatan atas pilihan-pilihan yang ia putuskan untuk anaknya, beliau juga memberikan pernyataan bahwa didalam proses pengambilan keputusan didalam keluarga seperti contoh dalam pilihan sekolah beliau juga sering mengikutsertakan anaknya, beliau mengaku adanya diskusi kecil tetapi beliau lebih mendominasi daripada anaknya, dan jika beliau memberi batasan waktu kepada anaknya ketika anak sedang bermain agar tidak melanggarnya, beliau mengaku anaknya sering nurut kepadanya tetapi pernah juga melanggar tapi tidak sering. Berikut pernyataan beliau: saya kasi batasan waktu saat bermain. Supaya dia tidak kelewetan waktu. Beliau juga kadang memarahi dan sesekali memberi hukuman fisik jika didalam bermain anaknya terlibat dalam perkelahian dengan teman - temannya, karena itu menurut beliau adalah tindakan yang memalukan untuk keluarganya. Beliau berpendapat jika hal yang seperti itu terus terulang dan tidak ada kontrol dari orangtua maka nantinya akan menjadi terbiasa bagi anak dan akan terus mengulanginya. Berikut pernyataan beliau : jika anak saya berantam dengan teman - temannya saya langsung memarahainya atau terkadang saya mencubitnya,karena nantinya saya tidak ingin anak saya terbiasa berkelahi dan melakukan tindakan yang negatif,karna demi kebaikan dia juga. Megenai komunikasi, beliau mengatakan penting berkomunikasi dengan anak sesering mungkin, karena menurutnya komunikasi didalam keluarga adalah hal yang wajar yang harus dilakukan, dan dengan komunikasi bisa lebih mendekatkan diri antara beliau dan anaknya, berikut pernyataan beliau: Meskipun dia masih terbilang anak-anak saya sering kok cerita-cerita, karena wajarlah didalam keluarga ada komunikasi antar anggota keluarga. Beliau mengaku selalu memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan bercerita dan biasanya ada mau sesuatu, tetapi keputusan tetap ada ditangan beliau, karena pendapat anak menurut beliau belum benar-benar matang dan beliau berpendapat bahwa keinginan dari anaknya hanyalah refleksi dari egonya saja yang masih kekanak-kanakan Universitas Sumatera Utara 44 dan belum dewasa didalam berkeputusan. Berikut pernyataan beliau: Saya juga memberi kesempatan kepada anak saya jika dia ingin menyampaikan suatu pendapat, tetapi kadang saya merasa pendapat anak saya hanya ego semata dan saya fikir dia belum dewasa jadi tetap keputusan ada ditangan saya. Jika didalam melaksanakan tugasnya seperti belajar, anak melakukan kesalahan beliau cenderung memarahi tetapi tidak sampai memukul, beliau berharap dengan begitu anaknya bisa lebih berhati-hati didalam melaksanakan tugasnya. Berikut pernyataan beliau: Kalo anak saya melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugasnya, saya marahi dia itu juga demi kebaikan dia biar dia enggak buat kesalahan lagi dan tidak ceroboh. Ibu Siti Aisyah juga berpendapat mengawasi setiap malam jika anaknya belajar, tetapi jika anaknya tidak ingin belajar atau mengerjakan PR beliau selalu memarahi anaknya alasan utamanya adalah untuk mendidik dan membiasakan anaknya untuk hidup displin dan selalu belajar. Berikut pernyataan beliau: Kalo anak saya tidak mau mengerjakan PR atau enggak mau belajar saya selalu memarahi dia, karena saya tidak mau anak saya tidak disiplin, itu juga demi kebaikan dia mas biar pintar. Dari hasil wawancara dengan ibu Siti Aisyah, dapat dilihat bahwa beliau menggunakan pola asuh otoriter, terlihat pada pengambilan keputusan yang mutlak diambil oleh orangtua saja. 2. Pola Pengasuhan Demokratis Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama.Orang tua yang demokratis ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.Anak yang memiliki orangtua seperti dengan pola asuh seperti ini