Bertindak sebagai pendamping bagi mereka yang tidak mampu maupun yang buta hukum. B.

kepada seorang pencari keadilan yang tidak mampu dan sedang menghadapi kesulitan dibidang hukum diluar maupun di muka pengadilan tanpa imbalan jasa. 25 Pengertian bantuan hukum yang lingkup kegiatannya cukup luas ditetapkan dalam Lokakarya Bantuan Hukum Tingkat Nasional tahun 1978 yang menyatakan bahwa bantuan hukum merupakan kegiatan pelayanan hukum yang diberikan kepada golongan yang tidak mampu miskin baik secara perorangan maupun kepada kelompok-kelompok masyarakat tidak mampu secara kolektif. Lingkup kegiatan meliputi pembelaan, perwakilan baik diluar maupun didalam pengadilan, pendidikan, penelitian, dan penyebaran gagasan. 26 Berbicara tentang istilah bantuan hukum adalah memberikan nasehat hukum secara cuma-cuma. Termasuk dalam hal pembelaan pada acara persidangan di pengadilan. Maksud pembelaan disini tidak ditafsirkan sebagai pembelaan yang “membabi buta”. Seperti melakukan pembelaan terhadap kesalahan atau pelanggaran hukum yang dilakukan terdakwa atau tersangka, sehingga ia dapat bebas dari tuntutan. Tetapi pembelaan yang diharapkan adalah upaya mendapatkan keadilan yang diperolehnya berupa hukuman yang setimpal berdasarkan berat ringan kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan. 27 Dalam hal ini pengertian dari bantuan hukum belum dapat didefinisikan dengan jelas namun secara umum dapat dikatakan bahwa bantuan hukum adalah bantuan memberikan jasa untuk : 1. Memberikan nasehat hukum ;

2. Bertindak sebagai pendamping bagi mereka yang tidak mampu maupun yang buta hukum. B.

SUBJEK PEMBERI BANTUAN HUKUM Pada prinsipnya setiap orang dapat memberikan bantuan hukum bilamana ia mempunyai keahlian dalam bidang hukum, akan tetapi demi tertibnya pelaksanaan bantuan hukum diberikan batasan dan persyaratan dalam berbagai peraturan. Persoalan selanjutnya adalah siapa yang seharusnya bertindak untuk menjadi pelaksana pemberi bantuan hukum di negara kita sekarang ini, mengingat banyaknya dan beraneka ragam para pemberi bantuan hukum yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Advokat yang nerupakan anggota suatu organisasi Advokat dan juga menjadi anggota Lembaga Bantuan Hukum LBH. 2. Advokat yang merupakan anggota suatu organisasi Advokat dan bukan menjadi anggota Lembaga Bantuan Hukum LBH. 3. Advokat yang bertindak sebagai Penasehat Hukum dari suatu perusahaan. _______________________ 25 Sunggono dan Harianto,op.cit,hal.8. 26 ibid. 27 Yudha Pandu, Klien Penasehat Hukum Dalam Perspektif Masa Kini Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing, 2001, hal.88. Universitas Sumatera Utara 4. Advokat yang tidak menjadi anggota perkumpulan manapun. 5. Pengacara Praktek atau Pokrol. 6. Sarjana-sarjana hukum yang bekerja pada biro-biro hukuminstansi pemerintah. 7. Dosen-dosen dan Mahasiswa-mahasiswa Fakultas Hukum. 8. Konsultan-Konsultan Hukum. 28 Klasifikasi yang disebutkan diatas memang dapat bertindak sebagai pemberi bantuan hukum pada umumnya, tetapi apakah mereka juga yang bertindak sebagai pemberi bantuan hukum bagi golongan miskin public defender?. Dalam hal ini, penanganan bantuan hukum kepada golongan miskin sudah seharusnya dilakukan oleh tenaga-tenaga professional, yaitu mereka yang bukan hanya berpendidikan sarjana hukum saja tetapi menekuni pemberian bantuan hukum sebagai pekerjaan pokok mereka sehari-hari. Hal demikian adalah idealnya daripada program bantuan hukum bagi golongan miskin. Akan tetapi kenyataan menunjukkan tenaga- tenaga professional sebagaimana digambarkan tersebut diatas tidak banyak jumlahnya dan distribusinya tidak merata dari satu tempat ke tempat