Kinerja Perawat Pembahasan .1 Stres Kerja

pendidikan Sarjana mengalami stres kerja rendah, sedangkan subjek dengan tingkat pendidikan Diploma mengalami stres kerja sedang. Menurut peneliti semakin tinggi tingkat pendidikan semakin luas wawasan dan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien. Hasil penelitian didapatkan stres kerja paling banyak dialami perawat dengan pendidikan diploma karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam menjalankan tindakan keperawatan sehingga perawat merasa kurang memahami dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

5.2.1 Kinerja Perawat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat sebagian besar pada keterangan cukup. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joeharno, 2008 menunjukkan bahwa tingkat kinerja perawat pelaksana memiliki kategori cukup sebesar 64,8 dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Lansirang. Sejalan dengan penelitian Siahaan, 2011 di RS TKII Putri Hijau menunjukkan bahwa kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan lebih banyak yang kinerjanya baik sebesar 71,4 sedangkan kinerja yang buruk sebesar 28,6. Sejalan dengan penelitian Kristiyanti, 2012 menunjukkan bahwa pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Dilakukannya pengukuran kinerja maka peneliti bisa memastikan apakah pengambilan keputusan dilakukan secara tepat dan obyektif. Selain itu peneliti juga bisa memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja periode berikutnya. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian Universitas Sumatera Utara Mulyono, 2013 bahwa kategori kinerja perawat sebagian besar tidak baik 59,38 dan yang baik sebesar 40,62. Indikator kinerja berdasarkan pengkajian cukup dikatagorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien. Lebih banyak melakukan pengkajian daripada mendokumentasikan hasil. Perawatpun masih kurang dalam melakukan dokumentasi diagnosa keperawatan dan kurang melibatkan pasien dalam menetapkan prioritas masalah untuk merencanakan perawatan yang akan diberikan kepada pasien. Asumsi peneliti, seorang perawat dituntut untuk menggunakan kemampuan dalam berbagai aspek kehidupan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, sehingga dengan demikian dapat memberikan dampak yang positif sesuai dengan bidang ilmu yang dimilikinya. Tenaga perawat perlu untuk memiliki kualitas profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien serta berkualitas yang akhirnya dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien di rumah sakit. Perawat yang mempunyai kinerja yang baik maka asuhan keperawatan dapat dicapai bila kondisi pasien dilakukan mulai pengkajian sampai evaluasi. Tindakan perawat mulai dari pengkajian sampai evaluasi yang diberikan perawat di rumah sakit akan banyak berpengaruh terhadap kesehatan pasien. Hal yang menyebabkan kinerja perawat cukup di rumah sakit Permata Bunda yaitu masih belum optimalnya perawat dalam pengkajian sampai evaluasi keperawatan. Universitas Sumatera Utara 5.2.3 Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Permata Bunda Medan Hasil penelitian pada hubungan stress kerja dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawaran diperoleh hasil terdapat adanya hubungan stres kerja dengan kinerja perawat ditunjukkan dengan hasil nilai p=0,005. Sesuai dengan penelitian Noviansyah dan Zunaidah, 2011 menunjukkan bahwa ada pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat dengan nilai p = 0,000. Stres kerja juga dapat mempengaruhi kinerja perawat, hal ini sudah terlihat dari beberapa penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Park, 2007, AbuAlRub, 2008 serta Lu, et al. 2010 mendapatkan hasil yang sama yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan kinerja perawat. Menurut Kahn, dkk Munandar, 2001, stres yang timbul karena ketidakjelasan peran akhirnya mengarah kepada ketidakpuasan pekerjaan, kurang memiliki kepercayaan diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi, motivasi rendah untuk bekerja, peningkatan tekanan darah dan delak nadi, dan cenderung untuk meninggalkan pekerjaan. Semakin kuat Stres Kerja pada perawat, maka akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap kinerja perawat. Hasil penelitian Syaiin, 2008 menunjukkan bahwa kepuasan yang terdiri dari gaji insentif dan pengawasan supervisi berpengaruh terhadap kinerja perawat, sebagaimana telah dijelaskan bahwa yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kompetensinya karena sebagaian besar merasa belum diimbangi dengan peningkatan kompetensi 68.75. Rumah Sakit perlu memberi kesempatan kepada perawat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan secara intensif. Kemudian penting kiranya memberi kesempatan pada perawat untuk selalu berprestasi. Universitas Sumatera Utara Asumsi peneliti, hasil ini merupakan suatu hal yang positif karena menunjukkan kekuatan konsep diri yang dimiliki oleh perawat, dimana pada saat bekerja perawat yang memiliki stres ringan justru dapat melakukan tanggungjawab yang diembannya, dan sebaliknya perawat yang memiliki stres berat dan sedang cenderung dalam bekerja mengalami penurunan kemampuan. Hal ini adalah wajar, karena orang yang stres berat mempunyai kecenderungan kinerjanya kurang baik, sebaliknya bila stres nya ringan maka kinerja cenderung baik. Tingkat stres yang tinggi akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang dan pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja yang semakin menurun. Universitas Sumatera Utara 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja di ruang perawatan IGD dan ICU sebagian besar kategori sedang. Perawat merasa sering tertekan dalam melakukan asuhan keperawatan karena mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap pekerjaan, perbedaan dalam bekerja yang tidak cekatan antar perawat yang satu dengan yang lainnya. Namun, perawat sering juga dapat mengatasi kesulitan dalam bekerja. Kinerja perawat di ruang IGD dan ICU sebagian besar kategori cukup, disebabkan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan cukup mampu melakukan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan implementasi dan evaluasi keperawatan dengan baik. Terdapat hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Swasta Permata Bunda Medan dengan nilai p=0,005. Perawat yang stres berat dan sedang mempunyai kecenderungan kinerjanya kurang baik, sebaliknya bila stres nya ringan maka kinerja cenderung baik.Tingkat stres yang tinggi akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang dan pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja yang semakin menurun. 6.2 Saran 6.2.1. Untuk RS.Permata Bunda Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai bahan bagi perawat agar stres pada saat bekerja biasa mempengaruhi kinerjanya sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat diberikan secara optimal. Menjaga agar kinerja Universitas Sumatera Utara