Tinjauan Pustaka Strategi Orangtua Tunggal dalam Mengasuh Anak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu

9

1.2 Tinjauan Pustaka

Pengasuhan merupakan bagian yang penting dalam sosialisasi, proses dimana anak belajar untuk bertingkah laku sesuai harapan dan standar sosial.Dalam konteks keluarga, anak mengembangkan kemampuan mereka dan membantu mereka untuk hidup didunia Baumrind, diana 1994.Melalui pengasuhan dan interaksi sosial, dengan demikian pengasuhan dapat diartikan sebagai sosialisasi seperti bayi yang baru belajar adaptasi saat meminum ASI. Pola pengasuhan adalah proses memanusiakan atau mendewasakan manusia secara manusiawi, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan jaman Ary H. Gunawan, 2000 : 55. Menurut Berk pola asuh orang tua adalah daya upaya orangtua dalam memainkan aturan secara luas di dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.Kemudian pengasuhan berasal dari kata asuh yang berarti menjaga, merawat dan mendidik. Margareth mead juga pernah melakukan penelitian yang menghasilkan karangan seperti, Growth And Culture yang ditulisnya bersama dengan F.C. MacGregor 1951 dan Children And Ritual In Bali1955. Dalam hal itu, pengumpulan bahan mengenai adat-istiadat pengasuhan anak, atau sekarang disebut secara teknis child training practice, banyak dilakukan oleh para sarjana ilmu antropologi. Adat-istiadat pengasuhan anak itu antara lain meliputi hal-hal: cara-cara memandikan dan membersihkan bayi, cara-cara mempelajari disiplin buang air, cara-cara melatih disiplin makan, adat-istiadat penyapihan, cara-cara menggendong bayi dan ank-anak, serta cara-cara mendisiplinkan anak. Universitas Sumatera Utara 10 Menurut Martin Colbert dalam Karlinawati silalahi, 2010, terdapat 4 macam pola pengasuhan orangtua: a. Pola Pengasuhan Otoriter Pola pengasuhan ini cenderung menetapkan standar yang harus dituruti, biasanya dengan ancaman-ancaman.Tipe ini cenderung memaksahingga menghukum. Dalam pola pengasuhan ini terdapat contoh bahwa orangtua jarang mengikut sertakan anak didalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan orangtua merasa tahu akan kebutuhan anaknya. Tanpa harus mendiskusikan atau membicarakannya kepada anak, yang menjadi keputusan orangtua itulah yang akan dipilih oleh anak. Orangtua bersikap memaksa atau memerintahkan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi dan bersikap kaku kepada anak. Sebagai contoh lainnya, dalam pergaulan sehari - hari, adalah hal yang wajar jika anak yang bermain melebihi waktu dari yang ditentukan oleh orangtua.Karena remaja adalah masa dimana anak bertumbuh dan berkembang, serta keingin tahuannya sangat besar, oleh karena itu tidak jarang mereka melakukan hal - hal yang mereka anggap masih baru.Oleh sebab itu anak sering telat waktu saat mereka bermain dengan teman - temannya.Dari hasil penelitian, orangtua cenderung menghukum jika anak bermain melebihi waktu, hal ini di lakukan karena orangtua tidak ingin anaknya melanggarnya, tanpa memberikan arahan kepada anak. Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa sikap orangtua lebih cenderung memberikan hukuman pada anak saat anak bermain melebihi waktu yang telah di tentukan. Adanya kontrol yang tinggi dari orangtua namun tidak ada bentuk pengarahan kepada anak dari orangtua. b. Pola Pengasuhan Demokratis Universitas Sumatera Utara 11 Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.Pola pengasuhan ini memberikan kesempatan pada anak untuk berkembang kearah positif.Khusus pada anak remaja, orangtua harus mampu beradaptasi terhadap kemampuan