Peranan LBH Dalam Proses Penyelesaian Perkara Perdata

kuasa ini sifatnya hanya kepercayaan antara klien dan advokat. dalam menangani perkara- perkara perdata harus diutamakan menempuh jalan perdamaian. Kode etik juga tidak membenarkan seorang advokat dalam hal ini LBH memberikan janji-janji kepada klien bahwa perkaranya akan dimenangkan ataupun janji-janji lain yang bersifat memberikan harapan. LBH sebagai Advokat hanya boleh menjanjikan bahwa perkarannya akan diurus sebaik-baiknya dengan mengarahkan segala daya kemampuannya guna memenangkan perkaranya. Adapun fungsi dari LBH dalam proses penyelesaian perkara perdata didasarkan pada jasa hukum yang diberikannya yang meliputi: a Memberikan konsultasi terhadap permasalahan dan kepentingan hukum klien b Mewakili dan membela kepentingan hukum klien di dalam maupun di luar pengadilan c Mendampingi klien yang buta hukum dalam proses peradilan, agar klien tidak dibingungkan dengan prosedur yang ada d Mempersiapkan dokumen yang diperlukan dalam proses peradilan. Semua jasa yang diberikan oleh LBH ini diberikan secara Cuma Cuma dan dalam peradilan perdata, yang dimana hakim mengejar kebenaran formil, yakni kebenaran yang hanya didasarkan pada bukti-bukti yang diajukan di depan sidang pengadilan sehingga penting sekali fungsi LBH sebagai pendamping dari kliennya yang buta hukum untuk melewati setiap proses peradilan dengan prosedur yang benar.

B. Peranan LBH Dalam Proses Penyelesaian Perkara Perdata

Adakalanya peranan lembaga bantuan hukum merupakan nama lain dari suatu Ombudsman. Dewasa ini Ombudsman berarti semacam lembaga resmi dalam pemerintahan yang merupakan “tangan” dari badan-badan legislatif yang menerima pengaduan-pengaduan mengenai penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang oleh badan atau pejabat-pejabat eksekutif Universitas Sumatera Utara pemerintahan. Jika pengaduan yang dimaksud benar, maka Ombudsman membuat rekomendasi untuk menyelesaikan pengaduan tersebut. Lembaga ini berasal dari Swedia, tercipta pada tahun 1809, kemudian berkembang di berbagai negeri dalam berbagai bentuk dan variasi, di bawah sistem hukum yang berbeda-beda. Di negara baru, keterlibatan pemerintah yang terlalu jauh ke dalam segala sektor kehidupan, acapkali menimbulkan ekses-ekses yang membawa kecemasan-kecemasan baru, sehingga apabila dihubungkan dengan struktur kekuasaan yang ada, maka pertanyaan “siapa yang memerintah siapa” atau “siapa yang mengontrol siapa” menjadi amat relevan. Dalam prakteknya, lembaga bantuan hukum tidak saja berurusan dengan soal-soal di meja hijau pengadilan, tetapi juga tak dapat mengelakkan diri untuk menangani pula masalah masalah penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang dari badan atau pejabat-pejabat pemerintah sendiri, bahkan juga oleh yang lazim disebut sebagai “oknum” alat negara. Sebagai contoh, sering terjadi pejabat menggunakan jabatan resmi dari lembaganya, hanya untuk menyelesaikan soal-soal pribadi. Sebagian besar anggota masyarakat merasa takut kalau ia diharuskan datang ke sebuah kantor alat negara polisi atau militer dengan surat panggilan resmi, apalagi tanpa menyebut dalam perkara apa dan untuk apa ia dipanggil. Pernah terjadi panggilan semacam itu hanya untuk memaksakan suatu penyelesaian hutang piutang pribadi, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan badan resmi tersebut. Tidak jarang pula pejabat-pejabat melampaui wewenangnya dalam menjalankan tindakan-tindakan administratif. Contoh lain adalah pemecatan-pemecatan yang dilakukan sementara pejabat tanpa melalui prosedur yang telah ditentukan. Ombudsman, jika ia ada, biasanya bertugas menerima pengaduan dan membuat rekomendasi untuk menyelesaikan masalah-masalah di atas. Hal lain yang menyebabkan berperannya lembaga bantuan hukum sebagai semacam Ombudsman, adalah