ceria, cenderung kompeten secara sosial, energik, bersahabat, memiliki keingintahuan yang besar, dapat mengontrol diri, meiliki harga diri yang tinggi, bahkan Universitas Sumatera Utara 45 memiliki prestasi akademis yang tinggi. Bentuk pola pengasuhan ini dianggap paling sehat dan normal dibandingkan pola pengasuhan yang lain. Pola Pengasuhan ini memberikan kesempatan pada anak untuk berkembang kearah positif . Alasan pertama, belajar untuk mengontrol diri secara adil dan masuk akal sangat berguna bagi anak.selain itu, orangtua yang penuh kasih sayang dan tegas membuat anak menjadi lebih memperhatikan orang lain, percaya diri dan asertif 9 Ibu Herawaty adalah orangtua tunggal yang berusia 42 tahun, menjadi orangtua tunggal disebabkan suaminya meninggal, beliau bekerja sebagai penjahit, jumlah anak beliau . Yang terakhir, orangtua yang sensitif dan responsif terhadap kemampuan dan perkembangan anak dapat membuat anak belajar untuk mengambil tanggung jawab terhadap perilakunya sendiri. Pengasuhan ini ditandai dengan 3 perilaku pengasuhan, yaitu : kehangatan Warmth, keseimbangan kekuasaan balance of power, dan adanya tuntunanDemandingness . Kehangatan terdiri atas kedekatan emosional dan hubungan anak dengan orangtua.Tugas orangtua adalah menyediakan kehangatan dan penerimaan selama pertumbuhan anak.Keseimbangan kekuasaan mengkhususkan pada bagaimana orangtua menerapkan pola pengasuhan yang demokratis dengan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dalam keluarga dan memberikan kesempatan mengemukakan pendapat. Khusus pada anak remaja, orangtua harus mampu beradaptasi terhadap kemampuan anak.menyadari kesiapan anak terhadap tanggung jawab dan kebebasan. Adanya tuntutan mengacu pada harapan dan aturan yang ditetapkan orangtua yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah laku anak.Orangtua yang autoratif mampu menerapkan aturan yang secara jelas konsisten tanpa paksaan terhadap anak. Hasil wawancara dengan informan 2: 9 perilaku antar pribadi interpersonal behaviour yang melibatkan aspek kejujuran, keterbukaan pikiran dan perasaan. Universitas Sumatera Utara 46 adalah 3 orang, 2 orang perempuan dan 1 laki-laki, anak perempuan pertama beliau baru saja tamat kuliah dan baru beberapa waktu bekerja, dan kedua anaknya yang lain masih berusia remaja. Beliau sudah 4 tahun menjadi orangtua tunggal dan selama itu juga tinggal bersama ketiga anaknya disatu rumah.Menurut beliau didalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan anak didalam keluarga, seringkali beliau mengikutsertakan anaknya. Baik itu dengan siapa anak bermain, penentuan tempat sekolah, bagaimana cara yang baik untuk anak belajar, beliau selalu melibatkan anak-anaknya didalam pengambilan keputusan tersebut, dikarenakan beliau beranggapan bahwa sang anaklah yang akan menjalani keputusan-keputusan tersebut oleh karena itu lebih mementingkan keputusan bersama dibandingkan hanya keputusan sepihak. Beliau menyatakan sebagai berikut :Saya selalu mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka, apalagi yang pertama perempuan dan yang kedua laki-laki sudah terbilang dewasa hanya yang paling kecil perempuan yang masih dalam masa peralihan, oleh sebab itu saya tidak ingin anak saya terpaksa nantinya dalam menjalani keputusan yang diambil, jadi saya selalu memberi bimbingan dan arahan kepada mereka. Ibu Herawaty juga mengatakan selama ini anaknya juga menurut jika diberi pengarahan dan nasihat, jika keinginan anak tidak baik, beliau tidak langsung melarangnya tetapi memberi nasehat dan memberi pilihan - pilihan lain untuk si anak. Selain itu.jika beliau memberikan batasan waktu untuk bermain anaknya selalu meurut dan selalu tepat waktu tetapi terkadang sedikit terlambat. Ibu herawaty biasa menelpon atau sekedar sms jika anaknya telat pulang, agar beliau bisa mengetahui apa yang sedang anaknya lakukan dan dimana anaknya bermain. Beliau menyatakan sebagai berikut : jika saya memberi batasan waktu bermain kepada anak saya, dia selalu menurut, tetapi kadang dia telat waktu dan kalau dia telat waktu seperti itu saya biasanya menelpon atau sekedar sms, untuk mengingatkan dia kalau sudah waktunya pulang. Universitas Sumatera Utara 47 Jika anaknya melakukan hal-hal negatif seperti berkelahi dengan teman temannya, beliau pasti memberikan hukuman. beliau berpendapat bahwa nanti jika kenakalan-kenakalan seperti itu tidak diberi hukuman pasti akan berdampak negatif dan anak akan terus mengulanginya lagi, dia tidak ingin anaknya terbiasa dengan berkelakuan tidak baik saat bergaul dengan teman-temannya, tetapi setelah menghukum, beliau menyatakan selalu memberi alasan mengapa beliau melakukan hal tersebut. Beliau mencoba memberikan pengertian kepada anaknya tentang perlakuannya tersebut. Berkomunikasi dengan anak adalah hal yang sangat penting yang harus dilakukan, karena dengan berkomunikasi dengan anak, beliau akan mengerti dan memahami keadaan anaknya. beliau juga menyatakan komunikasi adalah jalan orangtua berbagi dengan anak dan sebaliknya anak berbagi dengan orangtua, jadi komunikasi itu penting dilakukan sesering mungkin dengan baik anak dengan orangtua, orangtua dengan anak. Berikut pernyataan beliau: komunikasi dengan anak bagi saya adalah hal yang sangat penting, karena dengan berkomunikasi sesering mungkin saya bisa mengerti dan tau keadaan anak saya, sehingga saya bisa mengarahkan jika anak saya salah didalam pengambilan keputusan ataupun melakukan hal yang lain. Ibu Herawaty adalah orangtua yang terbuka dengan anaknya, karena beliau selalu memberikan ruang yang cukup untuk anaknya didalam mengemukakan pendapatnya, dan beliau juga selalu mendorong anaknya untuk selalu mengemukakan pendapatnya. Karena disinilah wadah yang seharusnya anak mengekspresikan perasaannya baik itu tentang keluarga dan lingkungan sekitarnya. Berikut pernyataan beliau :biasanya saya selalu mendorong anak saya untuk dia mengungkapkan perasaan, pendapat dan hal apa saja yang ingin dia ungkapkan kepada saya, karena disinilah salah satu tugas orangtua untuk menyediakan ruang anak agar bisa berkomunikasi. Ibu Herawaty juga termasuk tipe orangtua yang hangat untuk teman bicara bagi Universitas Sumatera Utara 48 anaknya ketika anaknya sedang bercerita tentang pengalaman dan aktifitasnya sehari-hari. Beliau berpendapat bahwa dia selalu memperhatikan pembicaraan anaknya baik itu keinginan anaknya, pengalaman anaknya didalam bergaul sehari-hari karena dari sinilah beliau dapat memberi pengarahan dan dapat mengontrol anaknya didalam bermain, beliau juga menyebutkan dia tidak ingin anaknya menjadi rusak 10 Ibu Herawaty memang dalam berinteraksi dengan anak cenderung lebih hangat dan lebih mementingkan anaknya. Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa beliau adalah sosok seorang orangtua yang hangat didalam mendidik anaknya, dia sangat dialam bergaul sehari - hari. Berikut adalah pernyataan beliau :saya pribadi selalu memperhatikan ketika anak saya sedang bercerita tentang hal-hal apa saja yang dialami atau dilakukan oleh anak saya saat bermain sehari - hari mas, karena dari sinilah saya bisa mengambil kesimpulan dan mengerti bagaimana anak saya bergaul dan bermain dan saya bisa mengambil tindakan dan bisa mengontrol jika terjadi hal - hal yang negatif. Kadang jika anak saya tidak mau bercerita saya seringkali mendorong dan memulai agar anak saya bercerita. Ibu Herawaty juga