HAK DAN KEWAJIBAN PARA PEMBERI DAN PENERIMA BANTUAN

daripada menerima hak-hak mereka yang asasi yang masih harus diperjuangkan dalam jangka panjang. Di Australia objek penerima bantuan hukum selain kategori miskin finansial termasuk juga masyarakat adat indigenous people. Di Indonesia sendiri objek penerima bantuan hukum cuma-cuma adalah golongan yang tidak mampu secara ekonomi seperti yang telah disebutkan diatas. Untuk Lembaga Bantuan Hukum Medan sendiri objek penerima bantuan hukum secara cuma-cuma tidak hanya para pencari keadilan yang tidak mampu tetapi juga untuk orang atau kelompok masyarakat marjinal dan termarjinalkan. Begitu juga dengan LBH Trisila juga menitikberatkan bantuan hukum yang diberikan kepada bantuan hukum struktural, dimana yang mengalami konflik adalah masyarakat dengan Negara yang dianggap telah mengambil hak-hak dari masyarakat tersebut.

D. HAK DAN KEWAJIBAN PARA PEMBERI DAN PENERIMA BANTUAN

HUKUM Dalam Pasal 9 UU tentang Bantuan Hukum disebutkan, Pemberi Bantuan Hukum berhak: a melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum; b melakukan pelayanan Bantuan Hukum; c menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum; d menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini; e mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; f mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun instansi lain, untuk kepentingan pembelaan perkara; dan g mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum. Universitas Sumatera Utara Dari beberapa hak yang diberikan kepada Pemberi Bantuan Hukum diatas, terdapat hak-hak yang sudah dilakukan bahkan jauh-jauh sebelum Undang-Undang Bantuan Hukum ini ada. Contohnya dalam bidang penyuluhan hukum. LBH Medan di awal tahun 1980-an mempunyai cara unik dalam penyuluhan hukum kepada masyarakat. Di era kepemimpinan H.M. Kamaluddin, LBH Medan bekerja sama dengan tim kesehatan dari Rumah Sakit Dr. Pringadi Medan untuk memberikan pelayanan kesehatan, setelah itu baru diberikan penyuluhan hukum – dengan menggunakan logika dalam tubuh yang sehat terdapat pikiran yang sehat, kemudian baru diberikan informasi hukum. LBH Jakarta sejak era 1980-an telah memanfaatkan siaran radio, sebagai media penyebarluasan informasi tentang bantuan hukum, termasuk usaha penyadaran hukum bagi masyarakat. Pendidikan-pendidikan hukum juga sudah dimulai, dengan melibatkan kelompok- kelompok masyarakat seperti kelompok buruh. LBH Bandung, diera 1980-an juga mempergunakan siaran radio untuk menyebarluaskan informasi hukum. Kerjasama dilakukan dengan Radio Republik Indonesia RRI Bandung dengan mengisi siaran hukum sekali dalam sebulan. LBH Manado diera yang sama, telah melakukan penyuluhan hukum dengan memanfaatkan TVRI Manado dalam Siaran Pedesaan dengan bentuk penyajian dengan fragment selama 30 menit, juga acara Topik dalam Lensa, wawancara tentang masalah hukum selama 30 menit. Diera kepemimpinan HJJ. Mangindaan, LBH Manado juga telah mengisi rubrik klinik hukum di harian Obor Pancasila Manado dan Warta Manado. Bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sulawesi Selatan, LBH Manado membentuk Tim Penyuluhan Hukum untuk masyarakat di kotamadya Manado dan Kabupaten Minahasa. Aktivitas lainnya, antara lain memberikan latihan kepada mahasiswa tentang teknik penyuluhan hukum kepada para mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata KKN. LBH Yogyakarta dimasa kepemimpinan Artidjo Alkostar – saat ini Hakim Agung pada Mahkamah Agung RI – juga menggunakan media TVRI dan RRI Yogyakarta serta stasiun radio swasta dalam siaran-siaran hukum. Penerbitan juga dilakukan oleh LBH Yogyakarta antara lain “Dunia Informasi” – berupa kliping, kumpulan berita tentang hukum. Begitu juga hak Pemberi Bantuan Hukum yang dalam Pasal 9 diatas dikatakan bahwa ada anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan bantuan hukum. Hal ini sesuai dengan Prinsip ketiga dari The Basic Principles on the Role of Lawyers yang mensyaratkan bahwa NegaraPemerintah untuk menyediakan dana yang cukup dan infrastruktur lainnya bagi pemberian bantuan hukum terhadap kaum miskin dan anggota masyarakat lainnya yang tidak beruntung. 30 Dalam hal ini LBH Medan mendapat bantuan dana per tahunnya dari negara melalui APBD Sumatera Utara. 