Universitas Sumatera Utara karena belum berperannya Hukum Administrasi. Bilamana Hukum Administrasi sudah efektif dan pengadilan administrasi juga memainkan peranannya, maka kasus-kasus yang menyangkut salah tindak administrasi yang terkadang amat besar pengaruhnya akan bisa diselesaikan. Untuk sementara lembaga bantuan hukum menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan memberikan advis dan nasihat, melakukan teguran kepada yang bersangkutan, mengajukan “appeal” kepada atasannya, atau membuka masalahnya kepada umum melalui bantuan media pers, dan jika keempat jalan terdahulu tidak berhasil, LBH mengajukan masalahnya ke depan pengadilan negeri sebagaimana perkara-perkara lainnya. Di dalam azas-azas serta sifat beracara di muka Pengadilan dalam perkara Perdata tidak diwajibkan menunjuk kuasa hukum atau Penasihat Hukum. Walaupun demikian, para pihak yang berperkara-jika mereka menghendaki-boleh diwakili oleh kuasanya Pasal 123 HIRPasal 147 RBg. Sistem Hukum Acara Perdata ini berbeda dengan sistem hukum Hukum Acaa Perdata dalam Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering Rv yang mewajibkan para pihak yang berperkara untuk mewakilkan kepada seorang ahli hukum procureur dalam beracara di muka Pengadilan. Perwakilan ini merupakan keharusan yang mutlak dengan akibat batalnya tuntutan Pasal 106 ayat 1 Rv atau diputuskan diluar hadirnya tergugat Pasal 109 Rv apabila para pihak ternyata tidak diwakili. Sistem yang mewajibkan bantuan dari seorang ahli hukum dalam Rv ini didasarkan atas pertimbangan, bahwa di dalam suatu proses yang memerlukan pengetahuan hukum dan kecakapan teknis, maka para pihak yang berperkara perlu dibantu oleh seorang ahli hukum agar segala sesuatunya dapat berjalan lancar dan putusan dijatuhkan dengan seadil-adilnya. Jika ada seseorang yang meminta untuk diwakili oleh seseorang Advokat – Pengacara secara Cuma-Cuma Prodeo, Ketua Pengadilan Negeri tidak dapat menunjuk LBH atau Advokat-Pengacara setempat, tetapi Penggugat atau Tergugat mencari bantuan hukum Universitas Sumatera Utara sendiri ke kantor Advokat-Pengacara setempat kalau Penggugat atau Tergugat mampu membayar uang jasanya dan jika Penggugat atau Tergugat tidak mampu membayar uang jasa Advokat dapat minta bantuan hukum kepada LBH atau Lembaga yang melayani bantuan hukum setempat. Karena dalam perkara perdata inisiatif mengajukan gugatan datangnya dari pihak yang bersangkutan atau dari pihak yang merasa haknya dilanggar atau dirugikan oleh orang lain. Untuk itu dalam mencari bantuan hukum juga harus mencari sendiri tidak dicarikan oleh Hakim. Hal ini juga menjadi Peranan Lembaga Bantuan Hukum untuk lebih memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkhusus yang miskin ataupun yang buta hukum bahwa mereka juga mempunyai hak mendapatkan bantuan hukum, tidak pasrah karena tidak dapat membayar jasa Advokat Baik LBH Medan dan LBH Trisila Sumatera Utara sering dalam kegiatannya membantu proses penyelesaian perkara perdata terhadap kliennya, yaitu dalam perkara-perkara perceraian, sengketa tanah, Perselisihan Hubungan Industrial, wanprestasi maupun kasus terkenal seperti kasus Penerimaan CPNS Pemko Medan tahun 2010 yang ditangani oleh LBH Medan . Sebagai contoh peranan LBH dalam menyelesaikan perkara perdata ini terlihat dalam bantuan hukum yang diberikan LBH Trisila Sumatera Utara kepada kliennya dalam perkara perselisihan hubungan industrial yang telah berkekuatan hukum tetap dengan Nomor Putusan: 117G2011PHI.Mdn. sebelum LBH ini masuk dalam proses peradilan perdata yang menyangkut kegiatan-kegiatan dari badan peradilan perdata, LBH ini telah memberikan konsultasi maupun nasihat hukum agar tercapai perdamaian antara kliennya dan pihak yang berpekara dengan kliennya. Namun, hal itu tidak terjadi dan LBH ini masuk lebih dalam membela kepentingan kliennya dengan menjadi kuasa kliennya tersebut dalam proses peradilan Universitas Sumatera Utara perdata. Dalam proses peradilan perdata ini terdiri dari tahap-tahap yang dilewati untuk menyelesaikan perkara tersebut. Adapun tahap-tahap ini dimulai dari tahap pengajuan Gugatan, Pemeriksaan di Muka Pengadilan, dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan. Dalam tahapan inilah Lembaga Bantuan Hukum ini sebagai Advokat menjalankan peranannya. Tahapan ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Tahap Pengajuan Gugatan Setiap proses perkara perdata di muka Pengadilan Negeri dimulai dengan pengajuan surat gugatan oleh Penggugat. Surat gugatan yang diajukan harus jelas, tidak boleh kabur atau samar- samar tidak jelas baik subyek hukumnya, obyek sengketanya maupun apa-apa yang yang dituntut oleh Penggugat. Oleh sebab itu Penggugat dalam mengajukan surat gugatan memerlukan kecakapan teknis dari ahli hukum untuk memmbuat surat gugatannya dengan benar. Selain itu, dengan adanya ahli hukum ini juga bermanfaat dalam pemeriksaan perdata di pengadilan. Sebab, bagi kepentingan pemeriksaan perkara perdata, hakim membutuhkan dari pihak-pihak yang berperkara suatu penjelasan dan keterangan tentang beberapa hal yang harus diketahui guna memberikan putusan yang tepat. orang yang tidak mengerti peraturan hukum mungkin sekali memberikan penjelasan dan keterangan yang tidak perlu dan tidak berguna diketahui, bahkan mungkin merugikan kepentingan pihak yang bersangkutan. Berkaitan dengan hal tersebut maka peranan Lembaga Bantuan Hukum sebagai Advokat adalah harus dapat memastikan dan memperkuat dasar pengajuan gugatan agar diterima. 2.Tahap Pemeriksaan di Muka Pengadilan Dalam tahap ini terdapat tata urutan perdangan perkara perdata yang harus diikuti pihak yang berperkara, dimulai dari 1 Sidang Pertama, dimana LBH sebagai Advokat turut sert mendampingi kliennya. pada sidang ini kedua belah pihak yang berperkara diwajibkan hakim Universitas Sumatera Utara untuk melakukan usaha perdamaian. 2 Apabila tidak tercapai kesepakatan damai maka sidang dilanjutkan dengan pembacaan surat gugat oleh penggugatkuasanya; 3 Apabila perdamaian berhasil maka dibacakan dalam persidangan dalam bentuk akta perdamaian yang bertitel DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YME. Apabila tidak ada perubahan acara selanjutnya jawaban dari tergugat jawaban berisi eksepsi, bantahan, permohonan putusan provisionil, gugatan rekonvensi; 4 Apabila ada gugatan rekonvensi tergugat juga berposisi sebagai penggugat rekonvensi dilanjutkan Replik dari penggugat, apabila digugat rekonvensi maka ia berkedudukan sebagai tergugat rekonvensi. 5 Pada saat surat menyurat jawab menjawab ada kemungkinan ada gugatan intervensi voeging, vrijwaring, toesenkomst.6 Sebelum pembuktian ada kemungkinan muncul putusan sela putusan provisionil, putusan tentang dikabulkannya eksepsi absolut, atau ada gugat intervensi.7 Pembuktian, Dimulai dari penggugat berupa surat bukti dan saksi dilanjutkan dari tergugat berupa surat bukti dan saksi. 8 kemudian, dilakukan kesimpulan oleh masing-masing pihak 9 pembacaan putusan oleh Majelis Hakim. Atas putusan ini para pihak diberitahu hak-haknya apakah akan menerima, pikir-pikir atau akan banding. Apabila pikir-pikir maka diberi waktu selama 14 hari; Hakim dalam kewenangannya menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Hakim menerima perkara, jadi dalam hal ini sikapnya adalah pasif atau menunggu adanya perkara diajukan kepadanya dan tidak aktif mencari atau mengejar perkara. Kemudian hakim meneliti perkara dan akhirnya mengadili yang berarti memberi kepada yang berkepentingan hak atau hukumnya. Maka dalam hal ini peranan Lembaga Bantuan Hukum sebagai Advokat adalah membantu kliennya memberikan kebenaran dari bukti-bukti yang diajukan di