Universitas Sumatera Utara
2. Observasi; diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung, tanpa
mediator, subjek penelitian untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan subjek tersebut. Observasi merupakan metode pengumpulan
data yang dilakukan pada penelitian kualitatif. Interaksi perilaku dan percakapan yang terjadi antara subjek yang diteliti merupakan hal yang
diobservasi pada suatu penelitian Kriyantono, 2009: 108. Sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, yang
merupakan metode observasi tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan kelompok yang diteliti, baik kehadirannya diketahui atau
tidak Kriyantono, 2009: 110. 3.
Bahan Visual Bahan visual bermanfaat untuk mengungkapkan suatu keterkaitan antara
subjek penelitian dengan peristiwa di masa silam atau peristiwa saat ini. Bahan visual juga memiliki makna secara spesifik terhadap informan
penelitian. Walau bahan visual bisa digunakan dalam penelitian, namun karena bahan visual ini adalah bahan informasi sekunder, sehingga metode
bahan visual ini hanya dapat digunakan sebagai metode sekunder Bungin, 2010: 123.
b. Penelitian Kepustakaan Library Research
Penelitian Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang ada mengenai segala sesuatu yang sesuai dalam
penelitian dengan membaca literatur yang relevan untuk mendukung, seperti buku-buku, jurnal, dan internet mengenai strategi komunikasi pemasaran
pariwisata, komunitas penggiat pariwisata dan perkembangan pariwisata di Sumatera Utara.
3.5.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Komunitas Travelling dalam Mengembangkan Pariwisata di Sumatera Utara adalah di Kota
Medan dan Kota Pematangsiantar. Peneliti menyesuaikan tempat dengan informan
Universitas Sumatera Utara
yang merupakan pengurus Komunitas TMC Group yang berdomisili di Kota Medan dan ada satu informan yang berdomisili di Kota Pematangsiantar untuk melakukan
wawancara interview. Tempat wawancara berlangsung di lingkungan Kota Medan dan Kota Pematangsiantar dan dikondisikan sesuai dengan permintaan para informan
dengan melakukan kesepakatan terlebih dahulu. Penelitian ini dimulai pada April 2016. Proses pengumpulan data dalam
penelitian ini berlangsung tiga bulan. Waktu yang direncanakan oleh peneliti dinilai cukup efektif yakni tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat untuk mendapatkan
data dan hasil yang maksimal dalam melakukan penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah
diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain
Bogdan dan Biklen dalam Pujileksono, 2015: 151. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut: 1.
Reduksi Data Data Reduction Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan
kepada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data merupakan proses
pemilihan, pemusatan
perhatian melalui
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Tahapan-tahapan reduksi data meliputi: 1 Membuat ringkasan, 2 Mengkode, 3 Menelusur tema, 4 Membuat gugus-
gugus, 5 Membuat partisi, 6 Menulis memo.
Universitas Sumatera Utara
2. Penyajian Data Data Display
Penyajian data merupakan pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Conclution Drawing and Verification
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.
Antara data display dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada. Analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan
terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulanverifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan
sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk
mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.
Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data
yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui metode
wawancara yang didukung dengan studi dokumentasi Bungin, 2003: 70.
40
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Proses Penelitian
Peneliti melakukan penelitian berdasarkan metode penelitian yang sudah dijelaskan pada Bab III mengenai komunikasi pemasaran terhadap komunitas TMC
Group dalam mengembangkan pariwisata di Sumatera Utara. Agar mendapatkan informasi tentang penelitian ini, peneliti melakukan pra-penelitian sejak bulan Maret
2016 dengan mengumpulkan data tentang komunitas-komunitas traveling melalui internet dan juga menjumpai seorang traveller yang memiliki jaringan yang luas
tentang komunitas-komunitas pariwisata di Sumatera Utara. Proses awal penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul karya
ilmiah skripsi kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi
pemasaran pariwisata pada sebuah komunitas travelling. Setelah mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian sesuai dengan judul yang peneliti ajukan,
maka peneliti melakukan segala persiapan yang berhubungan dengan penelitian. Persiapan awal dimulai dengan melakukan observasi dengan menjumpai pengurus-
pengurus komunitas TMC Group dan melakukan tanya jawab. Selanjutnya, peneliti membuat pedoman wawancara yang berguna sebagai acuan dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada informan mengenai strategi komunikasi pemasaran pariwisata komunitas TMC Group untuk mengembangkan pariwisata di Sumatera
Utara. Pemilihan informan dilakukan dengan melihat kriteria yang telah peneliti
uraikan pada Bab III yaitu pengurus komunitas TMC Group. Seorang dinyatakan sebagai pengurus komunitas TMC Group adalah yang memiliki jabatan struktural
tertinggi dalam komunitas TMC Group. Peneliti mengumpulkan data-data pengurus dari komunitas TMC Group. Setelah mengumpulkan data, peneliti tidak langsung
menentukan informan, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu melihat keaktifan
Universitas Sumatera Utara
Pengurus yang direkomendasikan oleh ketua komunitas tersebut, dikarenakan tidak semua pengurus siap untuk diteliti. Berbagai alasannya yaitu ada yang sedang
fokus mengerjakan skripsi, dan juga ada yang sedang keluar kota untuk waktu yang lama.
Pada saat akan melakukan penelitian, peneliti tidak langsung melakukan wawancara dengan para informan, melainkan terlebih dahulu melakukan pengamatan
dan pendekatan kepada pengurus komunitas TMC Group tersebut. Hal itu peneliti lakukan pertama kali sewaktu berjumpa dengan pengurus TMC Group.
Pada informan I peneliti melakukan wawancara pada tanggal 5 Juli 2016 dan 22 Juli 2016. Informan II peneliti melakukan wawancara pada 15 Juli 2016. Informan
III peneliti melakukan wawancara pada 24-25 Juli 2016 dan pada informan IV peneliti melakukan wawancara pada 27 Juli 2016.
Proses wawancara pada informan I, III dan IV dilakukan di Kota Medan, di berbagai tempat sesuai dengan permintaan informan yaitu di KFC Sisingamangaraja,
kediaman salah seorang informan dan Warkop Elisabeth sedangkan proses wawancara pada informan II dilakukan di kediaman informan tersebut di Kota
Pematangsiantar. Peneliti tidak banyak mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian hanya saja penelitian sedang berada dalam waktu dimana komunitas TMC
Group tidak melakukan kegiatan apapun, sehingga peneliti merasa kurang dalam observasi turun ke lapangan.
Setelah wawancara selesai dilakukan, maka penelitian dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap analisis data. Pada tahap ini, peneliti menguraikan hasil
wawancara terhadap keempat informan penelitian. Kemudian peneliti melakukan analisis terhadap jawaban-jawaban informan tersebut berdasarkan penuturan
informan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
4.1.2 Deskripsi Informan
Adapun deskripsi dari masing-masing informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
4.1.2.1 Informan 1
Nama : Antonius Naibaho, S.Ikom
Tempat Tanggal Lahir : Sidikalang, 14 Januari 1990
Usia : 26 tahun
Pekerjaan : Fokus di TMC Group
Jabatan di TMC Group : founding father dan Ketua TMC Group
Informan pertama dalam penelitian ini bernama Antonius Naibaho, lelaki bersuku Batak Toba ini lahir di Sidikalang pada tanggal 14 Januari 1990. Oppa,
begitu sapaan akrabnya, merupakan seorang alumnus Ilmu Komunikasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
– Pembangunan STIK-P angkatan tahun 2010. Sebelum mengemban pendidikan sarjananya tersebut, Antonius sempat berkuliah di D1 Ilmu
Pariwisata di salah satu universitas swasta di Kota Medan. Hal ini sebenarnya yang menjadi menjadi cikal bakal kecintaan Antonius dengan dunia pariwisata. Kecintaan
Antonius terus berlanjut dengan dia mengambil program S1 Ilmu Komunikasi, karena baginya mempelajari ilmu komunikasi dia dapat mempelajari public speaking, juga
dapat ilmu pemasaran, sehingga dapat menjadi bekal dalam hidupnya dan juga dapat mewujudkan cita-citanya yaitu membuat wadah yang peduli akan pengembangan
pariwisata di Sumatera Utara. Beberapa keahlian yang dimilikinya yaitu fotografi dan videografi dan juga
kecakapannya berbicara didepan umum membawanya selalu ditawari untuk memotret atau menjadi MC atau host dibeberapa acara di Kota Medan. Namun kini, dia sudah
jarang melakukannya, karena memang ingin benar-benar fokus dengan kegiatan di TMC Group.
Lelaki yang mempunyai warna kulit sawo matang dan rambut lurus pendek ini merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Saat ini, dia hanya memfokuskan
diri pada komunitas yang dibentuknya sendiri, yaitu TMC Group. Antonius memiliki harapan kelak dia akan membangun sebuah lembaga independen yang bergerak
dibidang pariwisata dalam rangka mengembangkan pariwisata di tanah kelahirannya, Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2.2 Informan II
Nama : Yowanda Rahmazam
Tempat Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 28 Mei 1994
Usia : 22 tahun
Pekerjaan : aktivis
Jabatan di TMC Group : Wakil Ketua TMC Group
Yowanda Rahmazam lelaki bertubuh tinggi dan memiliki perawakan kurus yang akrab disapa dengan Yowanda. Yowanda adalah lelaki bersuku Jawa yang lahir
di Pematangsiantar, 28 Mei 1994. Dia adalah seorang alumnus dari D3 Ilmu Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Sumatera Utara angkatan 2012 putra dari pasangan
Bapak Suriyatno dan Ibu Jumarty. Setelah menyelesaikan studinya satu tahun yang lalu, Yowanda kembali menetap di tanah kelahirannya, Pematangsiantar sembari
fokus belajar untuk melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi. Yowanda kini tengah disibukkan dengan kegiatannya sebagai seorang aktivis.
Dia bersama teman-temannya mendirikan Rumah Baca untuk anak-anak di Pematangsiantar. Sebagai seorang yang peduli akan permasalahan dan isu
lingkungan, dia membuat komunitas peduli lingkungan dan membuat sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat Samosir yang tinggal di sekitar tepi Danau Toba
untuk menghentikan kebiasaan MCK mandi cuci kakus langsung di Danau Toba. Menetap di Pematangsiantar tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap aktif
di TMC Group. Bahkan dia bisa melakukan eksplorasi wisata ke daerah-daerah terpencil di sekitar Pematangsiantar dan Simalungun yang belum terkenal dan
disentuh oleha masyarakat sebagai daerah tujuan wisata. Dari hasil pencarian tersebut, dia menemukan 23 air terjun tersembunyi di daerah Tanah Jawa.
4.1.2.3 Informan III
Nama : Ida Roselly Girsang
Tempat Tanggal Lahir : Desa Nagara, 8 Januari 1995
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : karyawan swasta
Universitas Sumatera Utara
Jabatan di TMC Group : Ketua Divisi Budgeting dan Accounting TMC Group
Perempuan bertubuh langsing dengan tinggi sekitar 160 cm adalah seorang karyawan pada salah satu perusahaan ritel di Medan. Dia adalah seorang alumnus dari
D3 Ilmu Pariwisata Universitas Negeri Medan. Kepribadiannya yang humoris dan ketertarikannya yang mendalam dengan
dunia pariwisata membuat dia dipertemukan dengan Komunitas TMC Group. baginya, berwisata itu adalah edukasi, dan TMC Group diibaratkan sebuat sekolah,
yang memberikannya pembelajaran setiap waktu dengan kegiatan didalamnya. Tidak hanya mempelajari budaya, namun dia juga menjadi handal mengurus keuangan dan
mengestimasi biaya suatu perjalanan. Selain itu, dia menemukan keluarga baru di komunitas ini.
Kak Ida, begitu peneliti menyapanya, memiliki hobi mendaki gunung. Hampir semua gunung di Sumatera Utara pernah didakinya, diantaranya adalah Gunung
Sibuatan, Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung sebelum terjadinya erupsi beberapa tahun yang lalu. Baginya, mendaki adalah suatu hobi yang membuat candu, karena
terdapat tantangan, mendaki juga membuat kita lebih mengerti karakter orang sesungguhnya, bagaimana kita bisa melihat tim kita sewaktu proses mendaki yang
lama dan berat, dan juga ketika mencapai puncak. Kak Ida menuturkan bahwa banyak pelajaran berharga yang didapatkan ketika kita mendaki gunung.
4.1.2.3 Informan IV
Nama : Docma Great Faith Nababan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Februari 1997
Usia : 19 tahun
Pekerjaan : mahasiswa
Jabatan di TMC Group : Ketua Divisi Field and Research TMC Group
Informan keempat dalam penelitian ini adalah Docma Great Faith Nababan. Great, begitu panggilan sapaan lelaki bertubuh kurus dan tinggi ini sehari-hari. Lelaki
bersuku Batak Toba ini lahir di Jakarta, 21 Februari 1997 dan menetap disana sampai
Universitas Sumatera Utara
dia berumur empat tahun. Setelah itu dia dan keluarganya pindah dan menetap di Medan hingga sekarang.
Great sangat menikmati perkuliahannya di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara jurusan Sastra Batak. Baginya, jurusan Sastra Batak itu memiliki
keunikan tersendiri ketika kita mempelajarinya dan banyak pula hal-hal baru yang dipelajarinya yang membuat dia takjub dengan kearifan masyarakat Batak yang
sesungguhnya. Setiap orang yang tinggal dan menetap di Sumatera Utara belum tentu mengerti dan memahami secara benar budayanya, sejarah masa lampaunya.
“Disini kita belajar kak, lima Suku Batak itu, terus kita juga tau seluk beluk Batak itu seperti apa. Banyak tuh kak, yang sebenernya salah kaprah,
contohnya kayak Sipiongot, sebenernya daerah Sipiongot itu ga ada, kak. Dia
itu memang julukan untuk daerah terpencil dan terpelosok.” Lelaki berkepribadian santai ini memiliki hobi solo backpacker, yaitu
melakukan petualangan sendirian ke gunung ataupun ke hutan. Salah satu yang paling digemarinya ketika dia melakukan perjalanan sendiri ialah dia dapat menikmati
suasana alam sendirian dengan bebas dan bisa berhari-hari, selama apapun yang dia inginkan ketika dia sedang betah di satu objek wisata. Berbeda halnya jika dia
berkunjung bersama teman-temannya, ada keterikatan waktu dan harus mengikuti jadwal yang sudah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Profil Informan Informan
Antonius Yowanda
Ida Great
TTL
Sidikalang, 14 Maret 1990
Pematangsiantar, 28 Mei 1994
Desa Nagara, 8 Januari
1995 Jakarta, 21
Februari 1997
Usia 26 tahun
22 tahun 21 tahun
19 Tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki Laki-laki
Perempuan Laki-laki
Agama
Kristen Protestan
Islam Kristen
Protestan Kristen
Protestan
Pekerjaan
Fokus di TMC Group
Aktivis Karyawan
swasta Mahasiswa
Pendidikan Terakhir
S1 Ilmu
Komunikasi STIK-
Pembangunan D3
Ilmu Pariwisata USU
D3 Ilmu
Pariwisata Unimed
Sedang berkuliah di
USU jurusan Sastra Batak
Jabatan di TMC Group
Founder dan CEO
Wakil ketua Kabid
Budgeting and
accounting Kabid Field
and Research
Tahun Bergabung di
TMC Group
2012 2012
2013 2015
Hobi
Travelling, menulis,
membaca Travelling dan
olahraga Travelling
dan olahraga Travelling,
futsal dan renang
Jenis traveling yang digemari
Wisata sejarah, wisata
budaya Menggemari
semua jenis wisata
Mendaki gunung,
Wisata ke pulau-pulau
Solo backpacker
adventure, menjelajahi
hutan
DTW yang paling digemari
di Sumut
Danau Toba Pulau Berhala
Gunung Sibuatan, Air
Terjun di Tanah Karo,
Pulau Berhala Tobasa
khususnya Danau Toba
dan Tapanuli Utara
Sumber: hasil pengamatan dan wawancara
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, untuk memudahkan data yang telah didapatkan, maka peneliti mengklasifikasikan jawaban-jawaban informan
berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut:
4.1.3.1 Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Komunitas Traveling dan Penerapannya
Berdasarkan tujuan penelitian yakni mengetahui strategi komunikasi pemasaran pariwisata dari Komunitas TMC Group dan bagaimana penerapannya
dalam rangka mengembangkan pariwisata di Sumatera Utara, tentu saja peneliti melakukan pengamatan dan wawancara langsung kepada setiap informan yang
menjadi subjek dalam penelitian ini. Untuk mengetahui pemahaman masing-masing informan dengan pariwisata, peneliti sajikan dalam bentuk narasi maupun
mendeskripsikan segala sesuatu yang menjadi hasil wawancara dan pengamatan peneliti yang dimulai dari informan I sampai kepada informan IV.
Sebagai suatu komunitas yang sehat, maka TMC Group juga memiliki pengurus yang menjalankan rumah tangga komunitas sehari-hari. Pengurus TMC
Group tersebut memiliki tugas dan pokok masing-masing demi mencapai tujuan. Antonius adalah founding father sekaligus CEO dari komunitas TMC Group. Dia
memiliki tugas yaitu menjaga keberlangsungan dari komunitas ini, dan juga dia menjalankan peranannya sebagai penjaga nama baik dan citra TMC Group yang mana
tugas tersebut sama seperti tugas seorang public relations. “kalo di TMC itu kita pakai sistem matriks sebenarnya, jadi semacam ada
perubahan itu. Misalnya segenap pengurus itu harus siap bergerak dibidang itu, cuman kalo CEO. Kenapa CEO, karena kita kan masih pada posisi start
up, walau udah empat tahun tapi kita masih dibilang start up, lah. Kalo CEO itu tugasnya menjaga kelangsungan TMC Group itu. Mulai dari sekarang
sampai kedepannya. Kalo CEO, paling tidak saya harus bisa menguasai semua bidang-bidang, tugas-tugas yang mereka kerjakan. Karena kalau dari
mereka tidak mengerjakan, mau ga mau CEO yang bergerak. Itu didalemnya.. secara internal.. kalo secara eksternal.. mengambil keputusan.. artinya ada
yang mau nawarin kerjasama.. yang memutuskan jadi atau enggaknya kerja sama itu CEO. Kemudian jaga hubungan.. CEO itu bagaikan public relations,
Universitas Sumatera Utara
PR utama dari TMC, yang jaga nama baik TMC, jaga citra, menjaga kelangsungan, membina hubungan baik
dengan media.” Tugas dari Yowanda di TMC Group adalah sebagai wakil ketua yang
merangkap sebagai tour leader dan juga dia ketua dari komunitas TM. Dia menerangkan, tugasnya adalah sebagai perencana dan pemandu wisata.
“wakil ketua sekaligus tour leader. Kalau ngetrip gitu, aku yang ngebuat rute perjalanan, terus yang ngasih tanda pada peta dan jalan, terus aku juga
nentuin lamanya perjalanan kami di objek wisata.” Ida yang menjabat sebagai Ketua Divisi Budgeting dan Accounting
menegaskan walaupun dia memiliki tugas dibidang keuangan komunitas, dia juga harus bersedia untuk mengerjakan tugas yang lain demi kelancaran dari setiap
kegiatan. Asalkan harus semua anggota harus bertanggungjawab atas masing-masing tugas yang dibebankan.
“Kalo akusih sebenernya budgeting sama accounting. Budgeting.. jadi kalo kami setiap ada trip yang ngebuat budgetnya, aku gitu. Bukan berarti kalo
aku budgeting aku cuma fokus sama urusan budgetnya aja, aku juga ikut bagian promosi.. istilahnya sih kami merangkap, cuma jangan lupa sama
tugasnya juga.. gitu sih”. Great mengemban tugas dibidang field and research. Great adalah aktor
dibalik kesuksesan dalam suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh TMC Group. Setelah pengurus TMC Group sepakat untuk mengadakan eksplor wisata maupun
kegiatan lain, Great dengan sigap meneliti objek wisata tersebut dengan memantau situasi disana, apakah tempat tersebut layak atau tidak dikunjungi oleh manajemen
inti maupun peserta yang memakai jasa TMC Group. “ee.. tugas saya itu research dan penelitian. Kayak tim survey juga bisa. Jadi,
cek lokasi mungkin itu tugas aku jadi kalo misalnya ada apa-apa aku kesana gitu. Membandingkan dulu kek mana-kek mana..apa yang perlu. Itu dari aku,
gitu. Jadi, penilaian kalo aku, lah. Kalo misalnya, misalnya ke Sibolga gitu ada apa di Sibolga, kek mana, disana gini gini gini ya itu urusan aku, gitu.
Jadi, aku yang neliti kayak mana untuk tour ini, gitu.” Komunitas yang berdiri sejak tahun 2012 ini berdiri atas inisiatif Antonius.
Dia mengatakan bahwa awal mula dia mendirikan komunitas ini adalah bermula
Universitas Sumatera Utara
ketika ia membuat twitter pariwisatasumut.net, akun twitter tersebut berisikan informasi seputar kepariwisataan di Sumatera Utara. Lambat laun, permintaan teman-
teman terdekat Antonius untuk melakukan tour atau berwisata di objek-objek wisata di Sumatera Utara terus meningkat, tentu dengan Antonius yang menjadi tour
guidenya. Antonius kemudian berinisiatif mendirikan Traveling Medan, yaitu sebuah komunitas yang berfungsi sebagai tour planner dan travel agent TMC Group.
PariwisataSUMUT.Net masih tetap sebagai sumber informasi bagi TMC Group, PariwisataSUMUT.Net adalah brand, berupa website, twitter, instagram dari TMC
Group. Dengan adanya dua sub-komunitas ini, maka Antonius menciptakan satu komunitas besar untuk mewadahi dua sub-komunitas tersebut, yaitu TMC Group.
Setelah terbentuknya TMC Group, Antoniuspun membuka sub-komunitas yang bernama Komunitas TM, yaitu komunitas yang berisikan anggota-anggota baru yang
telah lulus open recruitment, dan diberikan pelatihan serta diskusi sebelum mereka menjadi pengurus inti dari TMC Group.
“Awalnya tahun 2012 berawal dari aku membuat akun pariwisata PariwisataSUMUT.Net di twitter, jadi sepanjang tahun itu aku kan banyak
nge-post tempat wisata sama event pariwisata yang ada di Sumut, disitu kita masih pakai twitter dan juga kemudian aku buat blog. Kita posting lebih ke
destinasi wisata, tempat-tempat wisata di daerah ini apa, di daerah itu apa, misalnya yang pernah kita post dulu pertama kali itu Danau Toba, kita post 7
kabupaten yang punya Danau Toba itu.. kemudian masuk ke Daerah Tapanuli Bagian Selatan Tabagsel dari Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, sama
Padang Lawas, Padang Lawas Utara, sama bagian Labusel, sama yang lain- lain. Event-event yang kita post seperti Festival Danau Toba, awalnya kan
Festival Danau Toba, Pesta Danau Toba kemudian expo-expo yang berkaitan
dengan dunia pariwisata misalnya, ee.. Travel Fair, seperti itu.” “Setelah PariwisataSUMUT.Net berkembang, dalam hitungan bulan, yaitu
empat bulan kemudian, bulan Juni 2012 kita sering ngadain eksplor wisata alias ngetrip-ngetrip gitu kebetulan dulu yang ngeksplor itu ya aku sama
temen-temen aku sendiri, kami jadi buat tim. Tim-tim awalnya itu kami ada sepuluh orang. kemudian ada banyak dari temen-temen kampus kami pada
minta adain trip, maka kami buatlah komunitas baru, yaitu komunitas Traveling Medan. Traveling Medan ini muncul setelah aku buat akun twitter
dan blog PariwisataSUMUT.Net. kita jadiin Traveling Medan ini sebagai komunitas ngetrip, eksplor wisata, jalan-jalan, awalnya. Komunitas traveling,
komunitas pencinta pariwisata, setelah itu, setelah Traveling Medannya
Universitas Sumatera Utara
berkembang, maka kami memutuskan untuk membuat Komunitas Besar yang menaungi PariwisataSUMUT dan Traveling Medan, aku buat komunitas
besar yang naungin kedua komunitas itu di komunitas Traveling Medan Comm Group, dimana PariwisataSUMUT.Net dan Traveling Medan jadi sub-
komunitasnya. Aku dan tim awal tadi juga setuju, walaupun ada seleksi alam juga, mereka ga semuanya bisa ikut, kami buat sub-komunitas, yaitu
Komunitas TM, komunitas TM ini semacam komunitas untuk anggota baru yang udah oprec, mereka pertama-tama masuk Komunitas TM dahulu,
sebelum mereka mau ditempatkan jadi manajemen inti di Traveling Medan dan PariwisataSUMUT.Net. Kami mulai maka kita pisahkan, kita jadikan
dua, ada Traveling Medan dan ada Komunitas TM. Berkembang itu aku artikan sebagai banyaknya permintaan kita ngetrip bareng kesana-kesini.
Jadi Traveling Medan itu sebagai travel organizing, kalau Komunitas TM itu komunitas pencinta pariwisata disitu dibina sama manajemen inti TMC
Group yang mengurusi Traveling Medan, kegiatannya sharing-sharing seputar pariwisata, seputar ngetrip, dan pelatihan-pelatihan pariwisata gitu.
”
Ida mengetahui TMC Group dari sebelum dia bergabung dengan disana. Dia mengungkapkan bahwa pertama kali dia mendapat broadcast message tentang open
trip yang akan diadakan oleh TMC Group ke Pulau Berhala dari salah seorang temannya di media sosial BBM. Ida begitu tertarik untuk bergabung dengan
komunitas ini dengan alasan edukasi dan menambah teman. “Pertama sih dari.. ikut trip sama mereka, dari teman juga. Ikut trip ke Pulau
Pandang, eh, pertama ke Pulau Berhala.. pertama ke Pulau Berhala. Aku pergi sama mereka, kan umum tuh, dibuka. Udah aku ngikut, gitu. Liat
infonya dari temen sih, dari apa namanya.. yang di BC BC sama kawan di
BBM.” “karena di komunitas ini istilahnya selain.. selain dia.. apa ya.. nambah
pengetahuan, menambah teman, wawasan, banyak sih yang didapat dari tim ini. sebelum gabung juga udah tahu,
gimana sih tim ini. dicari tahu dulu.” Ida menceritakan proses pertama kali dia bergabung dengan TMC Group.
perangainya yang periang yang membuat manajemen inti dari komunitas TMC Group tersebut senang dengannya dan kerap kali mengajaknya pada kegiatan-kegiatan yang
diadakan TMC Group. “Pertama sih, kan.. pertama ikut trip sama mereka tuh, habis itukan sering
ada perkumpulan-perkumpulan, buat acara-acara ngumpul, apa gitu.. sering ikut juga. Sebelumnya kan ada temen yang jadi tim sama mereka.. jadi pas
Universitas Sumatera Utara
ngumpul diajak tuh, diajak.. mungkin orang itu ngeliat akunya sih.. istilahnya.. kalo dikita sekarang dibilang bocor.. istilahnya kayak mana ya
hahaha banyak ngomong, gitulah. Baru diajak lagi, ngetrip diajak, mereka ngajaknya bilang mau ngga ikut kesana, ikut kesini gitu, istilahnya jadi kayak
pemandunya juga.. yaudah dari situ ngikut.. untuk selanjutnya ada perekrutan
anggota baru, aku ditawarin tuh, aku mau ngga.. disitu baru.” TMC Group pertama kali ditemuinya ketika Great sedang berselancar di akun
media sosial instagram miliknya. Saat itu, dia tengah mencari informasi kontak penyewaan tenda, karena dia akan berkemah dengan teman-temannya ke Gunung
Sibayak. Saudara Antonius yang saat itu menyewakan tenda pada saat perkenalan dan perbincangannya dengan Saudara Great mengenalkan TMC Group kepada Saudara
Great dan timbulah keinginan Saudara Great untuk bergabung didalamnya. Dia mengungkapkan alasannya bergabung adalah dia bisa belajar dan menyalurkan hobi
sekaligus. “Liat-liat instagram. Kemarin.. ee.. pengen nyewa tenda dari apa, TMC. Jadi,
searching-searching yaudah, berkontak sama foundernya, yaudah liat jadwal- jadwal dari aktivitas di web founder pun nanya-nanya loh, nanya nanya sama
apanya.. sama foundernya. Minjem tendanya untuk ngecamp.. ngecamp ke Sibayak kalo ga salah, sama teman-
teman.” “ya karena didalam komunitas TMC ada juga yang hobi hobi didalam itu
dapet gitu, ee.. misalnya ke alamnya dapet. Jadi, cemana ya.. ada .. ee.. didalam diri itu, di dalam TMC itu ada jalan-jalan, ada belajar, disitu semua
dapet. Jadi, ya didalem hobi itu nyatu gitu.” Proses pertama kali Great bergabung di TMC Group adalah dengan mengikuti
open recruitment terlebih dahulu. Great yang antusias bergabung dengan komunitas menjalani peraturan yang ada dengan baik. Tidak sampai satu tahun, dia yang semula
anggota Komunitas TM langsung bergabung di pengurus inti TMC Group. “Waktu itu nanya-nanya, nanya-nanya, nanya-nanya kek mana kek mana ada
open recruitmen gak untuk masuk. Jadi sebenarnya awalnya masih member biasa, belum sampe tim inti, masih biasa aja. pokoknya belum masuk inti lah.
Jadi apa-apa mesti.. ee..udah ada peraturan-peraturan khususlah, misalnya apa.. kek manalah ya.. wajib datang berapa kali gitu.. wajib mengikuti kopdar
gitu, terus mengikuti tripnya berapa kali untuk bisa masuk inti.. kalo ga salah tiga kali minimal. Tiga kali ikut trip baru bisa masuk tim inti. Kalau ngga
salah sih.
”
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana sebuah komunitas itu berdiri demi mencapai visinya, maka TMC Group memiliki misi untuk menjalankan visinya tersebut yait
u “menjadi wadah bagi insan yang peduli dan tertarik akan industri pariwisata dan mengembangkan
pariwisata Sumatera Utara baik melalui kegiatan offline maupun online ”. Antonius
mengungkapkan, misi yang sudah diperbuatnya adalah meciptakan program-program kegiatan seperti open trip atau eksplor wisata, publikasi bersama dengan media, dan
membuat event-event kepariwisataan seperti Social Tourism Care dan Tourism Camp.
“Kegiatan untuk mencapai misi itu kan, kita selalu punya program, program jangka pendek dan program jangka panjang. Kalo program jangka pendek itu
misalnya seperti kegiatan open trip atau eksplor wisata, kemudian publikasi bersama dengan media, Jadi melalui rangkaian kegiatan ini kita ingin
ngebentuk TMC Group sebagai insan pariwisata yang berkarakter, karena yang bergabung jadi anggota di TMC Group ini kan, ga semua anak
pariwisata. Jadi kalau mereka dari jurusan lain, atau ngga, dari fakultas lain tapi mereka asik dengan dunia pariwisata, pasti kita pertahankan.
” “Jangka panjang mengadakan event, event kepariwisataan seperti Social
Tourism Care, Torism Camp. Kita sebut jangka panjang, karena persiapan pelaksanaannya juga ga cepat, paling cepat tiga bulan, dan program ini
adalah program TMC Group yang berkelanjutan. Kalau program jangka pendek it
u kita ga ekstra untuk kegiatan itu.” Berbeda dengan Antonius yang memiliki misi yaitu menciptakan program
kegiatan, Yowanda telah menjalankan misinya yaitu dengan mengajak orang lain yang bukan anggota dan pengurus komunitasnya TMC Group untuk dapat
berpartisipasi dengan kegiatan yang diselenggarakan. Hal itu membuat peserta yang dia ajak akan merasakan kepedulian terhadap alam dan budaya di Sumatera Utara.
“Sebenarnya yang sudah saya lakukan untuk misi komunitasku ini sebenernya ya mengajak orang untuk ikut partisipasi di kegiatan-kegiatan yang diadain
sama TMC Group. Nah kenapa aku bilang begitu, karena orang yang aku bawa, dia juga nanti akan ngerasain peduli alam, peduli budaya Sumatera
Utara ini.” Ida memiliki misi yaitu dengan menjalankan tugas dan tanggung jawab atas
jabatan yang diamanahkan kepadanya. Dia mengatakan, bahwa dengan melakukan
Universitas Sumatera Utara
tugasnya dengan baik, maka hal itu dapat membuat keuangan komunitas menjadi stabil.
“Misi yang aku jalankan sih, aku ngelakuin sesuatu sesuai dengan tugas dan amanah yang diemban samaku. Jadi aku bisa lebih bertanggungjawab.
Tugasku sebagai ketua divisi budgeting, ya aku harus menghitung biaya estimasi perjalanan dengan benar, tahu mengatur arus keuangan, begitu.
Kalau aku ga benar dalam ngelakuin hal ini, ya bisa-bisa hancur komunitas ini dari segi keuangan. Itu sih kak, kalau udah selesai yang kita kerjakan,
baru kita bantu pekerjaan orang yang belum siap.
” Serupa dengan yang dikemukakan oleh Ida, Great juga mempunyai misi yaitu
menjalankan apa yang telah menjadi tugas yang dibebankan kepadanya. “Kalau saya pribadi yang pasti, saya menjalankan saja apa yang menjadi
tugas saya. Walaupun disini saya sudah jadi pengurus inti, namun saya masih junior, saya stambuk juga 2015, jadi saya suka nurut sama apa yang
ditugaskan sama abang-abang disini. Misalnya kalau bagian saya kan research, yaitu penelitian. Saya suka pergi mengecek objek wisata, sebelum
TMC Group ngadain tour kesana. Saya lihat kondisinya. Layak apa tidak untuk dikunjungi, situasinya memungkinkan apa tidak. Yaa, berbuat ajalah.
Tanggung jawab dengan apa yang menjadi tugas saya dalam pengurus inti.” Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi dimana perjalanan dilakukan wisatawan
dapat diklasifikasikan menjadi; foreign tourist, domestic foreign tourist, domestic tourist, indigenous foreign tourist, transit tourist, dan business tourist Karyono
dalam Arista, 2011:13-14. TMC Group juga memiliki peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan. Antonius mengatakan bahwa peserta yang
pernah bergabung kedalam trip mereka adalah foreign tourist dan domestic tourist. “Foreign tourist, dan domestic tourist.”
“Kalau foreign tourist ini dia rombongan salah satu jurusan di kampus di Thailand dan Malaysia. Mereka mengambil wisata edukasi, mereka meminta
kami menghandle tour mereka ke Wisata Mangrove. Tamu dari Thailand itu dari Sirindhorn College of Public Health, kalau yang dari Malaysia itu..
Trengganu Malaysia University. Kalau rombongan dari Malaysia itu mereka tahu kami dari website kami. mereka langsung kontak kami via email.kalau
yang di Thailand, mereka tahu kami diperkenalkan sama Universitas Sari Mutiara Medan, yang pernah memakai jasa kami juga. Jadi USM yang
mengontak kita untuk kedatangan mereka. Satu rombogan Trengganu
Universitas Sumatera Utara
Malaysia University berjumlah 30 orang, sekalian kampusnya. Mereka pergi ke Wisata Mangrove juga karena mereka jurusan Perairan. Kalau
rombongan dari Sirindhon College itu sekitar 28 orang. ”
“Domestic torist ini yang paling banyak dan hampir disemua trip kita pasti isinya ya turis dome
stik.. hehe..” Yowanda juga menyatakan jika peserta kegiatan dari TMC Group adalah
wisatawan asing dan wisatawan domestik. “Kalau yang turis domestik pernah, turis asing juga pernah. Kalau yang luar
negeri kita pernah handle rombongan mahasiswa dari Malaysia dan Thailand. Kalau domestik sebenernya hampir disemua kegiatan eksplor
wisata, mahasiswa, pelajar ya kebanyakan memang orang lokal dan tinggal di Medan. kebanyakan memang domestic tourist.
” Yowanda menambahkan, pihak rombongan mahasiswa Thailand dan Malaysia
mengetahui TMC Group dari website mereka. “mereka tahu kami dari media internet yaitu website. Mereka cari tempat
destinasi dan website kami yang muncul di halaman pertama dalam pencarian ‘traveling di Medan’.”
Ida juga mengatakan hal serupa seperti yang diungkapkan Antonius dan Yowanda. Ida mengatakan bahwa TMC Group pernah menghandle rombongan
mahasiswa dari Thailand dan Malaysia, yang disebut foreign tourist, dan juga wisatawan domestik.
“turis domestik dan turis asing.” “Kalau turis domestik, itu kan artinya turis lokal.. nah, disetiap kegiatan kami
ini hampir semua yang ikut itu ya orang medan, orang lokal.. kayak kegiatan ngetrip gitu, trus Social Tourism Care juga. Mulai anak sekolahan, kuliahan,
udah kerja. Gitulah kak.. kalau turis asing kami juga pernah layanin, mereka pakai jasa kami untuk ecotour ke Kawasan Mangrove. Itu kami bawa
rombongan mahasiswa dari Thailand dan Malaysia.. sama dosen-dosen mereka juga. Selain dari rombongan Thailand sama Malaysia itu juga belum
ada lagi sih yang trip sama kami.
” Berbeda dengan jawaban dari Antonius, Yowanda, dan Ida, Great mengatakan
bahwa TMC Group hanya pernah melayani wisatawan domestik saja. Domestic tourist menjadi peserta TMC Group hampir disemua kegiatan trip TMC Group.
Universitas Sumatera Utara
“domestic tourist yang sering dan hampir disemua kegiatan. Ya karena.. itu yang dapet gitu. Open trip itu kan sifatnya umum, ya.. yang daftar memang
kebanyakan wisatawan lokal alias domestic tourist, gitu. Dibanding
wisatawan mancanegara.”
Antonius mengungkapkan, jenis-jenis pariwisata yang pernah dilakukan atau dijalani oleh komunitas yang didirikannya adalah wisata budaya, wisata industri, dan
wisata bahari. “wisata budaya, wisata industri, wisata bahari.”
“Wisata budaya ini ke semua objek wisata yang ada di Medan, ke Istana Maimun, Tjong A Fie, desa di Sergai, pilgrim tour seperti ke Taman Wisata
Iman, Velangkanni, Vihara di Siantar.”
“Wisata industri itulah, rombongan mahasiswa, rombongan pelajar, yang mereka ngadain study tour dan perpisahan kelas.”
“Wisata bahari juga kita ngunjungin Kawasan Wisata Mangrove, trus juga ke Pantai di Pulau Pandang, Pulau Berhala, Air terjun Sipiso-piso, Air terjun
Bidadari, Romace Beach, Air terjun Mursala, dan banyak lagi. Ini yang paling banyak memang diminati sama wisatawan yang ikut sama kita, karena
memang karena sebagian besar yang ikut ngetrip sama kita itu Orang Medan, ya karena di Medan memang ga punya pantai yang menarik. Kita kan keluar
Medan semua untuk trip bahari.” Jenis pariwisata yang pernah dijalankan oleh TMC Group menurut Yowanda
adalah wisata budaya, karena mengapa TMC Group melakukan jenis pariwisata tersebut karena dengan menjalani jenis pariwisata ini, sebagai wujud cinta TMC
Group terhadap berbagai budaya si Sumatera Utara. Selain wisata budaya, jenis wisata lain yang pernah dijalankan oleh TMC Group adalah wisata komersil dengan
mengunjungi kegiatan tahunan, Pekan Raya Sumatera Utara, yang diselenggarakan di Medan serta wisata industri dengan membawa rombongan mahasiswa ke suatu objek
wisata atas permintaan rombongan itu sendiri. “Wisata budaya, seperti tour ke Istana Maimun, wisata komersil ngajak
kawan-kawan ke Pekan Raya Sumatera Utara, ini agenda insidental, wisata industri juga pernah di wisata cagar alam juga kita pernah bawa rombongan
pelajar ke wisata kawasan Mangrove, untuk edukasi mangrove, menanam
Universitas Sumatera Utara
mangrove untuk keseimbangan ekosistem disana. karena pariwisata ga luput dari budaya, budaya juga ga luput dari pariwisata. Yang pertama, kita kan
mengunjungi tempat-tempat yang berbeda dari tempat dimana kita tinggal, yaitu tata cara hidup, kebudayaan, ya itu juga sebagai wujud cinta kita
terhadap berbagai budaya di Sumut ini, dan itu salah satu termasuk dalam
wonderful Indonesia.” “wisata komersil yang pernah kami lakukan yaitu ngunjungin PRSU. Di
PRSU kan, menampilkan banyak budaya-budaya yang ada di Sumatera Utara. Kami juga mengajak teman-teman yang kami ajak untuk membeli
beberapa kerajinan tangan ataupun makanan khas daerah yang dijual, karena kami juga berupaya untuk mendukung industri kreatif, biar mereka
kede
pannya ada dana untuk membuat kegiatan PRSU lebih baik lagi.” “Ya karena udah permintaan dari konsumen.. hehe.. ga mungkin kita nolak
juga. Jadi kalau di wisata industri inikan, pengertiannya kita bawa rombongan mahasiswa, ya jadi kita ngebantu mahasiswa untuk ngebantu
mereka, supaya mereka tahu spot-spot yang baik, biar mereka juga ga sendiri-sendiri. Mereka kan gatau, mau kemana, mereka juga ribet
mempersiapkan segala sesuatunya semuanya, jadi disini kita yang memfasilitasi dengan apa yang mereka suka, mereka mau kemana, seperti
apa konsepnya, pantai, gunung, tempat bud
aya, kami bisa kasih pandangan.” Ida memiliki pandangan jika jenis pariwisata yang dilakukan selama ini oleh
TMC Group adalah wisata budaya dan wisata industri. Wisata industri dilakukan TMC Group dengan melayani peserta rombongan mahasiswa Thailand dan Malaysia
yang berkunjung ke Kawasan Wisata Mangrove di Serdang Bedagai. Sedangkan wisata budaya dilakukan dengan mengunjungi Taman Wisata Iman di Dairi.
“Kalau wisata industry itu, ya.. bawa rombongan orang Thailand sama orang Malaysia itu ngunjungin Kawasan Wisata Mangrove di Sergai, disana juga
ada kegiatan nanam mangrove juga selain liburan. Jadi rangkap sebenarnya kak. Kalau wisata budaya.. ke taman iman Sitinjo di Dairi lah, kak.
” Great mengungkapkan perjalanan yang dilakukan TMC Group adalah jenis
wisata cagar alam, wisata bahari, dan wisata budaya. Wisata budaya itu dilakukan oleh TMC Group dengan mengunjungi Desa Dokan, di Kabupaten Karo. Wisata
bahari dilakukan TMC Group dengan mengunjungi Kawasan Wisata Mangrove di Serdang Bedagai dan wisata cagar alam dengan mengunjungi Air Terjun Dwi Warna.
Universitas Sumatera Utara
“Yang udah pernah itu ya wisata cagar alam, wisata bahari, dan wisata budaya juga.”
“Wisata Budaya itu kemaren pengurus inti TMC Group pergi ke Desa Dokan, itu di daerah Tanah Karo, tepatnya di Daerah Merek. Di Desa Dokan itu kita
bisa lihat rumah adat yang usianya ratusan tahun. Disamping itu keadaan sosial masyarakatnya masih sangat berbudaya dan masih sangat tradisional.