menyebutkan jika didalam melaksanakan tugas-tugasnya anak melakukan kecerobohan beliau sering membimbingnya, beliau tidak suka menghukum karena menghukum menurutnya bukan jalan yang baik untuk mendidik anak dalam bertanggung jawab dengan pekerjaannya, berikut pernyataan beliau: jika anak saya buat kesalahan dalam menjalankan tugasnya saya jarang marah, karena marah bukan solusi paling saya cuma ngajarin anak saya aja biar gak salah lagi. Didalam interaksi saat anak sedang belajar, beliau selalu menyempatkan diri untuk menemani anaknya Berikut pernyataan beliau: biasanya anak saya kalo gak mau belajar saya tanya dia kenapa kok gk mau belajar, dan kalo ada masalah sama anak saya coba membantu dia, walaupun itu yang saya bisa tapi saya menyempatkan diri untuk mengawasinya belajar. 10 Pengertian dari tidak baik dalam bergaul Universitas Sumatera Utara 49 terbuka dengan anaknya dan selalu berusaha memberikan pola asuh yang baik bagi anaknya. Sikap orangtua yang penuh dengan kasih sayang dan juga tegas menjadi ciri khas dari gaya pola pengasuhan beliau. beliau juga mampu beradaptasi dengan kemampuan anak, menyadari kesiapan anak tentang tanggung jawab dan kebebasan. Hasil wawancara dengan informan 3 yaitu anak laki-laki ibu Herawaty: Dalam proses mendidik dan mengarahkan ibu herawaty terbilang hangat dan serba mau tau tentang kegiatan anak-anaknya, beliau sangat peduli dan peka terhadap keadaan yang dialami apabia terdapat masalah-masalah dan biasanya mengenai uang jajan dan keinginan yang harus dipenuhi seperti pakaian dan lain sebagainya. Komunikasi yang lancar juga terjalin dalam keseharian, sering cerita-cerita dan juga tidak pernah membeda-bedakan anaknya meskipun berbeda kelamin. Terkadang ibu herawaty juga memberi nasihat mengenai masa depan yang harus dipenuhi seperti pekerjaan hingga jodoh, tapi sebatas memberi pengarahan mana yang baik yang sehaarusnya dilakukan. Beliau juga terbilang jarang memarahi yang begitu berlebihan, oleh sebab itulah terlihat bahwa beliau tidak mendidik secara keras, tetapi penuh kasih saying dan kepedulian. Hasil wawancara dengan informan 4: Ibu Tuginem adalah salah satu orangtua tunggal, usia 58 Tahun,menjadi orangtua tunggal karena suaminya meninggal, beliau hanya seorang ibu rumah tangga. Jumlah anak beliau ada 9 orang dan jumlah anak yang masih menjadi tanggungan beliau adalah 2 orang.Menjadi orangtua tunggal sudah 7 tahun. Menurut beliau, beliau selalu mengikut sertakan anak-anak didalam pengambilan keputusan didalam keluarga dan didalam pengambilan keputusan yang menyangkut pilihan anaknya, hal ini menurutnya sangat penting dilakukan karena nantinya anaklah yang akan menjalani keputusan tersebut dan Universitas Sumatera Utara 50 beliau ingin mendiskusikannya dari awal, beliau memberi ruang kepada anaknya untuk mengapresisasikan pilihan-pilihannya kepadanya, setelah itu beliau memberi nasehat dan arahan-arahan bahkan tak segan memberikan alternatif pilihan-pilihan lain. Seperti pernyataan beliau: saya selalu mengikutsertakan anak didalam pengambilan keputusan didalam keluarga, apalagi hal-hal yang menyangkut dengan anak saya contohnya untuk mencari pasangan hidup dan sekolah misalnya, saya selalu memberi ruang yang cukup untuk mendiskusikan keinginan-keinginan anak, karena nantinya si anaklah yang akan menjalaninya sendiri saya sebagai orangtua hanya bisa memnberi arahan, dan nasehat serta mendukung keputusan anak saya. Ibu Tuginem mengatakan pasti ada hukuman saat anaknya melakukan tindak negatif dalam pergaulan sehari-hari dengan temannya seperti berkelahi, beliau tidak ingin anaknya menjadi bandel walaupun dia diasuh dari keluarga yang kurang lengkap, oleh karena itu beliau memberi