sidang Pengadilan. Pada tahap ini Lembaga Bantuan Hukum sebagai Advokat bersikap aktif. Universitas Sumatera Utara 3.Tahap Pelaksanaan Putusan Pengadilan Penggugat yang mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri tentunya bermaksud untuk memulihkan kembali hak perdatanya yang telah dirugikan oleh Tergugat. Oleh karena itu ia tidak saja menharapkan agar segala tuntutannya dalam gugatan dapat dikabulkan, tetapi juga mengharapkan putusan pengadilan yang mengabulkan tuntutannya itu dapat dilaksanakan. Setiap putusan haruslah dapat dieksekusi atau dilaksanakan, karena tidak akan ada artinya jika putusan tidak dapat dieksekusi. Putusan hakim itu sewaktu-waktu akan menjadi putusan yang berkekuatan hukum tetap inkracht van gewijsde. Namun, bisa saja tidak dapat dilaksanakan, misalnya dalam pembayaran sejumlah uang Tergugat tidak mempunyai harta kekayaan lagi yang dapat dilelang. Oleh sebab itu undang-undang menyediakan upaya hukum bagi penggugat agar terjamin haknya sekiranya gugatannya dikabulkan nanti, yaitu sita jaminan. Sita jaminan merupakan tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan pengadilan perdata di kemudian hari. Adapun setiap putusan dalam perkara Perdata mempunyai macam- macam kekuatan, diantaranya kekuatan mengikat dan kekuatan Eksekutorial. Kekuatan mengikat terjadi saat sudah tidak lagi ada upaya hukum verzet, banding atau kasasi sehingga putusan ini sudah pasti dan mengikat. Namun, kekuatan mengikat saja belum cukup bila tidak direalisir. Oleh karena itu putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap juga dapat dilaksanakan, jika perlu dengan upaya paksa.hal inilah yang dimaksud dengan kekuatan eksekutorial. Maka dalam hal ini peranan Lembaga Bantuan Hukum sebagai Advokat adalah memastikan putusan yang diberikan dapat terlaksana jika gugatannya dikabulkan dan jika Penggugat tidak puas akan putusan tersebut, maka peranan Lembaga Bantuan Hukum adalah mengajukan upaya hukum banding, kasasi maupun peninjauan kembali sampai akhirnya mendapatkan putusan hakim yang memperoleh hukum tetap. Universitas Sumatera Utara Lembaga Bantuan Hukum sebagai lembaga yang memberikan bantuan hokum memiliki peranan yang cukup signifikan dalam proses peradilan perdata. Peranan ini diarahkan pada hal yang bersifat teknis yang tentu sulit dipahami oleh orang-orang awam di bidang hukum. Dari apa yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa peranan Lembaga Bantuan Hukum sebagai Advokat adalah : 1. Menjamin penggugat dapat melewati prosedur persidangan dengan benar. 2. Membantu hakim dalam menemukan kebenaran formil dalam suatu perkara yang ditanganinya. Perlu juga diperhatikan bahwa penyelesaian perkara perdata dalam bantuan hukum ini tidak dapat berdiri sendiri. Hal ini disebabkan karena kecenderungan penyelesaian perkara perdata masih memerlukan upaya hukum yang lain, salah satunya adalah Hukum Administrasi misalnya pelaksanaan dari putusan dari Pengadilan masih memerlukan proses lagi agar hasil putusan dapat dilakukan dalam artian proses penyelesaian perkara perdata belum dikatakan selesai pada waktu diumumkan hasil putusan tapi pada saat hasil dari putusan itu telah dilaksanakan secara tuntas . disebutkan bahwa kalau hanya berpegang pada penyelesaian perkara perdata dalam bantuan hukum ini cenderung menghilangkan semangat yang diusung LBH itu sendiri. 44 Dan lagi penyelesaian perkara perdata juga merupakan salah satu opsi yang dipersiapkan LBH dalam menangani perkara yang dihadapinya. Dalam artian jika perkara perdata ini menyentuh bidang pidana, bukan tidak mungkin penyelesaian perkara juga diselesaikan secara pidana. _______________________ 44 hasil wawancara dengan Hasan Lumbanraja S.H., dari Lembaga Bantuan Hukum Trisila pada tanggal 12 Juni 2012 . Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan