Untuk kepentingan penulisan skripsi ini bantuan hukum akan dibatasi pada bantuan hukum secara cuma-cuma dalam proses penyelesaian perkara perdata yang diberikan oleh
Lembaga Bantuan Hukum sebagai Advokat.
2. Pengertian Lembaga Bantuan Hukum
Istilah lembaga menurut Malinowski dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang bersatu terorganisir untuk tujuan tertentu, yang mana untuk mencapai tujuan tersebut nampak
sebagai berikut; memiliki sarana kebendaan dan teknis, atau melakukan usaha yang masuk akal, mendukung nilai-nilai tertentu, dan secara terus menerus melakukan perbuatan yang dapat
diramalkan.
20
Meskipun sudah ada Undang-Undang tersendiri tentang Bantuan Hukum, namun pengertian dari Lembaga Bantuan Hukum sendiri belum secara khusus dirumuskan. Di peraturan
perundang-undangan lain yang berkaitan dengan bantuan hukum, seperti Undang-Undang Advokat juga tidak memberikan suatu pengertian dari Lembaga Bantuan Hukum. Meskipun
begitu, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma memberikan pengertian dari
Lembaga ini, yang diatur dalam pasal 1 angka 6, dimana dikatakan bahwa Lembaga Bantuan Hukum adalah lembaga yang memberikan bantuan hukum kepada Pencari Keadilan tanpa
menerima pembayaran honorarium. Menurut Frans Hendra Winarta pengertian Lembaga Bantuan Hukum adalah suatu lembaga yang berperan untuk memberikan bantuan hukum Legal
aid kepada orang miskin yang tidak bisa membayar Advokat professional untuk membela kepentingannya.
21
Biasa dikenal dengan pro bono public work, dimana para pembelanya adalah mahasiswa jurusan hukum atau sarjana muda hukum dalam rangka turut serta dalam
penggemblengan untuk menjadi Advokat dan mencari pengalaman praktek lapangan. Sedangkan Adnan Buyng Nasution berpendapat bahwa Lembaga Bantuan Hukum adalah suatu lembaga
yang khusus bertujuan memberikan bantuan hukum kepada rakyat kecil yang buta hukum dan tidak mampu.
22
Pembentukan Lembaga Bantuan Hukum yang digagas oleh Adnan Buyung Nasution tergolong sangat berani, karena suatu usaha untuk melaksanakan program pelayanan hukum bagi
kaum miskin bukanlah tugas sederhana dan ringan.
__________________
20
.Hilman Hadikusumah, Pengantar Antroplogi Hukum, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2010, hal.80.
21
Frans Hendra Winarta,Advokat Indonesia: Citra,Idealisme Dan Keprihatinan,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1995,hal.75.
22
Adnan Buyung Nasution,Bantuan Hukum di Indonesia, Jakarta: LP3ES,1981, hal.110.
Universitas Sumatera Utara
LBH didirikan dengan konsep awal melindungi masyarakat dari penindasan hukum yang kerap menimpa mereka. Konsep ini kemudian dituangkan dalam Anggaran Dasar LBH yang
didalamnya disebutkan bahwa tujuan LBH adalah:
1. Memberi pelayanan hukum kepada rakyat miskin
2. Mengembangkan dan meningkatkan kesadaran hukum rakyat, terutama mengenai hak-
haknya sebagai subjek hukum 3.
Mengusahakan perubahan dan perbaikan hukum untuk mengisi kebutuhan baru dari masyarakat yang berkembang.
23
Dalam perkembangannya Lembaga Bantuan Hukum terbagi dalam dua kelompok yaitu : 1.
Lembaga Bantuan Hukum Swasta Lembaga inilah yang telah muncul dan berkembang belakangan ini. Anggotanya pada
umumnya terdiri dari kelompok yang bergerak dalam profesi hukum Pengacara. Konsep dan perannya jauh lebih luas dari sekadar memberi bantuan hukum secara
formal di depan sidang Pengadilan terhadap rakyat kecil yang miskin dan buta hukum. Konsep dan programnya dapat dikatakan:
a. Menitikberatkan bantuan dan nasihat hukum terhadap lapisan masyarakat kecil yang
tidak mampu. b.
Memberi nasihat hukum di luar pengadilan terhadap buruh,tani, nelayan, dan pegawai negeri yang merasa haknya “diperkosa”.
c. Mendampingi atau memberi bantuan hukum secara langsung di sidang pengadilan
baik yang meliputi perkara perdata dan pidana. d.
Bantuan dan nasihat hukum yang mereka berikan dilakukan secara cuma-cuma.
__________________
23
Binziad Kadafi,dkk.,Advokat Indonesia Mencari Legitimasi Studi Tentang Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: Pusat Studi HukumKebijakan Indonesia,2002,hal.163.
Universitas Sumatera Utara
2. Lembaga Bantuan Hukum Yang Bernaung Pada Perguruan Tinggi
Lembaga ini sering dikenal dengan nama Biro Bantuan Hukum. Lembaga inipun hampir sama dengan Lembaga Bantuan Hukum swasta, tetapi lembaga ini kurang populer dan
mengalami kemunduran.
24
Ada beberapa hal yang menyebabkan Biro Bantuan Hukum di Fakultas-fakultas Hukum Perguruan Tinggi Negeri mengalami kemunduran, antara lain:
a. Konsentrasi Advokat yang terpecah.
Sebagaimana diketahui, para Advokat pada Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi adalah dosen-dosen yang mempuyai tugas pokok sebagai tenaga pengajar yang harus
mempersiapkan diri dengan pengetahuan hukum secara komprehensif agar dapat melaksanakan kewajibannya untuk mengajar dengan baik. Hal ini tentu sangat
menyita pikiran dan tenaga mereka sehingga kosentrasi merekapun terpecah, antara menjadi pengajar yang berprestasi sehingga dapat berkarier dilingkungan akademik
atau menjadi Advokat idealis yang menolong masyarakat miskin sekaligus membina mahasiswanya untuk menjadi praktisi hukum yang handal di masa mendatang.
b. Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi bersifat “nonprofit oriented”
Hal ini sehubungan dengan tingkat penghasilan dosen yang sangat rendah yang mana juga berstatus Advokat pada Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi. Dosen-dosen
yang berstatus sebagai Advokat pada biro bantuan hukum di perguruan tinggi yang notabene “nonprofit oriented” semakin sulit mengejar kemajuan mereka dalam hal
penghasilan dibandingkan dengan profesi lain. Khususnya dibandingkan dengan Advokat professional yang biasanya berpenghasilan lebih besar walaupun
penguasaan terhadap materi dan praktek hukumnya biasanya sebanding, bahkan terkadang lebih rendah daripada dosen tersebut.
c. Keterbatasan pendanaan
Biro-biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi mengalami kemunduran seringkali dikarenakan jumlah dana yang dialokasikan oleh perguruan tinggi kepada Biro
Bantuan Hukum tersebut tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti pengadaan perpustakaan hukum yang reprensentatif, pelatihan, dan
__________________
24
Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum: Suatu Hak Asasi Manusia Bukan BelasKasihan,Jakarta: PT Elex Media Komputindo,2000, hal.50.
Universitas Sumatera Utara
pendidikan kepada tenaga-tenaga Advokat pada Biro Bantuan Hukum tersebut tentang masalah-masalah hukum aktual, dan hal-hal lain yang sangat dibutuhkan
utuk perkembangan biro bantuan hukum tersebut.
3. Dasar Pemberian Bantuan Hukum