hukuman untuk anaknya bila anaknya melakukan hal-hal negatif, tetapi setelah memberi hukuman beliau mengaku memberi arahan kembali pada anaknya bahwa yang dilakukannya adalah salah oleh sebab itu dia menghukumnya. Seperti pernyataan beliau: hukuman pasti ada saat anak melakukan kesalahan, tapi setelah itu saya kembali memberi arahan agar dia tidak mengulanginya lagi, saya juga gak pengen anak saya bandel karena dia diasuh dari keluarga yang kurang utuh seperti keluarga saya ini. Ibu Tuginem menyatakan sangat penting berkomunikasi dengan anaknya, karena disinilah fungsi orangtua berjalan, beliau menganggap dengan berkomunikasi sesering mungkin beliau bisa mengerti dan memahami keinginan anaknya.Seperti pernyataan beliau: penting sekali berkomunikasi dengan anak, karena disinilah saya bisa tau apa yang dirasakan anak saya, apa yang menjadi keinginannya saya bisa mengerti, oleh karena itu sebisa mungkin saya berkomunikasi dengan anak saya walaupun pada saat kami berjauhan sekalipun. Universitas Sumatera Utara 51 Ibu Tuginem menyatakan jika anaknya sedang bercerita kepadanya tentang pengalaman dan aktifitasnya sehari-hari, beliau mengaku selalu memberikan waktu untuk anaknya, dan selalu memperhatikan pembicaraan anaknya tersebut, karena dengan demikian orangtua dapat mengontrol anaknya, dengan adanya saling dengar cerita seperti ini beliau mengaku bisa lebih yakin dalam bertindak dan mengontrol anaknya sehari - hari. Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ibu Tuginem adalah sosok seorang orangtua yang hangat didalam mendidik anaknya, dia sangat terbuka dengan anaknya dan selalu berusaha memberikan pola asuh yang baik bagi anaknya. Sikap orangtua yang penuh dengan kasih sayang dan juga tegas menjadi ciri khas dari gaya pola pengasuhan beliau. Beliau juga mampu beradaptasi dengan kemampuan anak, menyadari kesiapan anak tentang tanggung jawab dan kebebasan.Gaya Pola asuh orangtua yang dipakai beliau bercirikan pola pengasuhan demokratis. 3. Pola Pengasuhan Liberal Pola pengasuhan seperti ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.Pola pengasuhan ini terlihat dengan adanya kebebasan yang berlebihan tidak sesuai untuk perkembangan anak, yang dapat mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang lebih agresif dan impulsif. Hasil wawancara dengan informan 5: Ibu Muriati adalah orangtua tunggal, usia beliau 54 tahun menjadi orangtua tunggal disebabkan bercerai dengan suaminya dan pengasuhan anak sepenuhnya berada pada beliau. Beliau tidak memiliki pekerjaan tetap hanya membuka warung makan didepan rumahnya. Jumlah anak beliau ada 2 orang yang paling besar laki-laki beumur 27 tahun dan yang kedua perempuan berumur 16 tahun jumlah anak yang masih menjadi tanggungannya adalah 1 orang yaitu yang paling kecil. Universitas Sumatera Utara 52 Menurut beliau, ia selalu mengikut sertakan anaknya dalam menentukan pilihan yang menyangkut kepentingan anak didalam keluarga, beliau selalu memberikan apa yang diinginkan anaknya karena beliau ingin anaknya bahagia dengan pilihan-pilihannya tanpa harus menjadi penghalang untuk anaknya. Berikut pernyataan beliau :saya selalu memberi dukungan kepada anak didalam pengambilan keputusa, karena saya tau apa yang paling diinginkan anak saya. Beliau juga berpendapat bahwa tidak pernah memberikan batasan waktu kepada anaknya, karena menurutnya jika anak di beri batasan waktu nanti anak itu malah akan manjadi bandel dan tidak menurut dengan orangtua, batasan waktu yang dia berikan hanya saat malam hari jika anaknya ingin keluar bermain dengan teman - temannya. Berikut pernyataan beliau: saya jarang memberikan batasan waktu kepada anak saya, karena nanti dia malah tertekan dan