31 _______________________ 30 Binziad Kadafi,dkk., op.cit., hal.166 31 hasil wawancara dengan Bahrain S.H.,M.H., dari Lembaga Bantuan Hukum Medan pada tanggal 14 Mei 2012 Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 10 UU tentang Bantuan Hukum, Pemberi Bantuan Hukum berkewajiban untuk: a melaporkan kepada Menteri tentang program Bantuan Hukum; b melaporkan setiap penggunaan anggaran negara yang digunakan untuk pemberian Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini; c menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Bantuan Hukum bagi advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum yang direkrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a; d menjaga kerahasiaan data, informasi, danatau keterangan yang diperoleh dari Penerima Bantuan Hukum berkaitan dengan perkara yang sedang ditangani, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang; dan e memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum berdasarkan syarat dan tata cara yang ditentukan dalam Undang-Undang ini sampai perkaranya selesai, kecuali ada alasan yang sah secara hukum. Sejak awal, tradisi penerbitan laporan keuangan sudah dilakukan LBH. Di era Adnan Buyung Nasution memimpin LBH Jakarta, secara rutin laporan keuangan dimuat dalam publikasi LBH. Sumber dana LBH ketika itu, dilaporkan berasal dari subsidi Pemda DKI Jakarta, sumbangan perusahaan dan individu, serta kotak donasi LBH, yang dipergunakan untuk gaji, honor dan biaya rutinadministratif. Pada 1973, total penerimaan dana untuk LBH sejumlah Rp 8.697.789. Jumlah ini naik menjadi Rp 9.846.001 pada 1974 dan kembali naik sejumlah Rp 12.008.000 pada 1974. Hingga saat ini, keberadaan dan keberlanjutan LBH, tidak lain karena dukungan pendanaan yang didapat dari 4 sumber utama: dana dari internal lembaga – berupa sumbangan dari dewan pembina dan badan pengurus dan kantor-kantor LBH; dana sumbangan masyarakat; alokasi anggaran dari pemerintah daerah, dan pendanaan dari lembaga dana internasional. Diawal-awal berdirinya LBH, lembaga ini banyak mendapat dukungan dana dari pemerintah daerah. Karenanya, subsidi yang diberikan Pemerintah Daerah DKI Jakarta kepada LBH Jakarta dan pengalokasian dana untuk pembangunan gedung YLBHI di Jalan Diponegoro, bukan sebuah hal yang baru sama sekali. Selain Pemda DKI, di awal 1980-an, Pemda Sumatera Utara, banyak memberikan bantuannya kepada LBH Medan. Transparansi maupun akuntabilitas LBH dalam pengelolaan keuangannya sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum adanya Undang-Undang Bantuan Hukum ini. Universitas Sumatera Utara Selain Pemberi Bantuan Hukum, Penerima Bantuan Hukum juga mempunyai hak dan kewajiban. Dalam Pasal 12 UU tentang Bantuan Hukum, Penerima Bantuan Hukum berhak: a mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai danatau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa; b mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum danatau Kode Etik Advokat; dan c mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 13 UU tentang Bantuan Hukum, Penerima Bantuan Hukum juga wajib: a menyampaikan bukti, informasi, danatau keterangan perkara secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum; b membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum. Prinsip membela tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, suku, etnis, asal usul, agama, keyakinan politik, adalah prinsip yang mesti dipertahankan agar kepercayaan dan legitimasi dari masyarakat terus diperoleh. Lebih dari itu, posisi dan sikap keberpihakan kepada yang lemah, marjinal dan dimarjinalkan, mesti terus dipegang teguh para advokat dan aktivis LBH. Dengan begitu masyarakat sebagai Penerima Bantuan Hukum dapat mengaplikasikan hak dan kewajiban yang terdapat dalam Undang-Undang Bantuan Hukum ini. E. TATA CARA PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM Untuk berperkara pada asasnya dikenakan biaya. Biaya perkara ini meliputi biaya kepaniteraan dan biaya untuk panggilan, pemberitahuan para pihak serta biaya materai. 32 Bagi mereka yang tidak mampu untuk membayar biaya perkara, dapat mengajukan perkara secara cuma-cuma prodeo. _______________________ 32 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta:Liberty, 2006 Hal.17. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 14 UU Bantuan Hukum diatur syarat-syarat agar Penerima Bantuan Hukum dapat memperoleh bantuan hukum, Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat: a mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum; b menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan c melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum. Pasal 14 ayat 2 juga menyebutkan, Dalam hal pemohon Bantuan Hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan. Syarat- syarat agar Penerima Bantuan Hukum dapat memperoleh bantuan hukum pada UU Bantuan Hukum ini hampir sama dengan syarat-syarat yang terdapat dalam PP No. 83 Tahun 2008 sebagai peraturan pelaksanaan dari Pasal 22 ayat 2 UU No. 18 Tahun 2003, yaitu : 1. Pencari keadilan mengajukan permohonan tertulis kepada Advokat atau Organisasi Advokat atau melalui Lembaga Bantuan Hukum. 2. Permohonan tersebut sekurang-kurangnya memuat : a nama, alamat, dan pekerjaan pemohon, dan b uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan bantuan hukum. c Melampiran surat keterangan tidak mampu dari Lurahdesa dan Kecamatan tempat pemohon tinggal. Kemudian jika Pemohon Bantuan Hukum dalam penyelesaian perkara perdata tidak dapat diselesaikan lewat jalur mediasi atau perdamaian, menurut Petunjuk Pelaksanaan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran A Perkara Perdata, Pos Bantuan Hukum, dan Zitting Plaats disebutkan mekanisme penyelenggaraan bantuan hukum khusus perkara perdata di pengadilan, yang meliputi: Universitas Sumatera Utara 1. Permohonan berperkara secara prodeo yang dibiayai Dana Bantuan Hukum untuk Perkara Perdata Gugatan maupun Permohonan, diajukan oleh Penggugat atau Pemohon yang tidak mampu secara ekonomi melalui Meja I, dengan melampirkan a Surat Gugatan atau Surat Permohonan. b Surat Keterangan Tidak Mampu SKTM dari LurahKepala Desa setempat, atau Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin KKM, Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas, Kartu Progran Keluarga Harapan PKH, Kartu Bantuan Langsung Tunai BLT atau Surat pernyataan tidak mampu yang ditandatangani pemohon bantuan hukum dan diketahui Ketua Pengadilan Negeri. 2. Meja I setelah meneliti kelengkapan berkas permohonan beracara secara prodeo pada angka 1 tersebut, dicatat dalam Buku Register Permohonan Prodeo, diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri melalui PaniteraSekretaris untuk penunjukan Hakim dan Panitera Pengganti yang memeriksa permohonan prodeo tersebut. 3. Majelis HakimHakim yang ditunjuk memerintahkan Jurusita melalui Panitera Pengganti untuk memanggil para pihak yang ada dalam gugatan tanpa biaya dan kepada pihak lawan diberi kesempatan di dalam persidangan untuk menanggapi permohonan prodeo secara tertulis dan dicatat dalam berita acara, yang selanjutnya Hakim memberikan putusan sela tentang dikabulkan atau ditolak permohonan beracara secara prodeo. 4. Apabila permohonan berperkara secara prodeo ditolak, Penggugat diperintahkan membayar biaya perkara dalam jangka waktu 14 hari setelah dijatuhkannya Putusan Sela, apabila tidak dipenuhi maka gugatan tidak didaftar. Penyediaan dana dari negara untuk perkara prodeo dalam perkara perdata adalah suatu terobosan baru dalam dunia peradilan. Perkara prodeo sudah dikenal dalam HIRRBg, namun Universitas Sumatera Utara baru kali ini yang dibiayai oleh negara melalui DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Pengadilan . Namun, tampaknya bantuan hukum perkara prodeo ini belum terealisasi secara maksimal. Menurut Hasan Lumbanraja dari LBH Trisila, ada 2 faktor yang membuat para Pencari Keadilan tidak memakai bantuan hukum prodeo ini, yaitu pertama karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat akan bantuan hukum prodeo ini. Kedua, jikalau para Pencari Keadilan ini tahu akan adanya Bantuan Hukum ini, mereka biasanya tidak akan mengurusnya. Hal ini dikarenakan proses untuk mendapatkan bantuan hukum ini terlalu rumit dalam pengurusannya. 33 _______________________ 33 hasil wawancara dengan Hasan Lumbanraja S.H., dari Lembaga Bantuan Hukum Trisila pada tanggal 12 Juni 2012 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG