Perkembangan Lembaga Bantuan Hukum

menggembirakan karena hal itu berarti ada perkembangan yang meningkat dalam bantuan hukum di Negara kita.

B. Perkembangan Lembaga Bantuan Hukum

Perkembangan dari bantuan hukum haruslah dikaji secara terus menerus, karena mungkin saja perubahan waktu, struktur sosial politik dan kondisi lokal menuntut perubahan pendekatan, paling tidak dalam tekanan. Sebenarnya kita harus sudah mampu menangkap perbedaan tekanan bantuan hukum di Jakarta dengan di Padang dan Yogyakarta. Juga bila dikaitkan dengan mereka yang dibantu bantuan hukum terhadap buruh tani dan terhadap tahanan politik. Jadi mungkin ada beberapa variasi antara bantuan hukum di satu waktu dan keadaan tertentu, dengan bantuan hukum di waktu dan keadaan tertentu, dengan bantuan hukum di waktu dan keadaan yang lain. Diatas segalanya, harus diakui bahwa perbedaan yang ada justru merupakan cerminan dari perbedaan kondisi sosial politik, ekonomi dan budaya dari satu tempat ke tempat lain. Tidak di semua daerah bantuan hukum bisa diberikan dengan lancar, dan tidak di semua situasi bantuan hukum merupakan jalan ke luar. Akibatnya wawasan tentang bantuan hukum memang belum lagi merata. Masih banyak yang belum mengerti, baik di lingkungan aktivis bantuan hukum, pejabat maupun rakyat. Sejak lahirnya Lembaga Bantuan Hukum, telah berhasil tidak saja dalam mendorong dan mempopulerkan gagasan dan konsep bantuan hukum kepada masyarakat, akan tetapi juga melalui aktivitasnya dan keberhasilannya ia telah menjadi terkenal dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. Lembaga Bantuan Hukum telah berkembang tidak saja dalam jumlah perkara yang ditanganinya, tetapi juga dalam mengusahakan berbagai program aksi yang sesuai Universitas Sumatera Utara dengan sifat dan ruang lingkup Lembaga Bantuan Hukum yang luas. 41 Selama pertumbuhan dan perkembangannya yang cepat, Lembaga Bantuan Hukum sering harus berhadapan dengan penguasa, yang merasa dipermalukan karena Lembaga Bantuan Hukum bersedia menangani perkara-perkara yang kontroversial. Secara sengaja ataupun tidak, kepentingan pembelaan perkara menempatkan Lembaga Bantuan Hukum kedudukan yang konfrontatif dengan penguasa. Dalam dekade awal pembentukannya, dikarenakan bertambah populernya gagasan dan konsep bantuan hukum serta tanggapan masyarakat terutama di daerah, maka berdirilah lembaga-lembaga yang lain yang memberi pelayanan bantuan hukum yang sama. Lembaga Bantuan Hukum yang bernaung dibawah LBHYLBHI sendiri setelah awal pertama kalinya didirikan di Jakarta kemudian berkembang hampir di seluruh Indonesia. Sampai saat ini ada 15 kantor Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia mulai dari Aceh,Medan,Padang, Pekanbaru, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogya, Surabaya, Bali, Ujung Pandang, Manado, dan Bali. Menginjak usia ke-25, Daniel S.Lev, sempat menyatakan, pada saat berdiri tahun 1970, banyak orang menduga bahwa Lembaga Bantuan Hukum hanya akan bertahan paling lama lima tahun. Menurut Lev, kemampuan Lembaga Bantuan Hukum tetap tegar berdiri selama 25 tahun sungguh di luar dugaan. Kini Lembaga Bantuan Hukum sudah memasuki 41 tahun, per 28 Oktober 2011. Akronim atau singkatan Lembaga Bantuan Hukum dapat dikatakan sudah menjadi singkatan yang diketahui masyarakat luas. Nomor telepon Lembaga Bantuan Hukum di berbagai provinsi, menjadi salah satu nomor telepon penting dalam Yellow Pages, buku petunjuk penggunaan telepon terbitan Telkom. Kantor Lembaga Bntuan Hukum dipersamakan dengan _______________________ 41 Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Bantuan Hukum:Akses Masyarakat Marginal Terhadap Keadilan,Jakarta, LBH Jakarta,2007hal.16. Universitas Sumatera Utara kantor polisi atau kantor pemadam kebakaran, penting bagi masyarakat untuk menyimpan atau mengetahui nomor teleponnya,untuk sewaktu-waktu bisa menghubungi. Demikian juga , akronim Lembaga Bantuan Hukum telah dimuat dalam Kamus Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris. Menunjukkan singkatan Lembaga Bantuan Hukum telah menjadi akronim sehari-hari. Bahkan dalam skala regional dan internasional, pelafalan el-be-haLBH telah dikenal luas, selain pelafalan el-bie-eicLBH, dalam abjad Inggris. Tidak hanya di tingkat domestik, Lembaga Bantuan Hukum juga dirujuk oleh publikasi regional dan internasional, sebagai salah satu lembaga penting yang memberikan pelayanan bantuan hukum, dan kerja hak asasi manusia. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan Lembaga Bantuan Hukum hingga hari ini terus kokoh berdiri, diantaranya: 42 1. Lembaga Bantuan Hukum Memiliki Karakter dan Ciri Khas Ketika konsep pendirian Lembaga Bantuan Hukum dipresentasikan pada tahun 1970, kehadirannya tidak semata-mata menjalankan profesinya sebagai mata pencaharian belaka atau kemuliaan semata-mata, melainkan berbarengan dengan itu sadar dan berperan dalam perjuangan memerdekakan bangsanya dari penjajahan dan penindasan kekuasaan kolonial. Jika diselami, semangat kepeloporan dan kerja keras tanpa memikirkan upah inilah yang terus menular hingga sekarang ini dan menjadi karakter dan ciri khas Lembaga Bantuan Hukum. Karakter dan ciri khas Lembaga Bantuan Hukum banyak dipengaruhi oleh para pendiri dan tokoh masyarakat yang terpandang pada awal- awal pendiriannya seperti :Lukman Wiriadinata, Yap Thiam Hiem, Suardi Tasrif, Iskak, _______________________ 42 http:apatra.blogspot.com200811bantuan-hukum-indonesia-mengurai_04.html. diakses pada tanggal 6 Juni 2012 Universitas Sumatera Utara Suyudi, dan Sastro Mulyono. 2. Dukungan Intelektual organik di masanya Ada banyak akademisi yang berpengaruh dalam membentuk aktivis Lembaga Bantuan Hukum dalam mengembangkan sekaligus menafsirkan bantuan hokum struktural. Diantaranya adalah Paul Moedigdo, Soetandyo Wignjosoebroto, Satjipto Rahardjo dan juga Daniel S. Lev. Para aktivis dan akademisi itulah yang banyak menopang secara teoritik dan memberikan landasan pengetahuan bagi aktivis Lembaga Bantuan Hukum. Jika diamati, masing-masing Lembaga Bantuan Hukum mempunyai akademisi penopang intelektual dan pengetahuan para Advokat dan aktivisnya. Lembaga Bantuan Hukum Surabaya dengan Soetandyo Wignjosoebroto dan Suwoto Mulyosudarmo. Lembaga Bantuan Hukum Semarang dengan Satjipto Rahardjo. Lembaga Bantuan Hukum Bandung dengan Goenawan Wiradi. Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta dengan Ichlasul Amal. Sementara untuk Lembaga Bantuan Hukum Medan tercatat akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu Mariam Darus dan M.Solly Lubis yang banyak mendukung kegiatan Lembaga Bantuan Hukum di era 1980-an dan awal 1990-an. 3. Kepercayaan dan legitimasi dari Masyarakat Kepercayaan dan legitimasi yang datang dari masyarakat memperkokoh keberadaan dan kelembagaan Lembaga Bantuan Hukum sebagai sebuah lembaga. Perhatian dari semua pihak serta dukungannya membuat Lembaga Bantuan Hukum mampu bertahan dan diharapkan terus berkiprah memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada masyarakat miskin, kelompok marginal dan dimarginalkan. Prinsip membela tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, suku, etnis, asal-usul, agama, keyakinan poltik adalah Universitas Sumatera Utara prinsip yang harus dipertahankan agar kepercayaan dan legitimasi masyarakat terus diperoleh. Di awal berdirinya Lembaga Bantuan Hukum, sejumlah kasus yang dapat mewakili keyakinan pembelaan semacam itu antara lain ditunjukkan oleh para Advokat publik Lembaga Bantuan Hukum: pembelaan para terdakwa yang dituduh terlibat G-30- SPKI, kasus sengketa tanah Halim Perdana Kusumah antara sekitar 500 kepala keluarga dengan Angkatan Udara Republik Indonesia seluas 1000 ha, pembelaan terhadap Jenderal H.R.Dharsono dan Hariman Siregar dalam kasus Malari 1974. Di era Orde Baru, sejumlah kasus besar yang ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum antara lain: pembelaan terhadap sejumlah aktivis pro-demokrasi, termasuk wartawanjurnalis yang dituduh subversif di berbagai kota besar di Indonesia, kasus Poniran di Rantau Prapat, kasus Soemarni dan kasus komando Jihad yang ditangani oleh LBH Medan. Di era Milennium kasus yang mengemuka yang ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum antara lain: kasus Abu Bakar Ba‟asyir dan para aktivis muslim yang ditangkap sewenang- wenang di sejumlah tempat pada tahun 2004. Pembelaan terhadap kasus kebebasan beragama terhadap Ahmaddiyah dan Lia Eden. 4. Transparansi dan Akuntabilitas Sejak awal berdirinya Lembaga Bantuan Hukum, tradisi penerbitan laporan keuangan sudah dilakukan. Pada tahun 2003 Lembaga Bantuan Hukum YLBHI menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat pertama yang mempublikasikan laporan keuangannya di 5 surat kabar nasional termasuk harian berbahasa Inggris. 5. Dukungan Pendanaan Bagi Aktivitas dan Operasional Bantuan Hukum Hingga saat ini, keberadaan dan keberlanjutan Lembaga Bantuan Hukum tidak lain karena dukungan pendanaan yang didapat dari sumber utama: dana dari internal lembaga Universitas Sumatera Utara berupa sumbangan dari Dewan Pembina dan badan-badan pengurus Lembaga Bantuan Hukum, dana sumbangan masyarakat, alokasi anggaran dari pemerintah daerah dan pendanaan dari lembaga dana internasional. C. Data Penanganan dan Penyelesaian Perkara Perdata oleh LBH Medan dan LBH Trisila periode 2008-2011 Berdasarkan hasil penelitian, data penanganan dan penyelesaian perkara oleh LBH Medan adalah sebagai berikut : Tabel 1 Jumlah Kasus Per Tahun Yang Ditangani LBH Medan No. Tahun Jumlah Kasus 1. 2008 257 2. 2009 158 3. 2010 249 4. 2011 266 Sumber : LBH Medan 2012 Dari data tersebut diatas tidak ditemukan secara lengkap rincian kasus-kasus-kasus yang ditangani oleh LBH Medan mulai periode 2008-2011, pada tahun 2009 dari 158 kasus yang ditangani oleh LBH Medan ada sekitar 85 kasus pidana dan 73 kasus perdata yang ditangani oleh LBH Medan. Tapi rincian ini tidak dapat ditentukan berapa yang terselesaikan pada tingkat Konsultasi, berapa pada Tingkat Kepolisian dan berapa yang sampai ke Pengadilan. Pada tahun 2010 terdapat rincian yang cukup jelas yaitu dari