mungkin akan menjadi bandel karena merasa teratur oleh ego saya, mungkin kalau pas malam aja kalau dia pengen keluar dengan kawan-kawanya. Tapi saya juga jarang memberi batasan waktu, untuk anak yang laki-laki, biarkan dia mencari jati dirinya dengan banyak bergaul dengan kawannya. Beliau juga selalu memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mengungkapkan pendapat mereka, dan beliau selalu memenuhi kebutuhan anaknya apapun itu. Berikut pernyataan beliau: saya selalu memperhatikan dan memberi kesempatan pada anak saya untuk mengungkapkan pendapatnya, karena biasanya anak saya meminta sesuatu dan saya berusaha untuk memenuhi permintaanya tersebut, karena saya sangat sayang terhadap anak saya karena hanya mereka kawan saya dalam sehari-hari jadi saya berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. Universitas Sumatera Utara 53 Menurut beliau pemberian kerja tidak harus dilakukan dan beliau juga tidak memaksa jika anaknya tidak ingin melakukan tugas yang diberikannya. Berikut pernyataan beliau: sebenarnya pemberian kerja tidak harus dilakukan, karena saya sendiri juga bisa melakukannya kok, dan itu tidak membebani saya. Toh kalau anaknya juga gk mau masa saya juga mau paksa dia, kalau biasanya dia enggak mau saya hanya membiarkan saja dan biarkan terserah dia mau ngapain. Penerapan pola pengasuhan yang dipakai ibu Muriaty lebih cenderung tidak memberi batasan kepada anaknya untuk berbuat dan berprilaku sesuka hatinya, orangtua bersikap mengalah, menuruti semua keinginan anaknya secara berlebihan. 4. Pola Pengasuhan tidak terlibat Anak dari orangtua dari pola pengasuhan ini cenderung terbatas secara akademik dan sosial.Dalam beberapa penelitian berpendapat bahwa anak dengan pola pengasuhan ini lebih cenderung bertindak antisosial pada masa remaja. Apabila pola pengasuhan ini diterapkan sedini mungkin hal ini akan mengakibatkan gangguan pada perkembangan anak. Dalam pola pengasuhan seperti ini akan memiliki anak yang defisit dalam fungsi fisiologisnya, penurunan kemampuan intelektual, serta pemarah. Hasil wawancara dengan informan 6: Bapak Timan adalah seorang ayah yang menjadi orangtua tunggal untuk anak- anaknya.Beliau berusia 55 tahun menjadi orangtua tunggal karena bercerai dan menjadi orangtua tunggal dan sampai penelitian saya berlangsung belum menikah lagi.beliau berprofesi sebagai pekerja bangunan dan juga tukang becak. Jumlah anak beliau ada 3 orang, 2 sudah dewasa dan 1 masih bersekolah.yang pertama laki-laki usia 29 tahun dan yang kedua Universitas Sumatera Utara 54 perempuan usia 27 tahun dan anak yang ketiga laki-laki usia 16 tahun dan masih menjadi tanggungannya karena masih sekolah. Menurut beliau, ia merupakan bapak yang tidak terlalu sibuk mengurusi tingkah laku anaknya, hanya saja dalam kepentingan yang penting saja seperti sekolah dan ekonomi. Dalam hal lainnya bapak ini selalu mempercayakan anaknya yang sudah dewasa yaitu laki-laki dan perempuan dalam menentukan pilihan. Beliau selalu memberikan apa yang diinginkan anaknya karena beliau ingin anaknya senang dengan pilihan-pilihan yang diambil sendiri berdasarkan kemauan dan ajaran abang dan kakaknya. Berikut pernyataan beliau :saya selalu memberi dukungan kepada anak saya dalam menentukan pilihan, tetapi dalam hal ini abang dan kakaknya juga ikut serta karena saya menyadari abang dan kakaknya lah yang masih mengerti kemauan dan kehendak seusianya. Beliau juga berpendapat bahwa tidak pernah membatasi waktu kepada anakny dalam bergaul, karena menurutnya batasan waktu yang dia berikan akan mempengaruhi sosialisasi dalam berteman dan karena anaknya juga seorang laki-laki. Berikut pernyataan beliau: saya tidak ada patokan waktu kepada