c. Stabilitas organisasi
Menurut Cable Judge, 1994; Turban Keon dalam jurnal Astuti D.S,2010 tingkat kesesuaian individu dengan organisasi sangat
bergantung pada bagaimana organisasi mampu memenuhi kebutuhan perawat. Lebih lanjut Kristof dalam jurnal yang sama mengatakan
bahwa pemenuhan kebutuhan perawat oleh organisasi, seperti kompensasi, lingkungan fisik kerja dan kesempatan untukmaju sangat
diperlukan oleh perawat. Di lain pihak, organisasi membutuhkan kontribusi perawat dalam bentuk komitmen, keahlian dan kemampuan
mereka. d.
Resiliensi Menurut Jackson 2002 resiliensi adalah kemampuan individu
untuk dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan keadaan yang sulit. Dalam ilmu perkembangan manusia, resiliensi
memilki makna yang luas dan beragam, mencakup kepulihan dari masa traumatis, mengatasi kegagalan dalam hidup, dan menahan stres agar dapat
berfungsi dengan baik dalam mengerjakan tugas sehari-hari. Resiliensi itu berarti pola adaptasi yang positif atau menunjukkan perkembangan dalam
situasi sulit Masten Gewirtz, 2006.
2.1.5. Penyebab Stress di Lingkungan Kerja
Menurut Hardjana 1994, lingkungan kerja menjadi sumber stres karena beberapa alasan, antara lain:
1. Tuntutan kerja
Universitas Sumatera Utara
Tuntutan kerja dapat menjadi sumber stres dengan dua cara. Cara pertama, beban kerja terlalu besar dan berat. Hal ini karena jumlahnya. Cara kedua,
ada jenis pekerjaan yang pada dirinya lebih dapat mendatangkan stres dibandingkan pekerjaan lain.
2. Kerja yang penuh tanggung jawab
Kerja yang penuh tanggung jawab atas keselamatan orang atau berkaitan dengan orang, sangat cenderung mengakibatkan stres.kerja semacam ini
dialami oleh para petugas medis dan para medis termasuk didalamnya perawat.
3. Lingkungan fisik kerja
Lingkungan fisik kerja dapat menjadi sumber stres karena terlalu kotor dan berdebu, suara bising yang keterlaluan, udara panas dan pengap melebihi
kenormalan, atau sebaliknya terlalu dingin dan lembab, dan system penyinaran yang jelek.
4. Rasa kurang memiliki pengendalian insufficient control
Rasa kurang memiliki pengendalian kerja bila perawat merasa kurang memiliki control atas langkah, urutan, irama dan hasil kerja.
5. Hubungan antar manusia
Hubungan di tempat kerja antara atasan dan bawahan merupakan sumber stres karena tidak selalu baik dan serasi. Hal ini dapat terjadi karena unsur
persaingan atau tindakan yang sengaja mau menjatuhkan juga dapat karena kelemahan manusiawi para pelakunya, seperti kurang kepekaan perilaku
yang mengganggu, dan cita rasa yang berbeda yang bersumber pada kepribadian masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wijayanto 2007, stres dalam pekerjan dipengaruhin oleh beberapa faktor penyebab stres antara lain adalah;
6. Tipe pekerjaan tidak sesuai dengan harapan
7. Pekerjaan yang membosankan, tidak variatif
8. Pekerjaan terlalu memberatkan
9. Kolega atau rekan kerja
10. Pimpinan yang sulit.
Sedangkan menurut Mukhlidah 2010, ada cara mengatasi berbagai macam stres, sebagaimana yang diutarakan oleh Dale Collie, pembicara
professional dan penulis buku Winning Under Fire, seperti dikutip dari Ezine Articles. Menurutnya, ada beberapa penyebab terjadinya stres di tempat kerja.
Diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Beban Kerja Terlalu Berat Para perawat umumnya akan merasa stres jika beban pekerjaan
mereka terlalu sedikit atau terlalu berat. Disinilah menejer harus bisa membagi-bagi pekerjaan dan tanggung jawab, serta bemberikan prioritas,
pekerjaan mana saja yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Jika ingin menyerahkan atau mengalihkan pekerjaan, pastikan terlebih dahulu bahwa
mereka tidak memilki banyak pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Interupsi Berkali-kali
Supervisor Perawat yang selalu menelephon dan mengunjungi meja para perawatnya. Saat mereka bekerja, sebenarnya juga berkontribusi
menimbulkan stres pada diri mereka untuk mengatasinya, lakukan managemen waktu yang baik, pendelegasian tugas yang benar, dan
perintah yang jelas kepada mereka. 3.
Megatasi Masalah dengan Masalah Tingkat stres juga bisa meningkat jika masalah yang dihadapi
perawat ditanggapi dengan peraturan baru yang kontraproduktif. Untuk mengatasinya, berikan penjelasan yang detail soal peraturan tersebut agar
mereka bisa memahaminya. 4.