anak.menyadari kesiapan anak terhadap tanggung jawab dan kebebasan. Adanya tuntutan mengacu pada harapan dan aturan yang ditetapkan orangtua yang masuk akal dan jelas terhadap tingkah laku anak. Salah satu contoh dalam penelitian lapangan tentang pola pengasuhan demokratis yang ditulis berdasarkan hasil wawancara dengan informan, bahwa menurutnya sangat penting untuk mengikutsertakan anaknya didalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan dengan anaknya, pengambilan keputusan selalu melibatkan anak karena nantinya sang anak yang akan menjalani keputusan tersebut. Informan selalu memberi ruang yang cukup untuk anak dalam mendiskusikan keinginan anak, dan informan selalu bersikap dewasa dalam berkomunikasi dengan anak, sebagai contoh dia selalu mendukung keinginan anak dengan memberikan nasehat-nasehat serta arahan yang membangun. Dari penjelasan tersebut secara teori pola pengambilan keputusan yang berhubungan dengan anak adalah cenderung bersifat Demokratis. Artinya orangtua didalam menghadapi sikap - sikap, keputusan dan harapan anaknya dalam keputusan yang berkaitan dengan anaknya selalu melibatkan mereka. Adanya sikap saling menghargai dan memberikan ruang yang cukup untuk saling berpendapat antara anak dan orangtua adalah hal penting. Hal ini terjadi karena, orangtua beranggapan bahwa anaklah yang nantinya akan menjalani keputusan tersebut. c. Pola Pengasuhan Liberal Pola asuh liberal permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak Universitas Sumatera Utara 12 untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.Pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenal pula dengan pola asuh serba membiarkan dan orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.Pola pengasuhan ini terlihat dengan adanya kebebasan yang berlebihan tidak sesuai untuk perkembangan anak, yang dapat mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang lebih agresif 1 dan impulsif 2 d. Pola Pengasuhan tidak terlibat , Martin Colbert dalam Karlinawati silalahi, 2010 . Anak dari pola pengasuhan seperti ini tidak dapat mengontrol diri sendiri, tidak mau patuh, dan tidak terlibat dalam aktifitas di kelas. Anak dari orangtua dari pola pengasuhan ini cenderung terbatas secara akademik dan sosial.Peneliti berpendapat bahwa anak dengan pola pengasuhan ini lebih cenderung bertindak antisosial pada masa remaja Menurut Martin Colbert dalam Karlinawati silalahi, 2010. Apabila pola pengasuhan ini diterapkan sedini mungkin hal ini akan mengakibatkan gangguan pada perkembangan anak. Ibu dalam pola pengasuhan seperti ini akan memiliki anak yang defisit dalam fungsi fisiologisnya, penurunan kemampuan intelektual, serta pemarah. Meskipun pola pengasuhan terbagi didalam 4 pola pengasuhan, tetapi pembagian ini bukan merupakan hal yang kaku.tidak ada orangtua yang sempurna. Orangtua adalah manusia yang bereaksi berbeda diberbagai situasi, tergantung pada perasaan dan lingkungan mereka.Pola pengasuhan disimpulkan dari reaksi mereka disebagian situasi Menurut Martin Colbert dalam Karlinawati silalahi, 2010 . Orangtua dengan pola pengasuhan autoritatif memberikan model yang bertanggung jawab secara sosial, tingkah laku menyayangi anak, yang mendorong anak berbuat hal yang sama. Orangtua dengan pola pengasuhan otoriter dan 1 Suatu sifat yang cenderung menyerang atau bernafsu. 2 Suatu sifat yang cepat betindak secara iba-tiba menurut gerak hati. Universitas Sumatera Utara 13 permisif lebih menunjukkan tingkah laku memaksa atau kurang menyayangi anak dan hal ini bukan contoh yang baik pada anakDiana baumrind, 1994.Dengan demikian, orangtua dengan pola pengasuhan autoratif memberikan kesempatan yang lebih efektif untuk melakukan tingkah laku yang bertanggung jawab dengan meminta anak untuk membuat pilihannya sendiri dengan bimbingan yang jelas dan memberikan umpan balik terhadap pilihannya tersebut. Pemberian umpan balik ini dapat mendorong anak untuk mengenali hubungan antara keputusan, tingkah laku, dan konsekuensi yang diambil, serta merefleksikan kemampuan mereka sebagai pembuat keputusan. Sebaliknya orangtua dengan pola pengasuhan permisif tidak memberikan panduan yang jelas, yang sesuai dengan usia dan pengalaman si anak Diana baumrind, 1994.Hubungan hangat dan penerimaan dalam keluarga autoritatifdapat meningkatkan pengaruh yang positif bagi anak.Penelitian menunjukkan bahwa hubungan orangtua dengan anak didasari pada resa saling percaya, komunikatif dan responsif emosional berhubungan dengan peningkatan keterampilan dan keberhasilan anak berhubungan dengan oranglain diluar rumah dan dengan kepuasaan hidup pada umumnya Diana baumrind, 1994. Terdapat proses yang timbal balik antara pola pengasuhan dengan anak, pola pengasuhan mempengaruhi anak dan sebaliknya, anak juga memengaruhi pola pengasuhan. Martin Colbert dalam Karlinawati silalahi, 2010 . Faktor - faktor yang Memengaruhi dalam Pola Pengasuhan: 1. Karakteristik anak Beberapa karakteristik anak yang memengaruhi pola pengasuhan adalah: a. Usia anak. b. Temperamen. c. Gender Universitas Sumatera Utara 14 2. Karakteristik Keluarga a. Jumlah Saudara. b. Konfigurasi. c. Lingkungan Sosial. d. Status ekonomi dan sosial 3. Karakteristik Orangtua a. Kepribadian. b. Sejarah Perkembangan Orangtua c. Kepercayaan dan pengetahuan Dari hal pola pengasuhan dapat digambarkan juga bahwa terdapat peran sebagai orang tua tunggal dalam keluarga yang sangat penting karena mereka juga harus melakukan pengasuhan dan bekerja untuk mencari nafkah, mengurus rumah tangga yang selayaknya. Dapat diungkapkan bahwa,orang tua tunggal bukan berarti tidak dapat mempertahankan dan memberi pengasuhan kepada keluarganya, tetapi sebaliknya mereka bisa bahagia tanpa pasangan dan dapat menyesuaikan diri dengan tepat.Ditengah berbagai masalah yang timbul sebagai orang tua tunggal tersebut haruslah mempunyai strategi pemecahan masalah di dalam dirinya supaya mampu dan mau untuk menyelesaikan masalahnya seorang diri karena masalah itu timbul seiring dengan kondisi biologis, perkembangan anak, dan kondisi perekonomian, yang berpengaruh terhadap naiknya harga- harga kebutuhan pokok sehingga biaya hidup semakin mahal dan sulit untuk dijangkau, mampukah sebagai orang tua tunggal tersebut menghadapi dan menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang dihadapinya. Status Orang tua tunggal membawa konsekuensi perubahan peran.Tidak hanya menjadi ibu tetapi juga menjadi ayah yang harus mencari nafkah. Mereka harus bertanggung Universitas Sumatera Utara 15 jawab penuh akan haknya tersebut. Mereka dituntut untuk menjalankan beberapa peran dan mengambil tanggung jawab penuh dan juga mengambil keputusan yang tepat bagi kelangsungan keluarga.Terlepas dari hal itu, perubahan struktur keluarga tersebut menuntut orang tua tunggalsenantiasa berjuang menjadi tulang punggung bagi keluarga dan terlebihbagi keberlangsungan pola didik yang diterapkan pada anak yang bisa mempengaruhi perkembangan moralitas mereka.Dari sekian tahap perkembangan moral anak, masa remaja juga menjadi fokus perhatian sebagian besar orang tua tunggal. Terlebih pada rentang usia remaja, yaitu 13-19 tahun. Pada masa ini, perkembangan moralitas anak lebih banyak dipengaruhi oleh beberapa permasalahan pada remaja, seperti depresi, kenakalan remaja, bunuh diri, dan juga pengaruh oleh teman sebaya peer group untuk melakukukan hal-hal yang negatif. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dirumuskan bahwa pola pengasuhan adalah suatu cara, kebiasaan dan perilaku yang standar dalam proses pengasuhan terhadap anak dalam suatu lingkungan keluarga, pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Kemudian dalam hal terkait keluarga juga merupakan lingkunganpendidikan yang pertama dan utama karena dalam keluarga anak-anak mendapat pendidikan dan bimbingan utama karena sebagaian besar kehidupan anak adalah dikeluarga.Dengan demikian dari keluarga pembentukan kepribadian anak menjadi manusia yang siap melakukan tugas dan tanggung jawabnya, menguasai diri, menjalankan peran sosialnya serta mengamalkan nilai- nilai yang ada dalam masyarakat.Agar tetap bertahan keluarga membutuhkan dukungan dari masyarakat luas, sehingga keluarga dan masyarakat harus saling mendukung karena sama– sama memberi kontribusi dalam tercipta nilai–nilai dan norma–norma yang sesuai dengan Universitas Sumatera Utara 16 harapan masyarakat. Oleh karena itu fungsi-fungsi keluarga mengalami pergeseran sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang meliputi aktivitas-aktivitasnya, seperti dikemukakan Ravik Karsidi 2005: 53, fungsi-fungsi sosial keluarga yang mengalami perubahan antara lain : a Fungsi Pendidikan Keluarga merupakan lembaga pendidikan utama namun kini secara fungsi pendidikan secara formal telah diambil alih oleh sekolah. Proses pendidikan di sekolah menjadi semakin pentingpengaruhnya, dahulu fungsi sekolah hanya terbatas pada pendidikan intelektual, kini sekolah diarahkan ke perkembangan anak sebagai pribadi yang memiliki kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Sekolah kini tidak hanya menyediakan tenaga guru sebagai pendidik namun dilengkapi pula adanya konselor, psikolog sekolah, psikolog klinis guna mendidik anak agar mereka berhasil dalam menjalankan peran dalam kehidupan bermasyarakat. b Fungsi Rekreasi Pada saat ini kesibukan keluarga semakin padat dan tuntutan-tuntutan hidup yang semakin meningkat sehingga membuat anggota keluarga menghabiskan waktu diluar rumah seperti bekerja dan belajar di luar daerah. Fungsi keluarga sebagi rekreasi kini bergeser, keluarga bukan merupakan medan rekreasi bagi anggota-anggotanya. Pusat-pusat rekreasi dialihkan diluar keluarga seperti, gedung bioskop, panggung sirkus, lapangan olah raga, kebun binatang, taman-taman, klub malam yang dipandang lebih bervariasi. c Fungsi Keagamaan Keluarga merupakan pusat pendidikan mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaaan seperti upacara, dan ibadah agama bagi para anggotanya ditambah peranan yang dilakukan oleh institusi agama. Proses sekulerisasi dalam masyarakat dan merosotnya pengaruh institusi agama menimbulkan kemunduran fungsi keagamaan keluarga. Dengan Universitas Sumatera Utara 17 demikian kewajiban orang tua dalam memberi teladan dan melibatkan anak dalam iklim keagamaan dalam kehidupan keluarga sehingga anak-anak memilki pegangan yang teguh agar tidak terpengaruh akan arus zaman yang tidak menentu dan tidak baik bagi kehidupan. d Fungsi Perlindungan Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga baik dari dalam maupun dariluar kehidupan keluarga, perlindungan secara mental dan moral, disamping perlindungan yang bersifat fisik bagi kelanjutan hidup orang- orang yang ada dalam keluarga. Seiring perkembangan zaman