total 249 kasus yang diterima oleh LBH Medan, ada sekitar 163 perkara pidana yang terbagi menjadi 3 tingkatan yakni pada tingkat Konsultasi terdapat 109 kasus dan pada tingkat Kepolisian terdapat 23 kasus serta di tingkat Pengadilan sebanyak 11 kasus. Sedangkan sisanya ada sekitar 86 perkara perdata yang juga dibagi dalam 3 tingkatan yaitu pada Tingkat Konsultasi ada sebanyak 67 kasus, pada tingkat surat-menyurat sebanyak 7 kasus dan pada Tingkat Pengadilan sebanyak 11 kasus. Dan pada tahun 2011 dari total 266 kasus, terdapat sekitar 113 kasus Pidana yang terbagi dalam tingkat Universitas Sumatera Utara Konsultasi sebanyak 73 kasus, dan pada tingkat Pengadilan sebanyak 40 kasus. Selebihnya terdapat 153 kasus Perdata yang terbagi dalam tingkat Konsultasi sebanyak 132 kasus, pada tingkat surat –menyurat sebanyak 19 kasus, dan pada Pengadilan sebanyak 2 kasus. Kasus menarik yang menjadi perhatian publik adalah Gugatan 1.219 warga Kota Medan pada Januari 2011, yang diwakili oleh Kuasa hukumnya LBH Medan, melalui mekanisme Gugatan Citizen Law Suite terhadap Pemko Medan terkait Kasus Penerimaan CPNS Pemko Medan, yang sarat dengan dugaan Manipulasi data kelulusan para Peserta, yang berakibat pada diajukannya gugatan Citizen Law Suite ke Pengadilan Negeri Medan. Dalam kasus tersebut Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan memenangkan para Penggugat yang diwakili oleh Lembaga Bantuan Hukum LBH Medan, dengan menyatakan Pemko Medan Melawan hukum Dan Diperintahkan Memohon Maaf kepada korban manipulasi penerimaan CPNS. Adapun data penanganan dan penyelesaian perkara oleh LBH Trisila : Tabel 2 Jumlah Kasus Per Tahun Yang Ditangani LBH Trisila No. Tahun Jumlah Kasus 1. 2008 115 2. 2009 97 3. 2010 132 4. 2011 111 Sumber : LBH Trisila 2012 Dari data tersebut diatas juga tidak ditemukan rincian yang cukup jelas dan lengkap kasus-kasus yang ditangani oleh LBH Trisila mulai periode tahun 2008-2011, hanya pada tahun 2010 terdapat rinciannya yaitu dari 132 kasus yang diterima oleh LBH Trisila ada sekitar 57 kasus pidana dan 75 kasus perdata, namun tidak terdapat rincian berapa yang terselesaikan pada Tingkat Konsultasi, berada pada Tingkat Kepolisian maupun Pengadilan. Tapi pada tahun 2011, rincian kasus yang masuk ke LBH Trisila cukup jelas, dimana dari 111 kasus yang masuk, terdapat 50 kasus Pidana yang terbagi dalam 3 tingkatan yaitu pada tingkat Konsultasi sebanyak Universitas Sumatera Utara 30 kasus, pada tingkat Kepolisian sebanyak 15 kasus serta di Tingkat Pengadilan sebanyak 5 kasus. Sedangkan sisanya pada kasus perdata sebanyak 61 kasus yang juga terbagi dalam 3 tingkatan, pada Tingkat Konsultasi sebanyak 45 kasus, pada tingkat surat-menyurat sebanyak 13 kasus, dan pada Tingkat Pengadilan sebanyak 3 kasus. Minimnya kasus-kasus yang ditangani oleh LBH Medan maupun LBH Trisila pada tingkat pengadilan memberikan cerminan bahwa masyarakat cenderung menyukai penyelesaian perkaranya diselesaikan lewat jalur perdamaian dan tidak sedikit juga yang tidak mau melanjutkan perkaranya ke tingkat pengadilan karena terkesan pasrah dengan perkaranya yang berpikir tidak ada gunanya untuk dilanjutkan ke tingkat Pengadilan. BAB IV Universitas Sumatera Utara FUNGSI DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBANTU PROSES PENYELESAIAN PERKARA PERDATA

A. Fungsi LBH Dalam Proses Penyelesaian Perkara Perdata