Ketikpercayaan dan Ketidakadilan Adanya ketidakpercayaan dan ketidakadilan bisa menurunkan
produktivitas para perawat dan membuat mereka berperilaku buruk. Jika hal ini terjadi, bukalah komunikasi yang baik dengan mereka dan jelaskan
alasan keputusan tersebut diambil. Setelah itu, bangun lagi kepercayaan mereka dengan selalu bertindak adil kepada mereka.
5. Peraturan dan Perintah yang Tidak Jelas
Peraturan dan perintah yang tidak jelas juga bisa menurunkan kredibilitas manajemen dimata perawat. Pihak manajemen tak cukup
hanya mengeluarkan peraturan dan perintah diatas kertas. Akan tetapi, dibutuhkan juga komunikasi yang jelas dan berkesinambungan. Untuk
memastikan bahwa mereka mengerti maksud dari pesan yang disampaikan, sebaiknya gunakan berbagai cara yang berbeda dalam
Universitas Sumatera Utara
menyampaikannya, misalnya lewat memo, bulletin board atau diskusi kecil. Respon positif dari mereka sangat penting untuk memastikan bahwa
peraturan yang telah dirancang berjalan dengan lancar. 6.
Karier yang Ambigu Jika perawat tidak bisa mendapatkan kepastian tentang pekerjaan
atau karier di tempat mereka bekerja, maka mereka pasti akan merasa kecewa dan tidak berdaya.
7. Tidak Ada Tanggapan
perawat tentunya ingin mengetahui bagaimana hasil kerja mereka, apakah baik atau buruk. Jika atasan tidak pernah memberikan umpan balik
atau respons, baik tertulis maupun verbal, tuntu akan menjadi tanda tanya bagi mereka. Padahal, dengan memberi respons, perawat bias
memperbaiki dan meningkatkan kinerja mereka. 8.
Tidak Ada Penghargaan Tidak ada penghargan terhadap perawat bisa menurunkan
produktifitas kerja perawat sebenarnya, banyak cara yang bisa ditempuh untuk menunjukkan penghargaan tersebut. Paling efektif ialah mengatakan
dengan tulus bahwa mereka sangat berarti bagi anda dan perusahaan. 9.
Komunikasi yang Buntu Komunikasi yang minim bisa meningkatkan stres dan menurunkan
kinerja. Komunikasi yang dimaksud disini tentu saja adalah komunikasi dua arah agar masing-masing bisa menyampaikan ide dan memberikan
masukan hingga mampu mengurangi keluhan dan mereduksi stres.
Universitas Sumatera Utara
10. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah tingkat stres yang paling tinggi, yaitu saat perawat tidak mampu atau tidak bisa berkata apa-apa terhadap kebijakan
yang menimpa perawat. Seharusnya, perawat diberi kesempatan untuk terlibat dalam hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Perawat juga
semestinya diberi kesempatan untuk memberi masukan sebelum ada putusan yang diambil.
11. Tidak Ada Pengendalian Diri
Tidak ada pengendalian diri menyebabkan utama stres dalam pekerjaan. Kebanyakan orang mengalami stres karena mereka tidak bisa
mengendalikan diri terkait dengan pekerjaan ataupun tugas-tuagas di kantor.
12. Kepuasan Atas Kinerja
Kalau kita puas dengan kinerja yang kita buat mungkin kita tidak akan bisa cepat stres karena pekerjaan ini, namun jika kita tidak puas maka
kita akan stres. Karena kita akan khawatir dan gelisah apakah anda sudah menyelesaikan pekerjaan dengan baik atau tidak.
13. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang tidak nyaman akan membuat seseorang menjadi tidak nyaman, frustasi, dan akhirnya stres. Oleh karena itu,
sebaiknya ia memilih pekerjaan yang cocok bagi dirinya. Ataupun, apabila ia tidak menemukan pekerjaan yang cocok baginya, maka ia sebisa
mungkin menciptakan suasana kerja yang dapat menyenangkan dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Kinerja Perawat
Pada dasarnya, penilaian kerja merupakan faktor kunci dalam mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efesien karena adanya
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.Penilain kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut, kondisi kinerja perawat dapat diketahui Noviansyah dan Zunaidar, 2011.
Menurut Potter dan Perry 2005. Ada Standar Kinerja Profesional yaitu: 1.
Perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan keefektifan praktek keperawatan.
2. Perawat mengevaluasi diri sendiri dalam praktek keperawatan yang
dilakukannya mengacu pada standar praktek profesionalan serta peraturan dan regulasi yang berlaku.
3. Perawat memerlukan dan mempertahankan pengetahuan terkini dalam
praktek keperawatan. 4.
Perawat berkontribusi pada pengembangan profesional dari rekan-rekan, kolega dan orang lain.
5. Keputusan dan tindakan perawat dilakukan atas nama klien yang di tentukan
secara etis. 6.
Perawat berkolaborasi dengan klien dengan orang terdekat serta pemberi pelayanan kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
7. Perawat menggunakan hasil penelitian di lahan praktek.
Universitas Sumatera Utara