Karakteristik Pengkulturan Karakteristik Biokimia Unsur Biokimia

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aggregatibacter actinomycetemcomitans Aa

Bakteri Aa adalah bagian dari flora normal pada individu yang sehat, tetapi juga sebagai agen utama dalam beberapa bentuk periodontitis yang agresif. Dalam berbagai bentuk periodontitis agresif Aa sering ditemukan dengan jumlah yang tinggi pada sampel subgingiva dari bagian gigi yang terinfeksi. Dalam sebuah studi longitudinal menunjukkan bahwa anak-anak dengan keadaan periodontal yang sehat dengan adanya koloni Aa memiliki peningkatan risiko untuk berkembangnya periodontitis agresif lokalisata cited from Van der Velden ; Fine dkk. 13 Menurut taksonominya, Aa diklasifikasikan berdasarkan: 14 Kingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Gammaproteobacteria Ordo : Parteurellales Famili : Pasteurellaceae Genus : Aggregatibacter Spesies : Actinomycetemcomitans

2.1.1 Karakteristik Pengkulturan

Bakteri Aa adalah bakteri nonmotil, kecil, negatif Gramm, kokobasil, capnophilic, fakultatif anaerob dan tumbuh baik pada 5 CO 2 di udara atau anaerob. Aa tumbuh berkembang baik menjadi koloni dalam 24 - 48 jam. Pada media pertumbuhan yang padat, Aa yang baru diisolasi melekat pada agar dan membentuk koloni melingkar dengan diameter 0,5-1 mm dengan tepi yang sedikit tidak teratur. 14 Bakteri Aa yang baru diisolasi dari rongga mulut manusia yang selalu berfimbria dan berbentuk kecil ~ 1mm, permukaan kasar, koloni translusen, dengan morfologi internal berbentuk bintang. Subkultur yang berulang dari hasil isolat klinis Universitas Sumatera Utara menghasilkan perubahan morfologi koloni secara spontan dari kasar ke halus, yang ditunjukkan oleh strain Aa pada American Type Culture Collection. 14 Gambar 1. Isolasi Aa dari subgingiva pada pasien periodontitis agresif lokalisata 14

2.1.2 Karakteristik Biokimia

Pertumbuhan pada agar coklat dan agar darah: 14 a. Tumbuh lambat b. Koloni tampak setelah 48 -72 jam c. Koloni kecil, halus, transparan, non hemolitik dan memiliki tepi sedikit tidak teratur d. Isolat klinis baru melekat ke agar, sulit untuk mengemulsi e. Inkubasi lama 5 sampai 7 hari, koloni dapat berkembang dengan pusat kepadatan yang muncul seperti empat atau enam titik bintang. Karakteristik ini hilang pada subkultur berulang dan koloni menjadi kurang melekat. PH optimal untuk Aa adalah antara pH 7,0 - 8,0 dalam medium yang mengandung 0,5-1 NaCl. 14

2.1.3 Faktor Virulensi

Bakteri Aa adalah bakteri dengan susunan berbagai karakteristik virulensi potensial, termasuk beberapa mekanisme penghindaran imunitas dan mekanisme Universitas Sumatera Utara untuk mengikat matriks pejamu dan sel pejamu dan memainkan peranan penting dalam patologi periodontitis agresif lokalisata. 14

2.1.3.1 Faktor kolonisasi Aa

Faktor kolonisasi Aa adalah: 14 a. Pili atau fimbria b. Interaksi dengan bakteri lain c. Vesikel d. Plasmid dan bakteriofag

2.1.3.2 Faktor virulensi Aa

Faktor virulensi dari Aa antara lain : 14 1. Leukotoksin Leukotoksin dari Aa telah terbukti dapat membunuh leukosit polimorfonuklear PMN dan makrofag. Temuan ini menunjukkan bahwa leukotoksin berperan dalam membunuh sel pejamu dan menghindari imunitas secara in vivo. 15 Leukotoksin dapat membunuh sel dengan cepat hitungan menit. Hal ini terjadi dengan adanya pembentukan pori-pori pada membran sel dari sel target. Lisis sel disebabkan oleh pembentukan cepat dari saluran ion secara kondusif sehingga menyebabkan depolarisasi membran, kehilangan K + intraseluler, osmosis sel dan dilanjutkan dengan kematian sel. 14 2. Superantigen Aktivasi dari superantigen menyebabkan apoptosis sel T sehingga superantigen dapat dianggap sebagai imunosupresan. 14 3. Cytolethal Distending Toxin CDT CDT mampu menginduksi apoptosis sel limfosit, mempengaruhi induksi dari respon imun humoral termasuk produksi sitokin. 15 4. Fc binding proteins Penelitian in vitro menunjukkan bahwa molekul reseptor Fc yang ditemukan pada permukaan bakteri dapat berfungsi dalam menghambat aktivitas komplemen. 14 Universitas Sumatera Utara 5. Chemotactic inhibitor Neutrofil ditarik ke daerah yang terinfeksi dengan mengikuti gradien konsentrasi sinyal kemotaktis. Gangguan atau hambatan kemotaksis neutrofil menguntungkan bagi organisme penyebab infeksi. Aa telah terbukti mampu menghambat kemotaksis. 14 6. Faktor imunosupresif Aa telah terbukti menghasilkan protein yang mampu menghambat sintesis DNA, RNA, dan protein dalam sel T manusia yang diaktifkan oleh mitogen atau antigen. Protein murni mampu menghambat IgG dan IgM yang diproduksi oleh sel B manusia dan mempengaruhi produksi imunoglobulin dengan mengganggu tahap awal aktivasi sel. Meskipun mekanisme yang tepat dimana faktor imunosupresif ISF bertindak dalam menyebabkan imunosupresi tersebut belum diketahui, tampak bahwa faktor ini mempengaruhi pengaturan baik limfosit B dan sel T. 14 7. Lipopolisakarida Lipopolisakarida dari Aa LPS telah banyak dikarakterisasi baik secara struktural maupun fungsional. 14 a. LPS merupakan toksik bagi sel-sel NK manusia. b. LPS menginduksi produksi sitokin seperti IL-6, IL-8, IL-1B dan TNFa dari sel host yang berbeda, sehingga mempromosikan reaksi inflamasi. c. LPS juga menginduksi resorpsi tulang in vitro dan in vivo, yang dapat meningkatkan perkembangan periodontitis. d. LPS Aa juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan ikat periodontal dengan mengaktifkan jalur yang mengarah ke stimulasi matriks metaloproteinase dan aktivator plasminogen. e. Baru-baru ini, LPS Aa telah terbukti menginduksi pembentukan sel busa dan akumulasi kolesterol ester dalam makrofag murine yang menunjukkan bahwa ia juga memiliki aktivitas proatherogenik. 8. Protein stress cell chaperonin 60 Molekul ini disekresikan oleh bakteri Aa dan merangsang resorpsi tulang dengan bertindak sebagai osteoklas. 14 Universitas Sumatera Utara 9. Actinomycetemcomitin Actinomycetemcomitin adalah sebuah bakteriosin baru yang diproduksi oleh Aa yang aktif terhadap Peptostreptococcus anaerobius ATCC 27337. Actinomycetemcomitin diproduksi selama fase pertumbuhan eksponensial dan stasioner dan jumlahnya menurun sampai menghilang selama penurunan fase pertumbuhan. 14 Bakteriosin adalah protein yang diproduksi oleh bakteri yang bisa mematikan strain dari spesie bakteri yang lain. 15

