Efek antibakteri buah delima terhadap penyakit periodontal

menunjukkan aktivitas antibakteri yang paling maksimum. Aktivitas antibakteri ini ditunjukkan karena adanya berbagai fitokimia seperti phenolic punicallagin, asam gallic, cathecin, quercetin dan retin. 7 Dahham dkk meneliti aktivitas antimikroba dari ekstrak kulit delima, biji, jus dan seluruh buah dalam melawan bakteri dan fungi. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima menunjukkan aktivitas antimikroba yang paling tinggi dibanding ekstrak yang lain. Fenol, tanin, dan flavonoid adalah unsur aktif utama yang berperan dalam aktivitas ini. Golongan utama fitokimia delima adalah polifenol cincin phenolic bantalan beberapa gugus hidroksil yang mendominasi dalam buah. Polifenol delima termasuk flavonoid flavonol, flavanol dan anthocyanin, tanin terkondensasi proanthocyanidin dan tanin terhidrolisa ellagitannin dan gallotannin. 12

2.2.4 Efek antibakteri buah delima terhadap penyakit periodontal

Kote dkk menunjukkan bahwa berkumur dengan delima efektif terhadap mikroorganisme plak gigi. Ada penurunan yang signifikan dalam pembentukan jumlah koloni per unit dari Streptococci 23 dan Lactobacilli 46. 27 Bhadbhade dkk menunjukkan bahwa berkumur dengan ekstrak delima memiliki efektifitas antiplak sebagai antibakteri dalam melawan strain Aa, Pophyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia secara in vitro. 10 Kukreja dkk menunjukkan bahwa obat kumur mengandung delima dapat melawan pembentukan plak gigi dan tartar dengan menghambat aktifitas mikroorganisme penyebab plak. Ditunjukkan bahwa ekstrak delima mampu menekan kemampuan mikroorganisme untuk melekat pada permukaan gigi. Caranya adalah dengan menghambat spesies umum dari Streptococcus, mencegah dalam memproduksi bahan kimia yang dapat menciptakan kondisi menguntungkan bagi jamur dan mikroorganisme lainnya untuk berkembang. Delima memiliki kemampuan untuk melawan perlekatan organisme dengan mengganggu produksi bahan kimia bakteri untuk melekat. 28 Universitas Sumatera Utara Ahuja dkk mengevaluasi perbandingan efektivitas ekstrak buah delima dengan klorheksidin terhadap plak dan gingivitis. Ekstrak buah delima lebih efektif dalam mengurangi skor gingiva dan perdarahan saat probing dibanding klorheksidin, tetapi klorheksidin tetap lebih efektif dalam pengurangan skor plak. 29 Somu dkk meneliti efektivitas gel dari biji delima terhadap gingivitis dalam sebuah studi klinis. Ada penurunan plak yang signifikan pada kelompok yang menggunakan gel delima sebagai tambahan dalam pembersihan secara mekanis. 23 Moorthy dkk menguji aktivitas antimikroba dari ekstrak kulit buah delima terhadap 21 mikroorganisme. Dua diantaranya adalah S. mutan dan C. Albicans. Ekstrak kulit delima dengan pelarut etanol menghambat S. mutan dan C. albicans yang bertanggung jawab terhadap infeksi di rongga mulut. 11 Abdollahzadeh dkk juga melaporkan bahwa ekstrak kulit buah delima dengan pelarut metanol efektif melawan berbagai patogen rongga mulut seperti S. epidermidis, S. aureus, L. acidophilus, S. mutans, S. sanguis dan S. salivarius. Dinyatakan bahwa ekstrak buah delima dapat digunakan dalam mengontrol patogen rongga mulut yang berperan dalam karies, stomatitis dan penyakit periodontal. 21 Sherbini dkk menyelidiki aktivitas kulit buah delima terhadap pertumbuhan dan motilitas T. tenax yang merupakan mikroorganisme komensal di rongga mulut dan sering dihubungkan dengan organisme piogenik pada poket yang berisi pus, dibandingkan dengan obat standar metronidazol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penghambatan pertumbuhan tergantung pada konsentrasi ekstrak kulit buah delima dan metronidazol. Ekstrak kulit buah delima, pada konsentrasi 12,5 mgml dan 25 mgml menunjukkan anti- T. tenax yang paling tinggi. 30 Vanconcelos dkk menunjukkan aktivitas gel dari kulit buah delima yang dapat menghambat perlekatan strain bakteri S. mutans, S. sanguis, S. mitis dan C. albicans di rongga mulut. Hasilnya menunjukkan bahwa gel dari kulit buah delima efektif dalam mengontrol plak yang merupakan etiologi utama dalam karies gigi, penyakit periodontal dan stomatitis dalam aksi antimikrobanya. 31 Sastravaha dkk meneliti efek dari biodegradable chip dengan Centella asiatica dan kulit buah delima pada 20 pasien penyakit periodontal dengan kedalam Universitas Sumatera Utara poket gingiva 5-8 mm. Semua bagian yang diberi perlakuan menunjukkan kecendrungan penurunan plak dan perbaikan yang signifikan terhadap kedalaman poket dan level perlekatan pada tiga bulan dibanding dengan plasebo. 32 Dalam penelitian selanjutnya, 15 pasien yang telah dilakukan standar terapi periodontal secara tuntas tetapi masih memiliki kedalaman poket 5-8 mm dimasukkan obat berupa chip. Parameter yang sama diukur lagi sebelum dan setelah 3 dan 6 bulan, tetapi peneliti juga mengukur penanda inflmasi Interleukin I � IL-1� dan IL-6. Peningkatan yang signifikan telah tercatat dalam semua parameter pengukuran ulang dan dikonfirmasi bahwa adanya penurunan yang signifikan dalam IL-1 � dan IL-6 pada tiga dan enam bulan dibanding data awal cited from Sastravaha 2005. 9

2.2.5 Keamanan Ekstrak Buah Delima