yang modern dan serba lengkap, perlindungan secara fisik maupun sosial kini dapat diserahkan kepada badan-badan sosial, perusahaan asuransi dan lain sebagainya. Maka dengan demikian terdapat tanggung jawab yang besar terhadap orang tua tunggal dalam menjalani peran didalam keluarga yang sangat berpengaruh akan pengasuhan dan bagaimana cara mendidik serta melindungi anak agar terhindar dari kehidupan yang bersifat negatif, oleh karena itu dibutuhkan kemampuan yang lebih sebagai orang tua tunggal dalam menjalankan perannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi dalam menyesuaikan diri merupakan reaksi yang secara efektif dan harmonis akan terjadinya realita sosial disertai dengan kesadaran untuk melaksanakan tanggung jawab yang penuh. Oleh karena itu dalam pergaulan kehidupan manusia dituntut untuk menyesuaikan diri sebagai hubungan yang timbal balik dalam arti saling mempengaruhi satu sama lain dalam rangka membina hubungan baik antar individu. Dengan demikian tipe atau bentuk penyesuaian dibedakan menjadi dua, yaitu : - Penyesuaian diri yang bertipe autoplastis Tipe penyesuaian diri bersifat pasif dimana individu selalu berusaha menyesuaiakan diri dengan lingkungan agar kebutuhannya dapat terpenuhi, misalnya : cara berpakaian, cara berbicara, cara makan, bahasa dan adat kebiasaan dimana ia harus menyesuaikan dengan Universitas Sumatera Utara 18 lingkungan dimana ia berada. - Penyesuaian diri yang bertipe aloplastis 3 Tipe penyesuaian ini lebih bersifat aktif karena individu cenderung mengubah lingkungannya sesuai dengan keinginannya, misalnya dengan cara bergaul yang lebih sopan santun, lebih ramah dan menggembirakan pergaulan hidup sehingga yang lain juga ikut menyesuaikan cara penyesuaian diri yang lebih halus tersebut. H. Sunarto dan B. Agung Hartono 2006: 225-226 menjelaskan penyesuaian diri yang bersifat positif : a Penyesuaian diri dengan menghadapi masalah secara langsung Dalam hal ini individu menghadapi segala permasalahan dengan segala konsekuensinya guna melakukan penyelesaian masalah sehingga permasalahan akan segera teratasi dan cepat selesai. Misalnya: seorang ibu yang terlambat membayar hutang karena dipakai untuk uang sekolah, maka ibu akan segera mengatakan kepada si pemberi pinjaman secara langsung dan mengungkapkan segala persoalan kepada pemberi pinjaman. b Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi penjelajahan Dalam hal ini, individu mencari pemecahan permasalahan yang ia hadapi dengan mencari berbagai bahan pengalaman. Misalnya saja seorang ibu yang ditinggalkan suami karena meninggal, ia merasa kurang mampu dalam menjalani kehidupannya yang baru. Oleh sebab itu ia membaca buku, konsultasi, diskusi, mencari teman-teman yang ditinggal suaminya dalam upaya penyesuaian diri dengan perubahan yang ia alami. c Penyesuaian diri dengan trial and error atau coba-coba Dalam hal ini individu melakukan suatu tindakan coba-coba, apabila mendatangkan 3 alo = yang lain plastis = dibentuk artinya adanya penyesuaian karena sesuatu diluar diri Universitas Sumatera Utara 19 kebaikan dan keuntungan maka tindakan tersebut akan ia gunakan sebagai pedoman. Apabila tindakan yang ia lakukan salah atau merugikan maka tindakan tersebut tidak akan dilakukan lagi. d Penyesuaian diri dengan substitusi mencari pengganti Dalam hal ini terjadi apabila individu merasa gagal maka ia akan melakukan penyesuaian diri yang lain yaitu dengan mencari jalan lain. Misalnya seseorang merasa kurang mendapat keuntungan di bidang kerajinan, maka ia akan berpindah ke bidang makanan e Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri Dalam hal ini individu berusaha untuk menggali kemampuan yang ada dalam dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara maksimal guna penyesuaian diri. Misalnnya ibu yang tadinya bekerja di dalam rumah untuk mengatasi kesulitan ekonomi keluarga, ia mengembangkan kemampuan dalam hal memasak dan menjahit sehingga dapat menambah pemasukan keluarga. f Penyesuaian diri dengan belajar Dalam hal ini individu banyak menambah pengetahuan diri dengan belajar.Belajar dengan membaca buku, pengalaman hidup sehingga dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik. g Penyesuaian diri dengan pengendalian diri Dalam hal ini individu kemampuan yang matang dan pengendalian diri yang seimbang serta disertai dengan tindakan yang stabil dimana individu dapat memilah-milah tindakan mana yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan. h Penyesuaian diri dengan perencanaan yang cermat Dalam hal ini individu melakukan tindakan bedasarkan perencanaan yang Universitas Sumatera Utara 20 cermat.Jalan yang diambil telah dipertimbangkan masak-masak antara baik-buruknya sehingga langkah yang diambil adalah langkah yang tepat pada sasaran. Terdapat beberapa karakteristik dalam menyesuaikan diri yaitu: - Persepsi Terhadap Realitas yang Akurat Orang yang dapat mempersepsikan diri apa adanya sesuai dengan realitas. Biasanya individu seperti ini memiliki tujuan hidup yang realistis, yaitu sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada dalam lingkungannya, kemudian individu itu mampu memodifikasi tujuan serta menggunakan kemampuan dan kesempatan tersebut sepanjang hidupnya. - Mampu Mengatasi Stres dan Kecemasan Kecemasan dan stress merupakan hal yang sering mengganggu kehidupan seseorang. Penyesuaian diri yang efektif adalah apabila seseorang mampu mengatasi kecemasan dan stress ini dengan cara menerima dengan ikhlas realita kehidupan atau dengan cara menyusun rencana dan membuat tujuan jangka pendek yang lebih mudah dicapai sehingga timbul perasaan puas dan bahagia. Rasa lelah, khawatir atau sakit dan merasa kehilangan kontrol dari kehidupannya sering merasa tidak sabar.Hal ini dapat menimbulkan stres.Namun, tidak semua tekanan menyebabkan disfungsi dalam keluarga. Tipe Stressor 4 - Gambaran Diri Self Image , kepribadian dan hubungan dalam keluarga serta dukungan sosial memengaruhi kemampuan orangtua untuk mengatasi tekanan. Apabila individu mempersepsikan kelemahan dan kekurangan dirinya sesuai dengan kenyataan dan persepsi orang lain terhadap dirinya, maka individu tersebut dapat menerima dirinya apa adanya. Dengan demikian gambaran dirinya dan pemikirannya menjadi 4 Suatu keadaan yang menimbulkan stress. Universitas Sumatera Utara 21 positif.Individu seperti ini dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara efektif dan berusaha memperbaiki segala kelemahan serta mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. - Kemampuan Mengekspresikan Perasaan Individu yang sehat secara emosional adalah individu yang mampu merasakan dan mengkspresikan perasaannya, dapat menunjukan emosinya secara realitas, dan pelampiasan ini tetap dibawah kontrolnya, sementara itu penyesuaian yang sehat menuntut keseimbangan antara kontrol yang berlebihan dan kurang kontrol sama sekali karena emosi dan perasaan. - Hubungan Interpersonal yang Baik Individu yang memiliki penyesuaian diri yang efektif mampu mencapai tingkat keakraban yang baik dan senantiasa menjaga keselarasan dalam hubungan sosialnya dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

1.3 Rumusan Masalah