2.2 Buah Delima Punica granatum

Meskipun industri farmakologi telah menghasilkan sejumlah antibiotik baru dalam tiga dekade terakhir, resistensi obat-obatan oleh mikroorganisme telah meningkat sehingga menciptakan masalah klinis yang besar dalam pengobatan penyakit menular. Penyebaran resistensi patogen terhadap antibiotik di seluruh dunia membangkitkan kembali untuk mencari senyawa antimikroba dari sumber alam termasuk tumbuhan. 8 Punica granatum atau yang dikenal sebagai buah delima merupakan pohon kecil berasal dari Asia dan Mediterania Eropa yang memiliki sejarah penggunaan sebagai obat tradisional. 8 Delima berasal dari Himalaya di bagian India Utara yang telah dibudidayakan sejak zaman kuno di seluruh bagian Mediterania. 9 Berdasarkan taksonomi, tanaman delima dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 16 Kingdom : Plantae Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Family : Lythracae Genus : Punica L. Spesies : Punica granatum L. Universitas Sumatera Utara Pohon delima biasanya tumbuh setinggi 12-16 kaki, memiliki banyak cabang berduri, dan hidup dalam jangka waktu lama. Daun mengkilap dan berbentuk tombak. Bunga besar, berwarna merah, putih, atau beraneka ragam dan memiliki kelopak tubular yang akan menjadi buah. 9 Buah delima berbentuk bulat dengan diameter 5-12 cm, warna kulitnya beragam seperti hijau keunguan, coklat kemerahan, putih atau ungu kehitaman. Bijinya sangat banyak, tersusun tidak beraturan, berwarna merah, merah jambu atau putih. 17 Gambar 2. Punica granatum 18 Dalam dekade terakhir, banyak penelitian tentang antioksidan, antikarsinogenik, dan sifat antiinflamasi unsur delima telah dipublikasikan yang difokuskan pada pengobatan dan pencegahan kanker, penyakit jantung, diabetes, kondisi gigi, disfungsi ereksi, infeksi bakteri, resistensi antibiotik, dan kerusakan kulit karena radiasi ultraviolet. Aplikasi potensial lainnya, termasuk iskemia otak pada bayi, penyakit Alzheimer, infertilitas pria, arthritis, dan obesitas. 9

2.2.1 Unsur Biokimia

Ekstrak semua bagian buah delima terlihat memiliki sifat terapeutik dan beberapa studi melaporkan bahwa kulit kayu, akar, dan daun dari pohon ini memiliki manfaat baik sebagai obat. 9 Fitokimia buah delima juga telah banyak dipelajari oleh banyak peneliti. Buah ini merupakan sumber yang kaya senyawa polifenol cincin phenolic Universitas Sumatera Utara mengandung beberapa gugus hidroksil termasuk flavonoid flavonol dan anthocyanin, tanin terkondensasi proanthocyanidin dan tanin terhidrolisa cellagitannin dan gallotannin. Delima telah disorot dalam banyak penelitian karena memiliki aktivitas antimikroba terhadap berbagai mikroorganisme termasuk bakteri positif dan negatif Gramm, jamur, ragi dan virus. 7 Penelitian saat ini menunjukkan unsur delima yang paling bermanfaat dalam terapi adalah unsur dari asam ellagitannin ellagic termasuk punicallagin, asam punicid, flavonoid, anthocyanidin, anthocyanin, flavonol estrogenik dan flavon. 9 Kulit buah delima terdiri dari 50 dari berat totalnya dan sering dijadikan sampah buangan. Padahal kulit buah delima mengandung komposisi polifenol yang paling banyak serta memiliki aktivitas biologi yang kuat. Senyawa polifenol dari kulit buah ini terdiri dari ellagic tannin, flavoid, anthocyanin, catechin, procyanidin, asam ellagic dan asam gallic memiliki implikasi dalam berbagai aktivitas farmakologi. 19

2.2.2 Aktivitas Antiinflamasi