anak saya, karena nanti dia malah tertekan, apalagi disaat bermain dengan teman sekolah ataupun teman sekitaran rumah, saya biarkan dia banyak bergaul dengan teman-temannya. Beliau juga berpendapat bahwa tidak pernah menghukum berat kepada anaknya jika anaknya didalam bermain ,berkelahi dan melakukan aktifitas negatif diluar. Menurutnya itu hal yang wajar dilakukan oleh anak muda tetapi jika sudah kelewatan biasanya abang dan kakaknya menegur. Berikut pernyataan beliau: Sebenarnya tidak perlu memberi hukuman berat kepada anak jika anak melakukan tindak negatif, toh itu hal yang wajar saja kok dilakukan oleh anak seusianya. paling kalo sudah kelewat batas saya menyuruh abang dan kakaknya untuk menegur dan memastikan apa saja tindakannya diluar rumah asalkan tidak memakai Universitas Sumatera Utara 55 narkoba. Karena menegornya terus menerus dan dalam hal yang biasa dia akan merasa bersalah terus-terusan. Beliau berpendapat bahwa berkomunikasi tidak terlalu sering dengan anaknya, karena selain ada abang dan kakaknya yang selalu mendidik saya juga harus bekerja diluar rumah. Berikut pernyataan beliau: komunikasi dengan anak saya terbilang jarang, karena saya seringan diluar rumah untuk mencari nafkah, ditambah lagi karena dirumah ini hanya kami berdua saja dan kami berdua juga sama-sama laki-laki jadi tidak perlu banyak bicara seperti halnya anak perempuan yang harus banyak pendapat dan cerita. Tetapi dengan demikian saya bisa mengerti tentang kebutuhannya. Tapi dalam suatu kesempatan saya juga memperhatikan dan memberi kesempatan pada anak saya untuk mengungkapkan pendapatnya dan keinginannya meskipun hal ini bisa terbilang jarang sekali, dan biasanya karena meminta sesuatu yang menurutnya harus langsung dibilang ke saya. Gaya pola pengasuhan yang dipakai informan 5 lebih cenderung tidak terlibat kepada anaknya karena bisa dipahami bahwa adanya kedua anak yang paling besar dapat membantu mengarahkan anak ketiganya tersebut. Universitas Sumatera Utara 56 BAB IV STRATEGI DALAM MENJALANI PERAN GANDA SEBAGAI ORANGTUA TUNGGAL Menurut Goode, William. J 2007: 197-198terdapat akibat beberapa hal yang dirasakan sebagai single parent atau orangtua tunggal, yaitu: 1. Penghentian kepuasan seksual. 2. Hilangnya persahabatan, kasih atau rasa aman. 3. Hilangnya model peran orang dewasa untuk dikuti anak–anak. 4. Penambahan dalam beban rumah tangga bagi pasangan yang ditinggalkan, terutama dalam menangani anak–anak. 5. Penambahan dalam persoalan ekonomi, terutama jika suami meninggal atau meninggalkan rumah dalam jangka waktu tidak terbatas. 6. Pembagian kembali tugas–tugas rumah tangga dan tanggung jawabnya. Tidak adanya pasangan disebabkan karena banyak hal seperti kematian, perceraian, perpisahan akibat perang atau bencana alam dan sakit sehingga tidak dapat menjalankan perannya. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga yang mengakibatkan seseorang menjadi orangtua tunggal yang berarti akan membawa seseorang untuk beradapatasi dengan kondisi yang baru yakni penambahan peran dan serangkaian tugas-tugas ganda yang harus dilakukan. Single parent yang disebabka karena adanya hubungan diluar nikah atau bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah kemudian mengadopsi anak akan membutuhkan motivasi dan dukungan yang lebih dari keluarganya karena perlu kesiapan yang matang baik secara mental maupun finansial untuk menjadi orangtua tunggal. Sedangkan orangtua tunggal yang karena adanya kematian dan sakit dirasa kondisi tersebut seseorang dianggap memiliki tingkat kematangan yang tinggi sehingga diharapkan mampu Universitas Sumatera Utara 57 mengatasi segala perubahan yang terjadi.

4.1 Peranan Orangtua dalam Keluarga