lain. Dengan demikian maka yang harus memegang posisi utama dalam hubungan ini adalah para Advokat bukan hanya Advokat yang berada di bawah naungan Lembaga Bantuan HukumLBH. Dalam perkembangannya Lembaga Bantuan Hukum Medan dan LBH Trisila memanfaatkan tenaga Paralegal untuk membantu dalam penyelesaian perkara. Belum ditemukan padanan kata paralegal dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Karenanya, istilah paralegal langsung diadopsi kedalam bahasa Indonesia. Istilah yang hampir sama yang juga sering digunakan yakni “pokrol bambu”. Istilah paralegal sendiri merupakan istilah dibidang hukum. Istilah paralegal, dikenakan bagi orang yang bukan advokat, namun memiliki pengetahuan dibidang hukum materil dan hukum acara, dengan pengawasan advokat atau organisasi bantuan hukum, yang berperan membantu masyarakat pencari keadilan. Paralegal ini bisa bekerja sendiri didalam komunitasnya atau bekerja untuk organisasi bantuan hukum atau firma hukum. Seseorang yang menjadi paralegal, tidak mesti seorang sarjana hukum atau mengenyam pendidikan hukum di perguruan tinggi. Namun ia mesti mengikuti pendidikan khusus keparalegalan. _______________________ 28 Abdurrahman, op.cit., hal.295. Universitas Sumatera Utara Karena sifatnya membantu penanganan kasus atau perkara, maka paralegal sering juga disebut dengan asisten hukum legal assistant. Dalam praktik sehari-hari, peran paralegal sangat penting untuk menjadi jembatan bagi masyarakat pencari keadilan dengan advokat dan aparat penegak hukum lainnya untuk penyelesaian masalah hukum yang dialami individu maupun kelompok masyarakat. Dengan demikian, setidaknya terdapat 3 kata kunci berkaitan dengan “paralegal”, sebagai berikut: - Memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang hukum; - Telah mengikuti pendidikan khusus keparalegalan; - Disupervisi oleh advokat atau organisasi bantuan hukum. 29 Karenanya, pada dasarnya pendidikan paralegal mesti disupervisi atau diselenggarakan bekerjasama dengan organisasi bantuan hukum atau setidak-tidaknya melibatkan advokat. Sebagai ilustrasi, jika seseorang sakit parah, maka tentu seorang yang berprofesi dokter mampu memberikan diagnosa dan perawatan terhadap si pasien. Namun demikian, dalam praktik jika seseorang tergores atau luka ringan, maka tidak serta merta orang itu pergi ke rumah sakit atau meminta pertolongan dokter, namun berupaya menyembuhkan luka ringan itu, misalnya dengan memberi “obat merah” atau memberi perban. Demikian juga kasus hukum, dalam kasus-kasus tertentu seorang paralegal mampu untuk membantu orang yang terkena kasus hukum. Sebagai contoh membuatkan surat kuasa khusus, membuat surat penangguhan penahanan dan lainnya. Namun untuk perkara-perkara yang kompleks maka perlu ditangani seorang advokat. Bahwa dalam kasus-kasus spesifik pengetahuan dan keterampilan seorang paralegal lebih banyak daripada seorang advokat, hal ini merupakan sebuah pengecualian. Misalnya tidak sedikit paralegal perburuhan dari organisasi-organisasi buruh yang memang mendalami hukum perburuhan dan mempunyai pengalaman lebih banyak berperkara di pengadilan perselisihan perburuhan ketimban seorang advokat yang mendalami bidang hukum pidana. Karenanya, hubungan paralegal dengan advokat tidak bisa dipisahkan. Relasi paralegal dengan advokat, hampir sama dengan relasi perawat dengan seorang dokter. Karena hubungan semacam ini, keliru jika pendidikan paralegal tidak melibatkan organisasi bantuan hukum atau advokat. Karena peran paralegal tidak bisa berdiri sendiri. Ia hanya dapat berperan optimal pada kasus- kasus tertentu saja dan bukan secara umum. Untuk menjadi Paralegal, seseorang harus terlebih dahulu mengikuti pelatihan training atau pendidikan. Ada 2 bentuk pendidikan paralegal, yakni pendidikan langsung kepada para paralegal dan pendidikan untuk mendidik seseorang menjadi pendidik training of trainers. Dalam perkembangannya, pendidikan paralegal mengalami dinamika. Periode 1980-an, pada umumnya LBH melakukan pendidikan paralegal berdasarkan komunitas yang mengalami pelanggaran hak asasi manusia dan tengah menghadapi perkara hukum. Maka materi ajar dalam _______________________ 29 dikutip dari http:jodisantoso.blogspot.com200706dasar-konstitusional-bantuan-hukum.html diakses pada tanggal 6 Juni 2012 Universitas Sumatera Utara pendidikan paralegal spesifik pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk memperjuangkan haknya baik dalam proses peradilan maupun diluar proses peradilan. Maka ilmu yang diajarkan adalah ilmu yang spesifik: ilmu “tanah”, ilmu “buruh” atau pengetahuan tentang KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Periode ini seorang paralegal hanya mendalami pengetahuan yang berguna bagi penanganan kasus yang dialami komunitasnya. Selanjutnya, periode 1990an, pendidikan paralegal mulai berkembang berdasarkan isu dengan mengundang beragam komunitas dimasyarakat. Hal ini sejalan dengan mulai berdirinya organisasi non-pemerintah yang spesifik menangani isu-isu tertentu, seperti WALHI, ICEL dan LBH Apik. WALHI dan ICEL menyelenggarakan pelatihan paralegal dibidang lingkungan hidup. Sementara LBH Apik menyelenggarakan pendidikan paralegal untuk isu kekerasan dalam rumah tangga dan hak-hak perempuan dan anak. Beberapa contoh dari pendidikan paralegal yang dilakukan oleh beberapa LBH maupun organisasi tertentu, diantaranya LBH Jakarta bekerja sama Walhi Jakarta juga aktif menyelenggarakan pendidikan paralegal dalam rangka advokasi kasus dibidang lingkungan hidup. Sebagai contoh pendidikan paralegal bagi masyarakat Dadap, korban proyek reklamasi di Jakarta. LBH Jakarta merupakan salah satu organisasi bantuan hukum yang paling awal menyelenggarakan bentuk-bentuk pendidikan paralegal di Indonesia. LBH Surabaya sejak 1980an sudah menjalankan sebuah program gerakan masyarakat bantuan hukum, termasuk mengorganisir dan bekerjasama membentuk jaringan paralegal komunitas Jawa Timur. LBH Bandung, misalnya, sejak lama telah melakukan pendidikan paralegal khusus untuk membantu advokasi kasus-kasus perburuhan. Para kader paralegal LBH Bandung, sangat aktif membantu calon buruh migran, yang menjadi korban penipuan. LBH Yogyakarta sejak lama mendorong gerakan paralegal di seluruh wilayah DI Yogyakarta. Hal ini bertujuan agar masyarakat mampu menyelesaikan sendiri kasus yang bisa diselesaikan sebelum meminta pelayanan bantuan hukum. LBH Semarang secara regular menyelenggarakan pendidikan paralegal bagi tokoh-tokoh masyarakat, terutama dari komunitas-komunitas penduduk yang tengah dan potensial menghadapi kasus hukum. LBH Palembang, LBH Medan, dan LBH Manado sejak awal berdiri pada 1980-an memiliki program pendidikan paralegal berbasis komunitas utamanya bagi petani dan buruh. Sama halnya, dengan LBH Lampung secara rutin di era 1990an menyelenggarakan pendidikan paralegal komunitas, utamanya kelompok-kelompok petani yang kemudian membentuk posko- posko di wilayah domisili masing-masing. Pada periode 2000-an, terdapat sejumlah program pendidikan paralegal. Antara lain program GGIJ, yang dibiayai oleh Mahkamah Agung dan European Union, 5 kantor LBH menjalankan pendidikan paralegal berbasis komunitas dan pendidikan mediasi di 5 wilayah, yakni Padang, Bali, Makassar, Jayapura dan Surabaya. Pendidikan ini bertujuan agar para kader paralegal mampu memberi bantuan hukum untuk masyarakat miskin dan kelompok perempuan Universitas Sumatera Utara ditingkat paling awal, dengan mengelola Pos Pertolongan Pertama pada Kasus Hukum P2K Hukum. Paralegal berperan menjadi jembatan masyarakat pencari keadilan dan sistem peradilan serta layanan bantuan hukum yang dibutuhkan. Untuk membantu aktivitas advokasi, Badan Pengurus Yayasan LBH Indonesia sejak 2006 juga memberi kesempatan bagi para mahasiswa fakultas hukum tingkat akhir dan sarjana yang baru menamatkan kuliah untuk beraktivitas menjadi paralegal. Pendidikan paralegal angkatan ke-4 dilakukan pada Oktober 2007, yang menjaring 10 mahasiswa paska pendidikan paralalegal yang dinilai mempunyai komitmen untuk membantu aktivitas advokasi yang dilakukanBadan Pengurus. LBH Apik, juga menjadi salah satu organisasi yang aktif melakukan pelatihan paralegal, terutama bagi organisasi-organisasi perempuan. Berdasarkan data dari lembaga ini, per 2006, lembaga ini telah mendidik 71 orang paralegal dari beragam kelompok, yakni 14 paralegal dari kelompok miskin kota, 26 paralegal dari organisasi mitra, dan 31 paralegal dari pekerja rumah tangga. Dalam melaksanakan pendidikan paralegal, LBH Apik mendapat pendanaan dari sejumlah lembaga donor, antara lain the Asia Foundation, Ausaid dan Asian Development Bank. Wahid Institute, juga menyelenggarakan pelatihan paralegal dengan muatan “pluralisme”, yang diikuti perwakilan dari lembaga swadaya masyarakat dari sejumlah daerah di Indonesia. Sementara Puan Amal Hayati melakukan pendidikan paralegal bagi pendamping korban kekerasan berbasis pesantren. Satu hal yang perlu mendapat penekanan bahwa meskipun Paralegal mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang hukum, tetapi mereka tidak mendapatkan pendidikan formal setingkat sarjana. Mereka hanya mendapatkan pelatihan dasar pengetahuan dan keterampilan hukum saja. Selain itu Paralegal bukanlah „Advokat‟ dalam pengertian professional yang berlisensi. Oleh karena itu dalam melakukan pekerjaannya di bidang hukum, Paralegal memiliki keterbatasan-keterbatasan, misalnya Paralegal tidak bisa beracara di pengadilan atau peradilan lainnya. Kembali ke persoalan tentang siapa subjek Pemberi Bantuan Hukum. Menurut pasal 1 angka 3 UU tentang Bantuan Hukum, Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang- Undang ini. dalam Undang-Undang ini semakin ditegaskan defenisi siapa yang dimaksud dengan Pemberi Bantuan Hukum. Hal ini terlihat pada pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011, dimana Pelaksanaan Bantuan Hukum dilakukan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang telah memenuhi syarat . Syarat-syarat Pemberi Bantuan Hukum ini adalah : a. berbadan hukum; b. terakreditasi berdasarkan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum; c. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap; d. memiliki pengurus; dan e. memiliki program Bantuan Hukum. Tidak banyak yang tahu bahwa bantuan hukum juga adalah bagian dari profesi Advokat. Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat menegaskan bahwa Universitas Sumatera Utara Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Kewajiban membela orang miskin bagi profesi Advokat tidak terlepas dari prinsip persamaan di depan hukum equality before the law dan hak untuk didampingi Advokat Access to legal counsel yang merupakan hak asasi manusia bagi semua orang tanpa terkecuali, termasuk faqir miskin justice for all. Namun demikian, mungkin tidak seluruh Advokat yang akan bergerak di bidang ini, akan tetapi hanya Advokat tertentu yang diarahkan secara khusus untuk menangani persoalan pemberian bantuan hukum bagi golongan miskin.

C. OBJEK PENERIMA BANTUAN HUKUM