Jadi kita bisa melihat
kearifan lokal disitu.” “Kalau ke wisata bahari, pernah ke pantai.. pengurus juga pernah kesana
beberapa hari yang lalu, ke Kawasan Mangrove, Serdang Bedagai. Kita lihat perkembangan disana gimana. Sebelumnya kita udah pernah kesana. Ya
alasan ke bahari juga karena wawasan juga bertambah dengan mengunjungi wisata bahari. Disamping itu, kita juga harus mengeksplor seluruh objek
wisata yang ada di Sumatera Utara yang kaya dan beranekaragam ini.” “Wisata cagar alam, salah satunya kita pernah mengunjungi Air Terjun Dwi
Warna bersama rombongan sekitar 25 orang. Jadi disitu kita jungle tracking, ee.. berenang, ada edukasi juga disana yaitu mengenal tanaman-tanaman
yang kita lewatin disana.”
Komunikasi interpersonal dilakukan oleh pengurus TMC Group kepada calon peserta. Antonius mengungkapkan, dia melakukan komunikasi personal untuk
mempublikasikan kegiatan dari TMC Group kepada orang-orang yang dulu pernah mengikuti trip dengan mereka. Dia lebih suka memberikan informasi secara persuasif
dengan berkomunikasi secara personal kepada orang-orang yang memang memiliki minat terhadap kegiatan pariwisata. Antonius tidak suka mempublikasikan
kegiatannya secara personal kepada teman-temannya. Karena baginya berbisnis dan pertemanan tidak bisa disatukan. Dia tidak mampu menolak jika temannya meminta
mengurangi harga, padahal kegiatan yang diselenggarakan TMC Group ini baginya adalah mencari keuntungan.
Komunikasi yang dilakukannya secara personal dengan menggunakan fitur chatting seperti Blackberry Messanger dan Line. Dia terbiasa untuk menghubungi
calon peserta tersebut dengan mengirimkan pesan dalam fitur BBM atau Line tersebut, lalu kemudian bila calon peserta menginginkan informasi lebih lanjut, maka
mereka akan janjian untuk bertemu. Selanjutnya terkait dengan respon, respon yang
Universitas Sumatera Utara
diterima olehnya dari calon peserta adalah respon yang baik, seperti langsung menerima tawarannya dan juga akan menghubungi lebih lanjut, tanpa penolakan.
“Oh iya.. tetep kita lakukan. Yang aku ajak komunikasi personal sebenarnya ke peserta-peserta trip sebelumnya, dan ke orang-orang yang sebelumnya
suka nanya-nanya tentang trip-trip ini. aku lebih suka karena memang mereka udah punya minat, jadi pas ngajaknya juga udah enak. Aku ga begitu
suka ngajak temen-temenku sendiri karena ini kan bisnis, dan ketika temen- temenku minta di miringkan harga perjalanannya, aku suka ga enak
nolaknya, padahal disinikan aku cari keuntungan, perlu budget juga. Sebenernya pernah dulu ngajak temen-temen, cuma
dulu.” “Komunikasi personalnya bisa melalui personal chatting di BBM, di Line,
bisa juga kalau aku kebetulan jumpa langsung. Tapi memang lebih sering aku infokan dulu di BBM, kalau orang itu mau ketemu untuk bahas lebih detail, ya
tinggal janjian.” “Kami pakai bahasa persuasif dengan kata “yuk ikutan trip kami kesini….”
Trus nanti aku jelaskan juga rincian apa saja yang mereka dapatkan dalam
trip tersebut. Kalau mereka bilang “mahal kalii” aku sebisa mungkin yakinin kalo itu ga mahal, kami jelasin harga transportasinya berapa, konsumsinya
nanti disana makan berapa kali, disana nginap dimana, ya yakinin
fasilitasnya lah, gitulah hehe.” “Mereka yang dihubungi dengan cara ini juga banyak yang merespon positif,
seperti “yaudah aku ikut ya bang” dan kalau misalnya untuk kawan-kawan yang udah kerja, mereka juga bilang “kalau libur aku kabarin”.”
Yowanda mengatakan untuk melakukan jenis komunikasi interpersonal dengan calon peserta TMC Group, maka hal yang dilakukannya adalah membuktikan
sendiri objek wisata tersebut dengan mendatanginya terlebih dahulu. Setelah itu, dia dapat mendeskripsikan tempat tersebut sesuai dengan apa yang dilihatnya, dan
menurutnya pula, teman-temannya menjadi lebih tertarik. Komunikasi interpersonal ini dilakukannya dengan langsung bertemu dan face to face dengan calon peserta,
namun dapat pula dengan chatting dengan calon peserta tersebut. Namun hal tersebut jarang dilakukan, dan jika dilakukanpun pada saat-saat beberapa hari menuju
keberangkatan TMC Group untuk eksplor wisata dan masih kekurangan peserta. Bahasa yang digunakan adalah kalimat-kalimat persuasif yang menggugah calon
Universitas Sumatera Utara
peserta untuk ikut berwisata dengan TMC Group. Sasaran Yowanda dalam mempublikasikan kegiatan TMC Group secara personal adalah teman dekat.
“kalau ngomong langsung mengajak ke teman-teman, itu kalau kita ngomong aja tanpa ada pembuktian, itu kosong. Jadi sebelum kita ngomong langsung
ketemen-temen, kita harus sebelumnya eksplor ketempat itu, jadi baru kita tunjukin ke temen-
temen. “ini ada tempat bagus, baru loh”. Disitu yang membuat teman-temanku tertarik, karena kita udah pernah kesana. Kayak
misalnya ke Pulau-pulau, yang mereka tahu kan, kalau kita jelaskan pakai bahasa marketing kan seperti “temen-temen, Pulau ini tempatnya cantik,
viewnya indah, lautnya biru.. tempat ngecampnya bagus, makanannya enak- enak” gitu kan jadi ngebuat temen-temen tertarik, dan juga karena kita
temennya, ya dia juga jadi percaya karena dia tahu siapa kita. Nyampeinnya ya juga secara langsung, kalau ketemu. aku ga pernah lewat chat, kecuali
kalau ada trip yang kurang orang. Dengan efeknya, mereka mau biasanya, siapa sih yang ga mau diajak jalan-jalan? kendalanya kalau mereka ngga
mau biasanya sih soal dana.” “Aku lebih suka ngajak teman dekat. Karena kalau ngajak keluarga, pasti
nanti mereka mikirnya kita yang bandari.. hehe.. kalau temen kan kalo kita ajak pasti ngertilah, kita bayar masing-masing. Karena aku ingin memulainya
dengan orang terdekat dulu, lah. Kalau orang lain kan bisa setelah itu. Hehe.. orang yang kita kenal kayak teman ini juga kita suka bilang untuk ajak
kawan-kawannya yang
lain, biar ramai. Gitu.” Mengenali karakter orang yang mau diajak bicara mengenai kegiatan TMC
Group adalah langkah awal yang dilakukan oleh Ida. Hal ini dilakukannya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Media yang dilakukan untuk berkomunikasi
personal adalah menggunakan aplikasi chatting BBM. Melalui media itu dia dapat menawarkan produk TMC Group yaitu kegiatan seperti eksplor wisata atau Social
Tourism Care. Sasaran Ida dalam melakukan komunikasi interpersonal seperti ini adalah orang-orang yang sebelumnya memang meminta dirinya untuk mengabarkan
info-info tentang kegiatan kepariwisataan. Hal yang paling sering dia terima adalah respon positif, namun terdapat juga respon yang negatif yang umumnya
mempersoalkan harga yang dipatok TMC Group sebagai kontribusi perjalanan dirasa mahal oleh calon peserta.
“Kalau aku mengartikan maksud kakak ini, cara aku ngajak orang untuk ikutan gabung trip sama kami ya sebenarnya macam-macam.. ya aku juga
Universitas Sumatera Utara
lihat-lihat dulu orang yang mau aku ajak cakap ini karakternya kayak mana.. istilahnya kan, biar gak sia-sia kita bercakap. Pendekatan yang aku lakuin
juga pendekatan pribadi, kayak nawar-nawarin gitu ngechat ke kawanku, aku BBM yang memang udah pernah kian bilang samaku dia mau ikut ngetrip..
atau kalau kebetulan jumpa, barulah aku tawarin.. aku nawarin emang sama temen yang pernah bilang kalau ada ngetrip itu infokan.. soalnya kalau kita
infokan ke kawan-kawan yang ga suka kan percuma.. nanti dia ga suka.. istilahnya kan itu tadi, sia-sia. Kalau respon ya positif lah, kalau apa paling
ada yang bilang “aku nengok jadwalku dulu lah ya kak”, atau kalau kira-kira orang itu ga suka orangtu bilang “mahal kali kaaak” gitu paling.”
Hampir serupa dengan pernyataan Yowanda, Great mengaku jika dia kerap melancarkan komunikasi interpersonal dengan teman-temannya dahulu. Baik itu
teman disekitar tempat tinggalnya, teman gereja, teman nongkrong, teman dekat di kampus, dan teman-teman di kontak Blackberry Messangernya. Kesulitan yang
ditemuinya ketika melakukan komunikasi secara personal dengan teman-temannya adalah bahwa teman-temannya kerap memberikan harapan palsu padanya. Seperti
janji untuk ikut trip, namun pada saat hari pelaksanaannya, orang tersebut tidak datang. Great menambahkan, dalam situasi seperti itu, berkomunikasi dengan
baikpun wajib dilakukan, dan upaya lain yang dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang adalah menyarankan kepada calon peserta untuk menyicil kontribusinya.
Namun, ada hal menguntungkan yang dia dapat ketika melakukan komunikasi secara personal, yaitu dia dapat melihat keseriusan dan antusiasme lawan bicaranya secara
langsung. Ketimbang face to face, Great lebih sering menggunakan media chatting BBM dalam melakukan komunikasi dengan jenis ini.
“itu yang pasti aku ngajak temen-temen disekelilingku dulu, temen di sekitar rumah, teman gereja, temen nongkrong, temen-temen di BBM, atau teman
kampus yang bener- bener deket dulu. “kau mau ngga ikut trip kami…” gitu
sih biasanya. Tapi biasanya sih, temen itu bakalan jadi musuh. Sebenernya bukan musuh sih, tapi lebih ke PHP, pemberi harapan palsu. Dia bilang,
terkadang ya.. “okay, aku ikut…” tapi pas hari H malah ga datang. Jadi ya kalo kayak gitu sih, kita cuma
bisa bilang, “yaudah bro, next trip aja, nanti dikabarin lagi kalau ada trip selanjutnya.” Jadi lebih tepatnya komunikasi
baik-baiklah, seperti nyarankan panjar gitu, hehe. Biasanya kalau yang sering sih chattingan di BBM. Kalau face-to-face itu nongkrong-nongrong
sama temen aja kebetulan.
Universitas Sumatera Utara
“Kita bisa langsung lihat, orang yang kita ajak ini serius apa ngga degan penawaran kita. Kita bisa lihat ciri-ciri yang basa-basi doang, yang bener-
bener serius nanggepin kita, kita tahu. Mana yang antusias, mana yang
engga, kita tahu.”
Jenis komunikasi selanjutnya dalam rangka mempublikasikan atau memasarkan produk TMC Group berupa kegiatan eksplor wisata dan lain-lain adalah
dengan melakukan komunikasi kelompok. Antonius mengaku jika dia tidak pernah melakukan jenis komunikasi ini untuk memasarkan produknya kepada calon peserta.
Dia lebih mengutamakan menerapkan komunikasi interpersonal dengan salah seorang dari anggota kelompok tersebut untuk dihubunginya atau menghubunginya.
“Jujur, aku belum pernah promosiin kelompok-kelompok yang dua sampe tiga orangan, atau se-geng, belum pernah juga bikin multiple chat di aplikasi
chatting manapun yang isinya beberapa orang. Ga pernah sama sekali. Karena lebih ngutamain ngomong ke personal ya ketimbang ke kelompok
gitu. Tapi yang pasti peserta kita juga banyak yang kelompok-kelompok gitu, karena salah satu dari mereka ngehubungin aku, atau aku yang ngehubungin
duluan kalau ada trip, nah mungkin mereka infoin ke temen-
temennya.” Yowanda mengungkapkan jika dia tidak pernah melakukan kegiatan publikasi
dengan melakukan komunikasi dengan kelompok kecil, hanya saja dia melakukan pendekatan dengan satu orang yang paling berpengaruh di suatu kelompok kecil
tersebut untuk memasarkan produk TMC Group. Baginya, memasarkan produk kepada orang yang berpengaruh tersebut lebih efektif ketimbang membangun
komunikasi dengan seluruh anggota kelompok kecil tersebut, karena dia berpikir, seluruh anggota dari kelompok kecil itu akan mengikuti ajakan dari anggota
kelompok yang paling berpengaruh tersebut. Demikian pula sasaran Yowanda dalam jenis komunikasi ini adalah teman-temannya sendiri.
“Kalau di kelompok itu kan pasti ada kepalanya lah gitu, kepala geng nya, paling disegenin, paling dianggaplah di kelompok itu. Jadi kalau misalnya
ketua geng itu kita ajak dan mau, pasti anggota gengnya ikut. Jadi targetnya sih kita nyampaikan ke kepala gengnya ini. Aku juga ngomong langsung,
berjumpa gitu. Kalau respon mereka yang aku ajak secara kelompok sih
Universitas Sumatera Utara
sejauh ini bagus-bagus aja tanggapannya, paling kalo ga mau ikut juga karena waktu yang gak pas.”
“lebih ke teman sih. Kalau teman sih yaa.. karena kita tahu siapa mereka, mereka gimana..”
Berbeda dengan yang dilakukan kedua rekannya, Antonius dan Yowanda, Ida mengaku pernah melakukan komunikasi dengan jumlah anggotanya empat orang
yang dapat dikatakan komunikasi kelompok kecil dengan rekan-rekannya di kantor. Pada saat itu, rekan kantornya bertanya tentang kesibukan yang sedang dialami Ida.
Lalu Ida menjelaskan kegiatannya di TMC Group yang akan mengadakan kegiatan TMC Group yaitu Social Tourism Care dan sembari memprospek mereka untuk ikut
dalam kegiatan tersebut. “kalau kelompok.. hmm.. pernah sih kawan satu kerjaanku nanya-nanya gitu
kan, karena aku emang lagi persiapan kemaren untuk Social Tourism Care. Trus orangtu nanya, “Ida mau ngapain” trus aku jelasinlah, aku tuh anggota
komunitas wisata, nah, ada kegiatan jalan-jalannya, kegiatan wisatanya juga. Jadi waktu itu aku jelasin sama mereka kira-kira empat orangan gitu,
sekalian tawarin mereka mau ikut apa engga. Nyampaikannya langsung lah kak, ngomong langsung gitu. Kalau respon orang itu sebenernya tertarik,
cuma orang itu ada agenda lain dihari itu juga dan juga orang itu bilang kalau aku ngetrip ajak-
ajak hehe.” Great juga mengakui bahwa dia pernah melakukan komunikasi secara
berkelompok kecil dengan teman-temannya sesama alumnus SMA tempat dia bersekolah. Walaupun tidak berhasil untuk mengajak teman-temannya untuk
mengikuti kegiatan tersebut, namun Great menuturkan bahwa respon yang diperlihatkan teman-temannya cukup antusias perihal tawarannya tersebut.
“aku pernah ngelakuin ini ke alumni SMAku kemarin, ketemu langsung. Respon dari teman-teman alumni itu baik, cukup antusias, yaa walaupun
mereka ga langsung mau ikutan trip.”
Beragamnya peserta TMC Group yang berpartisipasi dalam kegiatan TMC Group, tidak hanya berasal dari perseorangan saja. TMC Group pernah membawa
rombongan institusi resmi seperti kampus. Antonius mengungkapkan jika dia pernah
Universitas Sumatera Utara
melakukan komunikasi dengan institusi formal hanya saja tidak melalui tatap muka seperti presentasi, namun dia melakukannya dengan berkirim pesan elektronik dan
via telepon. Bahasa yang digunakan dalam kedua media perantara tersebut adalah bahasa yang formal.
Keberhasilan berkomunikasi secara formal juga dirasakan TMC Group, karena memang pada awalnya institusi kampus tersebut yang mempercayakan
kegiatan wisatanya ditangani oleh TMC Group. “karena kalau institusi resmi yang formal begini seperti dari kampus, gereja,
ya penyampaiannya juga kami harus pandai menyesuaikan diri, pakai bahasa yang formal, disini institusi resmi, ya hubungan kepada perwakilan dari
institusi tersebut juga ga bisa disamakan bahasanya dengan peserta kita yang kawula muda, lebih formal dan tegas. Sejauh ini kalau presentasi dihadapan
organisasi kami belum pernah, tapi kirim surat elektronik atau email, dan bertelepon udah pernah ke institusi kampus, bahasa yang digunain juga
dengan bahasa yang formal.” “Ya karena yang sudah pernah adalah mereka yang istilahnya menghubungi
duluan atau membutuhkan, ya efeknya sukses, mereka minta kami ngehandle perjalanan mereka.”
Lain halnya dengan Antonius, Yowanda mengungkapkan jika dia melakukan kegiatan berkomunikasi dengan kelompok besar dan formal dengan mengadakan
audiensi ke sekolah SMA 7 Medan dan juga ke Hotel Madani untuk menjumpai rombongan kampus dari Universitas Malaysia yang terdiri dari mahasiswa dan
dosennya. Pada saat itu TMC Group mempresentasikan tentang profil TMC Group, paket-paket trip dan juga menjelaskan objek wisata yang akan mereka tuju. Bahasa
dan penyampaian yang disampaikan oleh Yowanda saat itu adalah formal. “Aku pernah sih kemarin audiensi ke sekolah SMA 7 Medan yang waktu itu
mau ngetrip untuk perpisahan mereka dan rombongan mahasiswa. Audiensi itu presentasi menjelaskan tentang paket tour, ga langsung di acc, mereka
minta kami ngejelasin dulu, mereka mau gabung atau tidaknya dengan kita, ya itu tergantung bagus ngga nya presentasi kita. Presentasinya dengan
orang Malaysia itu di Hotel Madani Medan. Kami presentasi profil tentang Kawasan Wisata Mangrove, profil objek wisata yang ingin mereka tuju.
Penyampaiannya ya kita paparkan secara formal. Efeknya sih, sejauh ini
Universitas Sumatera Utara
ketika kita presentasi setelah itu langsung di terima sehari kemudian melalui email.”
Ida mengatakan bahawa dia tidak pernah melakukan komunikasi dengan kelompok besar atau institusi formal dan sejenisnya. Hal ini dikarenakan bahwa dia
sedang melakukan kegiatan lain, yaitu bekerja yang jadwalnya bentrok dengan presentasi di Hotel Madani, kala itu.
“kalau komunikasi organisasi aku ngga pernah kak kayaknya kak.. soalnya kan, kemaren yang presentasi sama orang Malaysia di Hotel Madani itu aku
ga ikut kak, aku kerja. Jadi kalau yang formal-formal gitu belum pernah lah
kak kalo aku.” Sama halnya dengan Ida, Great pun belum pernah melakukan komunikasi
dengan kelompok yang besar dan formal, namun dengan alasan yang berbeda, yaitu karena dia baru saja satu tahun bergabung dengan TMC Group.
“aku belum pernah ngelakuin ini. Karena saya juga baru satu tahun bergabung di komunitas ini.”
Komunikasi dengan khalayak yang lebih luas atau komunikasi publik dilakukan Antonius dengan menggunakan media sosial, cetak dan juga media siar
seperti radio dan youtube. Antonius mengatakan, hal yang harus diperhatikan TMC Group tentang penggunaan media massa dan media sosial ini adalah karakter dan usia
dari pengikut akun mereka. Tidaklah sama kategori usia dari pengikut instagram dengan facebook mereka. Kategori umur dan karakter yang berbeda, membuat TMC
Group harus menyampaikan pesan dalam media tersebut secara berbeda pula, seperti menyelipkan humor, penggunaan bahasa yang resmi, dan sebagainya.
Terdapat perbedaan dalam penyampaian pesan dalam instagram, facebook dan twitter. Antonius mengungkapkan, penggunaan bahasa yang santai dan penuh humor
disampaikannya pada caption-caption di instagram TMC Group. Hal ini didasarkan pada followers instagram TMC Group yang tergolong usia muda, yakni 16
– 30 tahun. Berbeda dengan penyampaian pesan yang digunakan di facebook. Pada
facebook TMC Group yang memiliki pengikut dengan kategori umur dari yang muda
Universitas Sumatera Utara
hingga lebih dari 30 tahun, maka TMC Group menggunakan bahasa yang lebih siangkat, padat, dan cenderung sedikit formal. Penyampaian seperti itu dirasakannya
agar dapat dimengerti oleh semua kalangan muda, maupun tua. Lain pula halnya dengan twitter, akun media sosial yang berbasis karakter ini kini cenderung sepi.
Karena alasan itu pula, TMC Group hanya menggunakan pesan yang sangat singkat dan juga menghubungkannya dengan website milik TMC Group untuk mendapatkan
informasi lebih detil. Menghubungkan link website dalam twitter juga sebagai pendorok naiknya jumlah viewers website TMC Group.
“Kalau berhubungan dengan khalayak yang luas, otomatis kita juga pakai media sosial ya, media cetak, radio, siaran youtube juga kalau media sosial
ini kan unik ya, artinya kita harus tahu dulu follower kita itu karakternya seperti apa, usianya juga, itu harus diteliti juga, karena kita posting tentang
suatu tempat wisata dengan captionnya contohnya sedikit nyelipin humor, sedangkan yang follow kitapun yang sudah berumur, merekapun ga ngerti,
kita terlihat ga profesional, padahal dengan penyampaian yang seperti itu yang disukai kahayak yang umurnya masih muda. Jadinya, kita harus analisis
followers. Followes kita itukan sebenarnya calon peserta kita, jadi sebisa mungkin kita branding kita sendiri biar diingat orang dengan seperti yang
kita tonjolkan “oh, giniloh, TMC Group, mereka gini gini giniii” karena citra itu yang kita tonjolin.”
“Media sosial yang selalu kita gunain itu instagram ya, sejak 2015. Disini kita menggunakan bahasa yang ringan, ada selipin humor juga. Agak
nyeleneh juga bisa. Followers diinstagram kami itu rata-rata anak muda, diusia 16 sampai 30an. Dan kita nganggap mereka itu kawula muda. Efek
setelah publikasi di instagram ya memang lebih banyak yang tertarik seperti nanya. “bang itu ngetripnya gimana yaa, berapa yaa, ikutlaaah”.”
“Facebook lebih menggunakan bahasa yang sedikit formal, dibanding instagram. Misalnya opentrip tanggal segini segini segini, tujuan kesini kesini
ya udah begitu aja, biasa ajaa. website dan facebook ini kita gunain bahasa penyampaian yang formal, karena segala usia pengikut kita juga ada, dari
yang kawula muda, sampai yang tua, 30 atas. Dewasa bener gitulah, hehehe. Mamak mamak bapak bapak pakai facebook. Jadi kami cari aman, pakai
bahasa yang bisa dimengerti dan diterima semua orang
.”
Universitas Sumatera Utara
“Di twitter kita masih ngetweet juga, walaupun kita sekarang cuma gunain open link, misalnya “ada open trip tanggal sekian, dimana.. selengkapnya di..
nah disitu kita kasih link website kita, biar bacanya lebih detail disana, juga sekalian promosi website kita juga, hehe. Twiiter juga penggunanya semenjak
setahun ini sepi, mungkin pada lari ke instagram, dulunya kalau kita posting ada aja yang ngeretweet, kalau sekarang syukur satu aja ada.”
Yowanda mengatakan, pesan kepada khalayak yang luas akan sampai dengan efektif jika menggunakan media surat kabar, radio, media sosial dan media online.
Media surat kabar yang pernah digunakan TMC Group untuk mempublikasikan kegiatannya adalah Harian Tribun Medan. Pada saat itu Tribun Medan meliput
kegiatan TMC Group. Alasan mereka bersedia untuk mempublikasikan kegiatannya kepada Harian Tribun Medan karena cakupan pembacanya luas, dan harganya murah
yang memungkinkan semua orang dapat membeli koran tersebut. TMC Group menggunakan media sosial yaitu twitter, facebook dan instagram,
demikian pula media online, Yowanda menuturkan bahwa TMC Group memiliki channel youtube dan juga website. TMC Group menggunakan youtube untuk
mengunggah video-video dokumenter perjalanan yang berguna sebagai publikasi kepada viewers youtubenya agar dapat melihat objek wisata yang mereka kunjungi
secara nyata. Sejumlah media yang digunakan oleh TMC Group untuk menyampaikan
pesan kepada khalayak luas, Yowanda mengakui jika media sosial lah yang memegang pengaruh besar terhadap TMC Group. Hal ini diakuinya karena TMC
Group akan merasa dekat dengan khalayak melalui media ini. Followers akan memperlihatkan langsung respon mereka baik positif maupun negatif pada sesuatu
yang mereka unggah dengan mudah, seperti mengkomentari, menyukai, ataupun memposting kembali unggahan tersebut dari TMC Group baik itu foto, maupun teks.
Begitu pula jika satu unggahan tersebut sepi respon, TMC Group akan mengetahuinya bahwa apa yang diinformasikan tersebut kurang menarik hati
followers.
Universitas Sumatera Utara
“Untuk lebih menyeluruh, meluas, kita juga menggunakan media. Mau itu media surat kabar, media radio, media sosial dan media online. Kalau media
surat kabar, misalnya kita mau buat kegiatan, yaa.. mereka meliput kita, media yang pernah meliput kita sih Tribun Medan. Oiaa, di youtube juga kita
pakai.” “Karena menurutku Tribun Medan itu cakupan pembacanya luas, karena
harganya murah hanya seribu, semua orang bias beli dan juga dia mengena disegala kalangan, kalangan atas, menengah, kalangan bawah, dan juga
karena ga semua orang juga
ngegunain media sosial, internet itu sih..” “twitter, facebook, line, instagram, website juga.”
“online kami yaa, menggunakan youtube. Kalau misalnya di youtube keuntungannya kita bisa ngebuat video documenter, jadi kalau penonton ya
bisa lebih real ngeliat kondisi dan keadaan di objek wisata yang kita datangin. Kami udah buat sekitar 20 video perjalanan ngetrip, budaya Batak,
dan banyak lah.”
“Media sosialsih menurut saya.. karena langsung berkenaan dengan masyarakat yang membacanya. Respon mereka juga bisa kita lihat dengan
langsung. Mereka komen, like, ngerepost balik. Mau yang negatif atau positif, semua nampak. Gitu juga kalau sepi respon, kita juga bisa tau.. ternyata yang
kita posting gak menarik hati followers
.” Ida juga memiliki pandangan yang serupa. Baginya, pesan yang akan
disampaikan TMC Group kepada khalayak luas akan efektif jika menggunakan media sosial seperti twitter, instagram, facebook, dan juga youtube. Selain itu media cetak
seperti koran Harian Tribun Medan, dan juga radio. TMC Group menggunakan youtube juga karena alasan tertentu. Bagi Ida,
dewasa ini youtube adalah media yang sangat digemari oleh semua orang. Hal ini dimanfaatkan oleh TMC Group sebagai media publikasi agar nama TMC Group terus
dikenal. Manfaat lain dirasakan TMC Group dengan mempublikasikan kegiatan mereka di Harian Tribun Medan adalah jumlah pembacanya yang banyak dan berasal
dari berbagai kalangan. Ida menambahkan citra Tribun Medan yang baik dikalangan masyarakat Medan juga membuat TMC Group berkenan untuk mempublikasikan
kegiatannya pada media cetak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
“kalo untuk orang yang ga bisa dijangkau itu yaa.. pakai media lah. Medsos, kayak twitter, instagram, facebook kita juga punya youtube. Selain itu juga
menggunakan koran kita pernah diliput Tribun, radio juga pernah kemaren.”
“ya karena menurutku youtube itu sekarang udah jadi makanan orang sehari- hari kalau orang buka internet. Sikit-sikit buka youtube, sikit-sikit buka
youtube.. jadi ya.. kita juga harus punya biar ngikutin orang juga.. kali aja ada yang nyar
i traveling sumut trus nemu video kita.” “sekarang kan istilahnya, mau di lapo-lapo, mau di loket bus atau di
perusahaan-perusahaan, koran itu dimana-mana, apa lagi harga koran Tribun itu Cuma seribu perak. Mau yang banyak uang, mau yang duitnya
pas-pasan, ya ga mungkin kalo ga kebeli Tribun. Tribun pun namanya gak jelek-
jelek kali kan kak, bukan koran kuning gitu.” Great memiliki jawaban yang sama dengan ketiga rekannya. Baginya, untuk
publikasi dengan khalayak luas TMC Group memanfaatkan media sosial seperti instagram dan juga aplikasi chat lintas platform, Blackberry Messanger. Instagram
dan BBM terasa bermanfaat karena memiliki fitur personal message didalamnya, sehingga dapat interaksi dan penyampaian pesan dapat dilakukan TMC Group dengan
mudah terhadap followersnya. “yang pasti untuk komunikasi dengan cakupan yang luas kayak gini, kita
pakai media sosial. Karena media sosial bisa menyatukan tanpa ada batas, bebas. Bisa menggunakan Blackberry Mesangger, instagram.. sebenarnya
fitur yang paling menguntungkan yaitu fitur chatnya baik di BBM maupun instagram. Kita bisa langsung dapat respon dari orang-orang tentang apa
yang kita muat atau posting.”
Sesuai dengan tujuan komunitas TMC Group yaitu pemanfaatan media sosial sebagai sarana untuk edukasi kepariwisataan, maka instagram merupakan media
sosial yang digunakan oleh TMC Group guna melancarkan publikasi dan memasarkan produk dari TMC Group yang berupa eksplor wisata dan kegiatan
lainnya. Antonius mengemukakan alasan TMC Group menggunakan media sosial
instagram karena dia menilai bahwa instagram merupakan media sosial terbaik bagi TMC Group. Hal ini disebabkan karena instagram adalah media sosial yang berbasis
foto dan video sehingga TMC Group dapat mengunggah foto-foto objek wisata yang
Universitas Sumatera Utara
menarik, sehingga membuat orang tertarik untuk mengunjungi objek wisata tersebut. Selain mengunggah foto untuk mempublikasikan kegiatan trip, TMC Group juga
mengunggah foto-foto yang berisikan pengetahuan pariwisata, budaya maupun umum.
TMC Group memiliki tiga akun instagram, jumlah followers dari tiap-tiap akun instagrampun beragam. Akun dengan nama pariwisatasumutnet memiliki
pengikut sebanyak 53.000 orang, akun travelingmedan sebanyak 7000 orang dan juga akun PariwisataMedan juga memiliki penikut sebanyak 15.000 orang. Konten
dalam ketiga akun tersebut sama. Tujuan dari TMC Group menciptakan akun PariwisataMedan adalah untuk melebarkan sayap pemasaran. Pada saat seorang
user instagram mencari informasi seputar pariwisata di Kota Medan, maka akun tersebut akan muncul ketika user
tersebut mengetik kata “pariwisata Medan”. Respon followers instagram TMC Group berupa like juga didapat TMC Group. Rata-rata satu
foto yang diunggah oleh pariwisatasumut.net berjumlah seribu like. Begitu juga dengan kegiatan mengunggah kembali postingan TMC Group oleh masyarakat, hal
tersebut dibenarkan oleh Antonius. Dia mengatakan bahwa banyak pengikutnya yang menggunakan tanda pagar pariwisatasumutnet atau travelingmedan pada setiap
fotonya. “ini kan produk yang kita jual adalah objek wisata, jadi media sosial
instagram ini media sosial yang paling bagus untuk ee.. kita ngejual produk jasa kita. Kita tawarkan foto-foto objek wisata yang bagus dan bikin orang
tertarik mengunjungi kesana, sehingga mereka mau ikut ngetrip sama kita. Kami optimalkan di foto, seperti kata orang kan, foto itu berbicara, dan
berbicaralah melalui foto. Caption dengan menggunakan kata-kata menarik juga kita gunakan. Isinya juga selain info ngetrip, flyer ngetrip juga kita juga
posting pengetahuan pariwisata, budaya, umum juga. Kayak contohnya pembuatan e-ktp. Kita juga pengen yang follow kita ga jenuh dan kita pengen
lebih dekat dan berguna sama mereka. Jokes juga.”
“Kalau PariwisataSUMUT.net itu 53.000 sekian followers, traveling medan sekitar 7000 followers, kalau PariwisataMedan sekitar 15.000,
pariwisata medan itu akun yang kita buat juga yang isinya juga sama saja, dengan PariwisataSUMUT.Net. Gunanya ya melebarkan pasar saja. Jadi
Universitas Sumatera Utara
kalau orang mencari dengan key word “Pariwisata Medan” ya yang muncul kita jugaa.
” “Yang ngelike seribu lebih juga dapet sekali foto, komen juga pastilah..”
“Banyak laaah.. kasih tagar pariwisatasumutnet, travelingmedan, juga banyak, saya juga suka ngecek dan keliatan siapa yang meregram.. apalagi
kalo kegiatan-kegiatan sosial.
” Mengenai penggunaan instagram oleh TMC Group, Yowanda berpendapat jika
media sosial tersebut adalah media sosial nomor satu saat ini. Hal itu dikarenakan semua orang saat ini memiliki akun media sosial tersebut. Yowanda menyebutkan,
followers dari akun pariwisatasumutnet adalah sejumlah 54.000 orang dan sambil mengecek akun tersebut, Yowanda menambahkan dalam satu foto, terdapat ribuan
orang yang menyukai foto unggahan TMC Group tersebut. “Kalau instagram itu karena sekarang adalah media sosial nomor satu
menu rut saya. Semua orang sekarang punya instagram.”
“Untuk di akun pariwisatasumut.net, itu followersnya sekitar 54.000 orang.”
“Banyaklah, mencapai ribuan juga sih ini.” Serupa dengan rekan sejawatnya, Ida menyatakan jika media sosial instagram
dimanfaatkan oleh TMC Group karena media sosial tersebut sedang mendunia dan popular semenjak satu tahun ini. Instagram juga merupakan media yang cocok untuk
memasarkan produk yang mereka gencarkan, karena dapat mengunggah foto-foto yang indah dan menarik hati calon peserta. Total jumlah followers dari
pariwisatasumutnet disebutkan Ida sebanyak 54.000 orang dan untuk akun travelingmedan sebanyak 7000 orang. Ida juga menambahkan jika dalam satu foto
unggahan TMC Group pada akun-akun instagramnya selalu mendapatkan respon berupa komentar dari followers namun Ida tidak mengetahui perihal ada atau tidak
yang meregram atau merepost foto yang diunggah oleh TMC Group. “Karena instagram itu emang lagi ngehits sih sekarang, semua orang
kayaknya punya semenjak setahun belakangan. Dan juga cocok sama jualan
Universitas Sumatera Utara
kami, yaitu produk kami kan pariwisata.. jadi nampilkan foto-foto yang indah.. yang menarik hari yang mau gabung.”
“kalau yang ngikut sekitar.. ntar ya aku check dulu.. 54.000 orang kak untuk Pariwisatasumut.net dan 7000 an untuk travelingmedan. Lumayan
banyak lah kak.” “Kalau satu foto itu dipastikan ada aja sih kak respon dari orang-orang
untuk satu foto. Gak bisa dipastikan juga berapa. Cuma kalo respon poto ya
ada ajalah pasti.” “Katanya sih ada kak.. hehe.. Cuma aku ga tau, aku juga ga ngecek sih.. aku
gatau kak. Soalnya yang megang akun kami semua juga bukan aku.” Great mengungkapkan, penggunaan instagram sebagai media publikasi TMC
Group untuk memasarkan produknya adalah karena menurutnya semua orang didunia ini rata-rata memiliki smartphone yang terdapat aplikasi instagram didalamnya.
Selain itu faktor dalam diri seseorang seperti rasa penasaran terhadap pariwisata diyakini cukup tinggi oleh Great, sehingga instagram merupakan media yang efektif
untuk membagikan atau menshare foto maupun video. “Mungkin semua orang didunia ini pada megang hp, rata-rata juga android
kan. Udah gitu rasa penasaran manusia terhadap pariwisata atau alam itu cukup tinggi kan. Jadi rasaku dalam pandangan instagram, untuk ngeshare
foto atau
video, itu cukup efektif disini. Karena semua orang bisa melihat.”
Selain instagram, media sosial yang digunakan TMC Group untuk memasarkan produknya adalah facebook. TMC Group telah menggunakan media
sosial ini sejak pertama kali berdiri, yaitu tahun 2012. Antonius menyatakan alasan TMC Group menggunakan facebook adalah karena memiliki pengikut dalam jumlah
yang banyak, walaupun respon dari pengikut akun tersebut lebih sedikit daripada akun instagram milik TMC Group.
“Ini sekarang kita punya followers di facebook sebanyak 1.700 orang, pariwisata sumut sekitar 1.500, Traveling Medan sekitar 2.800, wisata
sumatera utara sekitar 2.500. Di instagram, feedback dan respon kayak komen itu juga lebih banyak daripada facebook, dari sejak berdiri, dari tahun
berdiri
. Facebook minimal satu kali ngepost perhari.”
Universitas Sumatera Utara
Yowanda juga menambahkan jika TMC Group menggunakan media sosial facebook adalah karena TMC Group ingin hadir di setiap sosial media yang dimiliki
orang. Menurutnya, tidak semua orang mempunyai akun twitter, tapi hanya memiliki akun facebook, dan tidak semua orang juga yang memiliki akun instagram, namun
memiliki akun facebook. Selain itu, facebook juga media sosial dengan memiliki users dengan beragam umur didalamnya.
“Kalau facebook, ya ga semuanya pakai twitter, ga semuanya pakai instagram juga. Jadi kan kami harus menjangkau semua. Kalau facebook kan
lebih ke orang-orang tua, anak- anak juga. lebih luas jangkauan usianya.”
Ida mengungkapkan bahwa TMC Group akan memanfaatkan media-media sosial yang ada untuk menunjang pemasaran produknya. Respon dari followers juga
menjadi perhatian penting TMC Group yang disediakan facebook yaitu berupa komentar dan juga tombol like.
“Sebenarnya kami lebih dahulu punya facebook daripada instagram.. yaa, kenapa ya. Pokoknya selagi ada yang bisa media sosial dimanfaatkan, kami
manfaatkan. Di facebook kan juga selain kami bisa publikasikan, disana kan juga ada kolom komentar sama like, jadi langsung tau respon langsung dari
orang yang follow kami.”
Serupa dengan Ida, Great mengatakan bahwa TMC Group lebih dulu mempunyai akun facebook sebelum boomingnya media sosial instagram. Keunikan
lain yang diungkapkan Great adalah, bahwa dalam media sosial facebook satu orang dapat memiliki dua hingga tiga akun.
“Dulu sebelum hits instagram, kita pakai facebook. Karena facebook yang paling banyak penggunanya. Orang sampai punya 3 facebook, 2 facebook..
jadi kalau kita gunain fb, kemungkinan besar orang bisa liat dari semua medsos.
”
Selain media sosial instagram dan facebook, TMC Group juga mengandalkan twitter dalam mempublikasikan apapun mengenai TMC Group, memasarkan produk
dan berbagi pengetahuan umum. Bahkan sejak awal, twitterlah yang menjadi cikal
Universitas Sumatera Utara
bakal berdirinya komunitas penggiat wisata ini. Antonius mengungkapkan, penggunaan media sosial twitter ini dirasa mudah dan dengan media sosial berbasis
teks ini, TMC Group juga bisa menambahkan link websitenya diakhir tweet yang mereka share agar menunjang jumlah viewers situs tersebut.
Jumlah pengikut dari akun twitter pariwisatasumutnet adalah 14.000 orang, dan sekitar 6.000
– 7.000 orang yang mengikuti akun travelingmedan. Penggunaan twitter sejak satu tahun kebelakang ini dirasa turun oleh Antonius. Jika pada awal
berdirinya TMC Group twitter milik TMC Group ini dapat berkicau hingga 20 tweet namun berbeda dengan sekarang yang sudah tidak aktif.
“Twitter juga sebenernya adalah cikal bakal kita dulu awalnya, tahun 2012 itu kawula muda juga banyak gunain twitter. Jadi kenapa kita gunakan,
karena makenya juga gampang-gampang asik, karakternya cuma dikasih 160 jumlahnya, jadi kita harus pande-pande manfaatin itu. Makanya kita selalu
sertain link, jadi mereka bisa langsung kita arahkan ke website kita. Jadi pengunjung website juga lebih banyak viewers
nya.” “Pengikut twitter PariwisataSMUT.Net itu sekitar 14.000 orang,
travelingmedan sekitar 5.000-6.000 followers. Sekarang sudah mulai ga gencar. Tahun 2012 dulu kita malah harus minimal 20 kali ngetweet sehari.
Isinya info pariwisata, penegtahuan tentang pariwisata, sampe pengetahuan
umum.” Yowanda
menyebutkan keuntungan
dari komunitas
TMC Group
menggunakan twitter adalah karena media sosial tersebut mudah dalam penggunaannya, tidak perlu menggunakan kalimat yang panjang-panjang dan juga
dalam setiap tweet yang dishare, pada ujung kalimat dapat menambahkan link website TMC Group. Yowanda menambahkan, pada dasarnya memang TMC Group
harus memiliki semua akun media sosial. “Kita memang pertama kali awalnya menggunakan twitter sebagai media
informasi kita. kalau twitter itu kita pakai, karena twitter ini kita bisa lebih sering aktif, postingan pendek, simple, dan juga bisa menyambungkan link ke
website
kita. Intinya kita harus punya semua media sosial.” Serupa dengan pernyataan Yowanda mengenai penggunaan twitter oleh TMC
Group, Ida mengatakan bahwa twitter adalah media sosial yang simpel, dan dengan keterbatasan yang hanya memuat 140 karakter dalam satu kicauan, maka TMC Group
Universitas Sumatera Utara
akan menulis kalimat yang menarik serta mengakhiri kalimat yang tidak utuh diinformasikan itu ke dalam link websitenya, hal tersebut membuat pembaca menjadi
penasaran. “Twitter itu simpel, cuma beberapa kataa.. kalau ga salah 140 karakter ya?
Nah, kita bisa gunain kata-kata yang menarik yang bikin penasaran untuk langsung kita bikin link ke website kita. Semacam simbiosis mutualisme lah
hehehe.. yang baca twitter banyak, viewers website juga nambah.
” Great beranggapan bahwa TMC Group harus mengikuti perkembangan
zaman, yang artinya bila penggunaan facebook sedang tren, maka TMC Group juga harus mempunyai akunnya. Apabila tren berubah menjadi twitter, maka TMC Group
juga harus dapat memaksimalkan penggunaan media sosial tersebut, dengan tidak meninggalkan media sosial sebelumnya. Hal itupun berlaku pada instagram, sebagai
media sosial yang paling digemari sekarang ini. “Karena sebelum kita pakai ig itu, kita pakai twitter. Jadi ya TMC Group ini
harus mengikuti zaman. Jadi, misalnya zamannya pakai facebook, kita gunakan facebook, kalau zamannya instagram, kita juga pakai instagram.
Tapi bukan berarti kalau ada medsos baru, medsos lama dilupakan. Jadi
semuanya harus dijalankan.” Selain pemanfaatan akun-akun media sosial, TMC Group juga memiliki
website sendiri yaitu pariwisatasumutnet.com. Antonius mengungkapkan, kegunaan website ini adalah TMC Group ingin menciptakan citra sebagai komunitas yang
profesional, resmi dan menampilkan informasi yang lengkap dan detil. Jumlah viewers dari website tersebut sebanyak 7.000 lebih dalam satu hari, dan juga akan
mencapai 10.000 viewers ketika waktu musim liburan. “karena kita pengen lebih terlihat punya imej professional, jadi kesannya
lebih resmi, kemudian di sosial media kan sifatnya lini masa, makanya kita gunain website
biar langsung disitu lengkap dan detil.” “jumlah viewers sehari mencapai 7000 lebih, namun kalau udah high season
itu bisa nyampe 10.000 bahkan lebih. Kalau musim liburan. Di website itu ada datanya tersedia, informasi yang dibutuhkan, paling dicari key word nya
ini, itu semua terlihat.”
Universitas Sumatera Utara
Yowanda juga memiliki pendapat yang tidak jauh berbeda dengan Antonius, alasan menggunakan website TMC Group adalah untuk meyakinkan semua orang jika
komunitas dimana dia bergabung ini adalah komunitas resmi. Yowanda menambahkan, jumlah viewers dari website TMC Group adalah berjumlah 7.000
viewers dalam satu hari. “Alasannya, karena untuk meyakinkan semua orang kalau kita itu komunitas
serius, kita resmi dan bukan abal-abal. Kalau pakai blog gratis, bisa jadi kelihatan kurang meyakinkan. Nah, disini kita udah pakai website, udah disitu
kita tulislah tulisan, foto, dan segala macam. Jadi intinya yaa biar terlihat lebih resmi lah, kita menggunakan website
.” “ada sekitar 7000 viewers perhari kak..”
Ida menegaskan bahwa website berbayar yang dimiliki TMC Group begitu penting, sebagai identitas komunitas. Dia juga menyebutkan sumber informasi nomor
satu TMC Group adalah website karena menerangkan informasi mengenai objek wisata atau informasi apapun secara detail dan terperinci. Ida juga kurang mengetahui
jumlah viewers dari website tersebut, namun dia memperkirakan dalam sehari website tersebut dilihat lebih dari lima ribu orang.
“karena ini penting sekali. Sebagai.. identitas komunitas juga, malah ini jadi sumber informasi nomor satu kami. kami juga suka nerangin objek wisata,
atau apapun yang detail dan terperinci ya di website. Identitas TMC Group jugalah
.” “satu hari sih bisa nyampe ribuan kak, aku kurang tahu detailnya berapa.
Karena yang handle website itu memang Bang Anton. Cuma lima ribu perhari gak kemana sih.”
Great memiliki pemikiran yang serupa dengan rekan-rekannya. Website yang dibuat ini berguna sebagai penunjang kredibilitas komunitasnya, sehingga orang akan
beranggapan bahwa TMC Group adalah komunitas yang serius dan tidak sembarangan.
“kalau website itu sengaja kita beli domainnya, ya untuk nunjang kepercayaan orang sama komunitas ini, kalau komunitas ini bukan komunitas
Universitas Sumatera Utara
sembarangan. Komunitas ini komunitas yang serius. Websitepun aktif dan selalu share informasi-informasi walau bukan saya orang yang menulis di
website tersebut.”
Antonius menyebutkan, sasaran peserta TMC Group dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan adalah kawula muda. Dia beralasan karena
pengurus TMC Group sendiri juga masih muda dan akan lebih mudah juga menyesuaikan bila peserta yang mereka bawa juga berusia muda.
“yang kami sasar sebenarnya tujuan kami adalah kawula muda, karena TMC Group pengurusnya juga anak muda. Kita juga pernah beberpa kali bawa
tamu yang.. lebih tua dari kita, malah jadi ga asik, jadi susah nyesuainnya ke mereka. Dan juga tipikal perjalanannya kan beda, kalo yang usia tua maupun
muda. Jadi lebih ke kawula muda, jenis perjalannnya juga cocok ke kawula
muda.” Yowanda memiliki pandangan bahwa yang menjadi sasaran TMC Group
dalam memasarkan produknya pada dasarnya untuk semua kalangan usia, karena menurutnya wisata itu tidak mengenal batas usia. Namun, dia menambahkan jika
target peserta yang sebenarnya adalah pemuda atau pemudi berusia 17 tahun keatas, karena jika peserta yang lebih muda dari 17 tahun itu memiliki kecenderungan susah
diarahkan oleh pengurus inti TMC Group, terutama jika spot yang mereka kunjungi ekstrim dan membahayakan.
“semuanya sih, anak-anak, orang tua, mahasiswa. Karena untuk berwisata itu ga kenal umur. Cuma kami lebih menargetkan sasaran kami kepada
mahasiswa-mahasiswa yang waktunya masih panjang, dan juga karena trip- trip yang kami tawarkan kan memang anak muda kali, seperti naik gunung,
trip ke air terjun.. gitu. Pokoknya umur-umur 17 tahun keatas ya, karena kalau 17 tahun kebawah itu susah diatur, kalau berada di spot yang
membahayakan. Contohnya berenang di di ombak yang besar, payah larang- larangnya. Contoh ya. Kalau 17 tahun keatas gampang mengarahkannya,
dibilang sekali langsung nurut.” Ida mengatakan bahwa sasaran peserta TMC Group adalah semua orang,
karena liburan itu adalah kebutuhan rohani setiap orang. “sebenarnya kan pada intinya semua orang itu berhak untuk liburan.. apalagi
liburan itu kebutuhan kan, kebutuhan rohani. Jadi ya siapa saja yang mau berlibur sama kami ya ayok, selain liburan kan juga dapet edukasi juga. Jadi
Universitas Sumatera Utara
ya, umum gitu kak. Mau tua mau muda, asal jangan ketuaan dan anak balita kali hehehe..”
Great menuturkan jika sasaran peserta TMC Group adalah mahasiswa, pelajar, dan orang yang sudah bekerja. Dia juga menambahkan bahwa sebenarnya siapapun
dapat menjadi peserta TMC Group, asal memiliki kesanggupan dalam menjalankan travelingnya. Namun yang paling difokuskan menurutnya adalah mahasiwa, karena
mahasiswa memiliki jiwa petualang yang masih tinggi.” “Sasaran dari peserta yang pastinya ee.. mahasiswa, pelajar, orang yang
udah kerja.. sebenarnya kalau dibilang sasaran peserta, ya siapapun bisa sih, asal dia masih sanggup untuk traveling. Tapi kan yang paling kita fokuskan,
ya mahasiswa ini. Karena kan jiwa petualangnya masih tinggi. Kemungkinan
ya mahasiswa.” Antonius mengungkapkan, semua personil pengurus inti dari TMC Group
adalah orang yang terlibat dalam menaikkan jumlah peserta disetiap kegiatan TMC Group. Menurutnya, semua divisi di TMC Group harus dapat memasarkan produk.
Kepada pengurus yang membawa peserta dengan jumlah tertentu, berhak untuk gratis mengikuti trip. Hal ini dapat memacu pengurus TMC Group agar terus berusaha
dalam meningkatkan jumlah peserta. “Semua personel pengurus inti TMC Group. seperti yang tadi diungkapkan,
semua divisi ini harus mampu untuk memasarkan. Jadi kita pakai patokan, misalnya kalo ngetrip satu orang harus bawa peserta sejumlah sekian.. jadi
kalau kalian dapet lima, kalian free dalam trip, kalo ga dapet, ya kalian jadi ikut bayar. Kita bikin effort juga biar kita bisa terpacu untuk ningkatin jumlah
peserta, jan
gan ready to serve doang.” Yowanda menuturkan bahwa semua pengurus inti terlibat dalam hal
peningkatan jumlah peserta. Alasannya adalah karena mereka ingin memperkenalkan alam dan sebagai komunitas penggiat pariwisata, sudah seharusnya TMC Group
melakukan itu. “kita semua terlibat. Because we are team, hehe. Kalau misalnya untuk
memperkenalkan alam, itu udah misi kita. Memang sudah seharusnyalah kami melakukan itu, kami keseluruhan. Mengenai divisi itu memang ada,
Universitas Sumatera Utara
namun itu hanya mengurusi tugas intern, diluar dari situ kita semua punya tugas yang sama, mengeksplorasi, mengajak orang untuk melestarikan.”
Ida juga tidak menampik jika semua personil pengurus inti dari TMC Group memiliki tanggung jawab yang sama dalam hal penambahan kuantitas peserta. Hal ini
dimanfaatkannya sebagai ajang publikasi yang seluas-luasnya. Baginya, peserta yang ikut trip dengan mereka setidaknya akan menceritakan pengalaman ngetripnya
dengan TMC Group kepada teman maupun keluarga. “ya sebenernya sih semua personel pengurus inti itu terlibat untuk membawa
sebanyak-banyaknya peserta. Semakin banyak peserta yang tau dan pakai jasa kita, kan kita semakin dikenal. Peserta bisa cerita sama orang lain, sama
keluarganya. Kalau untuk urusan memasarkan ya terlepas dari divisi-divisi yang ditug
askan semua harus terlibat.” Great juga memiliki pernyataan yang sama, bahwa semua pengurus inti adalah
orang yang terlibat dalam menaikkan jumlah peserta. “semua personil pengurus inti harus bertanggungjawab, karena kita sama-
sama membangun komunitas kita untuk lebih baik lagi. Komunitas yang lebih baik lagi pasti menguntungkan komunitas itu sendiri, kan. Salah satunya
dengan cara mengajak banyak orang untuk ikut trip. Semakin banyak orang yang ikut, maka objek wisata di Sumatera Utara akan semakin famous, jika
objek wisata di Sumatera Utara semakin famous maka TMC Group, selaku penggiat pariwisata akan dipercaya banyak orang, dan dicintai banyak
orang.” Peserta yang loyal merupakan dambaan bagi setiap komunitas travelling.
Antonius mengatakan, dengan menjadikan calon peserta seperti keluarga dan bukan orang lain menjadi kunci jika ingin memiliki peserta yang loyal.
“caranya ya kita menjadikan peserta itu keluarga dan bukan orang lain.” Bersikap supel, asik, dan memperlakukan peserta seperti keluarga merupakan
cara Yowanda agar peserta menjadi loyal dalam mengikuti setiap kegiatan TMC Group.
“kalo cara ini, itu lebih ke personil pengurus inti sendiri sih. Gimana dari kitanya bersikap kepada peserta, bersikap supel, asik, dan memperlakukan
peserta juga bukan sebatas peserta bahkan, tapi juga seperti keluarga, seperti teman dekat. Bisa jadi kemungkinan kalo kayak gini orang ini bisa jadi ikut.
Universitas Sumatera Utara
“ih, enak ya ngetrip sama orang ini, udah kayak saudara, next trip ikut lagi lah sama orang ini”.”
Ida mengatakan, membuat peserta menjadi loyal dengan TMC Group adalah
dengan menciptakan kenyamanan dalam diri peserta terhadap pengurus inti TMC Group. Memperlakukan peserta seperti teman dan berbaur bersama, juga memberikan
informasi kegiatan dari TMC Group. “Kalau membuat orang loyal sih sebenarnya.. gimana nyiptain kenyamanan.
Gimana orang bisa nyaman sama kita, sama ngetrip kita. Jadi ya kita juga kalau di trip gitu, kita bilangin sama kawan-kawan peserta itu untuk jangan
sungkan sama kita. Kita perlakuin orang itu kayak kawan, ya ngumpul bareng, berbaur bareng, dan juga kasih informasi juga terus menerus sama
mereka kalau kita ngadain trip lagi.” Great mengungkapkan, dengan memberikan pelayanan terbaik, kenyamanan,
dan keamanan kepada peserta membuat peserta menjadi loyal dengan TMC Group. “Yang pasti kita ngasih pelayanan terbaik, kenyamanan, keamanan kepada
peserta, jadi peserta juga terkesan dengan trip dengan kita. Santai aja sih, anggep mereka temen juga, bukan karena kita yang handle trip trus kita
kayak ibu kost d
an mereka kayak anak kostnya. Haha umpama ya.” Komunikasi pemasaran memiliki beragam bentuk, salah satunya adalah
dengan personal selling atau penjualan perseorangan. Antonius tidak menggunakan strategi ini untuk memasarkan produk TMC Group kepada calon peserta, tetapi dia
terus mendorong anggota-anggota pengurus lain agar menggunakan strategi ini. Alasan dia tidak menggunakan strategi ini adalah karena dia adalah CEO yang
seharusnya mengontrol tugas anggotanya, dalam hal ini Antonius mau memberikan proses kepada pengurus lain untuk melancarkan strategi ini. Alasan lain
dikemukakannya adalah dia cenderung menggunakan strategi komunikasi pemasaran publisitas dalam menarik calon peserta.
“ini seperti mulut ke mulut, ya. Kalau kita sih sudah memantapkan tiap-tiap divisi, jadi setiap divisi itukan harus tahu gimana memasarkan produk. Mau
ga mau dan harus tau dan bisa. Kita tetep pakai metode dari mulut ke mulut dengan persuasif, cuma aku pribadi sih ngga menggunain itu ya, tapi aku
Universitas Sumatera Utara
mengajarkan ke anggotaku gimana sih trik nya, gitu. Aku selalu tekanin ke mereka untuk ngelakuin strategi ini.”
“disamping aku adalah CEO di komunitas ini yang tugasnya mengontrol, aku juga memberikan proses kepada pengurus lain untuk melakukan strategi ini.
Jika aku terus yang lain kan juga harus punya pengalaman disini. Dan juga sebenarnya aku juga ngurus publisitas sih, lebih ke media-
media gitu.” Yowanda menggunakan bentuk pemasaran personal selling untuk
memasarkan produk TMC Group. Menggunakan cara berbicara dari mulut ke mulut dengan kawan sepermainannya, tentu menggunakan pendekatan pribadi. Tidak hanya
berjumpa, strategi ini juga dia terapkan dimedia perantara seperti BBM dan Line. “ya dengan cara mulut ke mulut ke teman, kenapa ke teman, karena kita
ngomong juga nyambung. Ya pokoknya kalau personal selling ini ya pendekatan pribadilah. Ngajak-ngajak kawan sepermainan, nawarkan secara
pribadi. Kalau bisa di chat lewat line, lewat BBM aku chat. Gitu sih.” Ida mengatakan bahwa dia juga menggunakan strategi ini dalam memasarkan
produk yang ada di TMC Group. Dia mengungkapkan personal selling ini seperti pendekatan pribadi antara dirinya dan calon peserta. Hal yang biasa dia lakukan
adalah menunjukkan foto-foto objek wisata tersebut kepada calon peserta agar senantiasa tertarik.
“yaa kayak disampaikan awal kan kak. Aku pakai metode mulut ke mulut gitu. Yaa lebih ke pendekatan personal lah, ngajaknya pribadi-pribadi gitu. Kalau
jumpa ya paling kutunjukiinlah foto-foto objek wisatanya biar orang itu tertarik.. dan juga siapa tau mereka mau sampaikan ke kawan-kawannya biar
banyak yang ikutan.” Great melakukan komunikasi pemasaran dengan bentuk personal selling juga
digunakannya untuk menarik calon peserta. Caranya sama seperti rekannya yaitu Yowanda dan Ida melalui pendekatan langsung. Great melancarkan strategi ini
kepada teman dekatnya. Karena menurutnya, dia akan lebih paham untuk menghadapi teman ketimbang orang yang baru dikenalnya.
“personal selling ini yang pernah aku lakuin dengan cara pendekatan langsung dengan calon peserta dengan mulut ke mulut. Orang yang diajak
melalui teknik personal selling ini ya teman-temanku terdekat. Kenapa teman dekat.. karena kita lebih tahu menghadapi teman dekat daripada orang lain,
Universitas Sumatera Utara
apalagi orang yang baru kita kenal. Jadi kalau kita berhasil untuk mengajak temen kita, dia akan ngeshare juga ke temen dia yang lain untuk ikut gabung
trip kita.” Strategi komunikasi pemasaran lainnya yang dilakukan oleh TMC Group
kepada calon peserta adalah dengan melakukan periklanan langsung direct advertising. Antonius mengaku dia tidak menggunakan strategi ini sebagai langkah
untuk menarik calon peserta dikarenakan komunitas yang dia bangun sedang menekan angka pengeluaran. Sebaliknya, dia berharap ada orang atau perusahaan
yang mau beriklan di website TMC Group. Publikasi mengenai pemasangan iklan di website TMC Group telah dilakukan
Antonius dengan mengedarkan electronic flyer yang dipajang di website dan instagram TMC Group, dan juga menghubungi via telepon public relations dari hotel-
hotel yang dia kenal agar mau beriklan di websitenya. Pemasangan iklan di website TMC Group dapat menambah keuntungan finansial di komunitas tersebut.
“Sejauh ini belum pernah. Kita mau press budget, jadi selagi kita bisa ngembangin di media sosial kita, di website kita kenapa harus beriklan.
Intinya pendanaan. Malah kita berharap orang beriklan di website kita, di PariwisataSUMUT.Net.”
“Kita baru buka pemasangan iklan dibulan Agustus ini, kita sounding juga dan mulai pasarin di instagram untuk pemasangan iklan di website TMC
Group paling engga dua kali sebulan, juga hubungin via telepon langsung PR hotel yang kita kenal apakah berniat memasang ikan di website kita. Apa
salahnya dapat pemasukan juga dari sini. Kita lagi tahap penyusunan company profil, price list iklan, seperti itulah. PariwisataSUMUT.Net itukan
juga bisa dibilang di instagram itu ya, untuk akun sejenis tentang kepariwisataan di Sumut kayaknya lebih megang dari semua akun lain
khususnya di Medan. ya kenapa kita harus memanfaatkan iklan.”
Sependapat dengan Antonius, Yowanda mengakui bahwa TMC Group tidak pernah menggunakan strategi pemasaran dengan cara beriklan langsung, karena
membuat iklan di media memakan biaya yang besar. Yowanda menambahkan, TMC
Universitas Sumatera Utara
Group belum membutuhkan strategi ini karena masih dapat memanfaatkan media sosial dan website untuk publikasi.
“Kami ngga pernah ngelakuin ini. Kalaupun ke media cetak, ke radio itu kami selalu gratis.”
“ya karena memasukan iklan di media itu memakan uang yang besar. Mahal. Dan juga kita belum terlalu membutuhkan iklan, karena kita masih bisa
memanfaatkan media sosial dan website kita untuk publikasi. Kalau bisa
gratis, kenapa harus mengeluarkan dana lagi.” Sama halnya dengan jawaban yang dikemukakan Yowanda, Ida juga
mengungkapkan jika TMC Group tidak pernah beriklan sebagai strategi pemasarannya. Alasan tidak beriklan adalah terkait faktor keuangan. Memasang iklan
di suatu media massa memerlukan biaya yang sangat besar. Ida menambahkan jika pemasaran masih bisa dilakukan komunitasnya dengan menggunakan media sosial
dan website. “Ga pernah kak kalo ngiklan gitu, dimanapun.”
“pendanaan juga sih.. ngiklan itu besar juga kak, mau masukkan ke radio, ke koran.. besar kali uangnya. Sedangkan kami pakai media sosial sama website
aja masih bisa kok.” Great mengungkapkan jika dia belum pernah menggunakan strategi beriklan
langsung. Senada dengan yang diungkapkan rekan-rekannya, iklan menghabiskan biaya dan komunitas tempat dia bergabung tidak memiliki cukup banyak uang untuk
menggunakan strategi pemasaran tersebut. “ee.. kalo beriklan kami belum pernah. Karena selama aku gabung disini,
belum pernah sih. Karena mungkin belum perlu, karena menghabiskan banyak biaya juga kan. Sedangkan kita bisa dibilang, dana masih pas-pasan,
dan apa-apa juga masih pakai dana pribadi untuk operasional komunitas
ini.”
Strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan oleh komunitas TMC Group adalah sales promosions. Antonius mengungkapkan jika TMC Group melakukan
strategi ini dengan memberikan keringanan kontribusi atau bahkan gratis untuk
Universitas Sumatera Utara
mengikuti trip dengan syarat peserta harus membawa peserta lain sebanyak 20 orang. Hal tersebut menguntungkan pihak TMC Group karena beban untuk memasarkan trip
atau eksplor wisata tersebut berkurang, karena telah dibantu oleh peserta. Antonius mengungkapkan pula hambatan yang terjadi sebenarnya tidak ada
dalam penerapan strategi ini, hanya saja memang sangat sulit untuk menemukan orang yang memang memiliki niat untuk mendapatkan promo gratis ini.
“Kadang kita kasih juga penuruan harga atau bahkan gratis kepada peserta yang membawa banyak temannya. Kalau dia bawa 20 orang temannya, ya ga
ada salahnya kan kita kasih dia free.”
“Kita tanpa sengaja dibantu dari segi pemasarannya sama peserta. Beban kita untuk memasarkan agak berkurang. Itu sih.”
Yowanda juga mengungkapkan jika TMC Group memberikan bonus gratis mengikuti trip kepada peserta yang membawa orang untuk menjadi peserta juga
sebanyak 20 orang. Startegi ini dilancarkan karena dianggap menguntungkan TMC Group karena pengurus TMC Group dapat mengurus hal-hal teknis yang lain, karena
persoalan peserta sudah ditangani juga bersama orang yang mengejar promo tersebut. “Kalau sales promotions ini kami selalu memberikan bonus dikelipatan dua
puluh. Jadi kalau misalnya ada peserta yang bawa orang sampai 20 orang, ya tour dia grati
s.” “Untuk menguntungkan kita juga, otomatis TMC Group juga tidak ada
kendala pada peserta, karena sudah ada. Dan juga dapat menjadikan peserta yang memang punya niat tersebut jadi mitra kita kedepan, kalau ada kegiatan
lagi.” “Keuntungannya ya.. kita ga perlu capek ekstra dalam mempromosikan
kegiatan kita lagi, karena udah ada yang ngebantu kita untuk pemenuhan
kuota trip.” Ida mengungkapkan jika TMC Group memberikan potongan harga hingga
gratis kepada peserta yang berhasil membawa temannya sebanyak lebih dari sepuluh orang untuk bergabung dalam trip. Hal ini berdampak baik pada TMC Group karena
pengurus komunitas TMC Group merasa terbantu dengan peserta yang memiliki niat serius tersebut.
Universitas Sumatera Utara
“Kami biasanya suka ngasih diskon gitu kak, kalo yang bisa bawa kawannya sampai berapaa.. gitu.. dia juga free ikut. Sampai lebih dari sepuluh. Kalau
kurang dari sepuluh sih ngga.” “Ya kita jadi terbantu sama peserta yang memang serius nyari pesertanya.
Sejauh ini walaupun pernah sekali peserta yang bawa dua belas orang t
emennya, ya kita kasih reward.” Great juga mengungkapkan jika memang TMC Group memberikan potongan
harga dan gratis kepada peserta yang membawa teman dalam jumlah yang banyak dalam kegiatan TMC Group. Tidak ada syarat dan ketentuan yang ditetapkan untuk
mendapatkan potongan harga, semua tergantung kondisi di lapangan saja, karena target quota peserta dalam trip dapat berbeda-beda.
Keuntungan yang diperoleh oleh TMC Group adalah strategi seperti ini dapat mempermulus kinerja dari pengurus TMC Group. TMC Group juga berharap dengan
adanya orang yang bersedia mengikuti promo ini, kedepannya akan menjadi mitra dalam setiap kegiatan TMC Group.
“kalau.. kalau.. pemberian gratis kepada orang yang membawa teman yang banyak untuk trip itu berlaku, tergantung kesepakatan bersama, berapa-
berapanya.. tergantung dilapanganlah.. kalau ngga gratis ya potongan harga. Berapa jumlahnya sebenarnya kondisional dilapangan aja. Ga bisa ditentuin
sekarang. Karena target ngetrip quotanya juga beda-beda, tergantung kita
kemana.” “itu sebenernya mempermulus kinerja kita. Karena kalau kita buat seperti itu,
mereka kan ada satu sisi keuntungan, lain waktu kita bisa jadi partner kedepannya. Untuk trip selanjutnya. Karena kita juga berharap gak sekali aja
kita ngelakuin kerja sama dengan peserta kita. Dengan adanya seperti ini kan
bisa jadi daya tarik buat mereka, untuk ngehubungin kita.” Publisitas merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang juga digunakan
oleh TMC Group. Antonius mengungkapkan, publisitas yang dilakukan TMC Group adalah dengan mengikuti talk show di radio La Fame, radio RRI Pro 1, diliput oleh
Harian Tribun Medan, dan Majalah Gatra. TMC Group juga memberikan tulisannya kepada media online seperti cumamedan.com, taukotembung.com, fokusmedan.com.
Universitas Sumatera Utara
“Iyaa.. seperti ke radio. Radio RRI Pro 1, La Fame Radio sama Koran. La Fame disana kita dialog interaktif seputar pariwisata di Sumut juga. Mereka
yang meminta kita untuk siaran di radio mereka. Mereka tau dari instagram,
katanya.” “Dan ada juga majalah Gatra, tahun 2013. Mereka ngewawancara, mereka
mewawancarai kami TMC Group sebagai komunitas traveling lokal. Yang ditanya seputar pariwisataSUMUT.Net, yang diliput saya.”
“Tribun medan juga pernah meliput tentang kegiatan kita, seperti kegiatan Social Tourism Care membawa kawan-kawan di panti asuhan ke Kawasan
Wisata Mangrove, dan juga kegiatan ngopdar yang dibuat oleh TMC Group yang dihadirin oleh komunitas-komunitas yang ada di medan, jadi mereka
meminta kita untuk diwawancarai oleh mereka agar dimuat di koran dan koran online
nya.” “Selain itu media partner kita adalah media online, seperti taukotembung,
cumamedan, fokusmedan.” Yowanda mengatakan kegiatan publisitas yang dilakukan oleh TMC Group
adalah diliput oleh koran, siaran di radio, membuat artikel tentang TMC Group di majalah dinding kampus, dan mengunggah video di youtube. Yowanda
mengungkapkan, viewers di youtube mencapat ratusan orang dan untuk menyebarluaskan siaran youtube tersebut, TMC Group menyebarkan linknya juga di
facebook milik TMC Group. Menggunakan media cetak seperti koran sangat bermanfaat bagi TMC Group
karena TMC Group dapat memasarkan dan mempublikasikan kegiatan komunitasnya, terlebih kepada orang-orang yang tidak mempunyai media sosial. Koran adalah media
yang mudah didapatkan, contohnya di setiap kantor. Yowanda menambahkan bahwa orang menggunakan koran dengan berbagai macam kebutuhan, sehingga hampir
dibaca setiap kalangan. Publisitas di radio dilakukan TMC Group di radio dengan mengisi program
talk show bertemakan objek wisata di RRI Pro 1. Begitu juga dengan majalah dinding, Yowanda mengaku pernah membuat artikel tentang TMC Group pada
majalah dinding kampusnya.
Universitas Sumatera Utara
“Itu tadi.. di koran kita pernah, di radio, di youtube juga kita juga punya beberapa video dokumenter, angka viewersnya ratusan, dan juga youtube kita
ini juga kita share ke facebook.” “Kalau koran, ya karena biasanya orang yang bekerja di kantor, akan sangat
mudah menjumpai koran dikantornya setiap hari, dan ditambah lagi jika dia ga menggunakan media sosial. Dan juga orang butuh koran juga ada yang
misalnya karena butuh pekerjaan dan nyari pekerjaan, ya sekalian lihat
artikel tentang kami. Surat kabar ini hampir dibaca semua kalangan.” “Kalau RRI Pro 1 itu kita ngisi talk show, mereka ngewawancarain kami
tantang objek wisata di Sumatera Utara. Yang pergi kesana saya, Bang Antonius, Ida, siapa lagi yaa.. oh, Fadlan. Dan juga ada programnya waktu
siaran itu menanyakan kepada pemirsa dirumah, apakah ada pertanyaan yang mau disampaikan. Banyak juga yang menelepon pada saat dialog
interaktif tersebut untuk bertanya seputar pariwisata kepada kami, anak muda lah. Disini keuntungan dari kami untuk tahu adanya respon pedengar RRI
Pro 1 yang mendengarkan dialog interaktif kami.” “Kalau saya pribadi kan saya anak pariwisata, wakil himpunan mahasiswa
jurusanlah, jadi sebagai pengurus, kami wajib kontribusi di mading kampus, ya saya isi kadang yang berhubungan dengan kampus, saya isi dan nempelin
juga kadang kegiatan TMC Group .”
Terdapat respon dari masyarakat ketika TMC Group selesai melakukan siaran di radio. Respon tersebut diungkapkan masyarakat dengan cara menelepon pihak
TMC Group untuk menanyakan informasi kegiatan trip. “ada yang menelepon kami, ya walaupun ga banyak. Jadi setelah kami siaran
itu memang ada yang menghubungi kami, nanya-nanya soal open trip, begitu.”
Ida mengungkapkan, publisitas yang dilakukan TMC Group adalah memanfaatkan media cetak, radio, youtube, media sosial, dan juga website.
“kita pakai media cetak, radio dan youtube juga. Dan juga sosial media website
.” “Kalo koran, kami pernah diliput Tribun Medan sewaktu kami ngadain
baksos Social Tourism Care di Sinabung. Itu mereka memang mau ngeliput kegiatan kami, ya bang Antonius lah diwawancarainya seputar kegiatan itu.”
“Kalau radio, kita pernah jadi tamu di RRI Pro 1, disitu kita kayak ngisi bincang-bincang seputar pariwisata. Ada tanya jawab juga sama pemirsa
Universitas Sumatera Utara
dirumah. Ya gitulah, kak..ada juga yang nelepon ternyata waktu kami siaran, untuk nanya seputar pariwisata.”
“Youtube kita punya 20an video, isinya ga Cuma jalan-jalan kita, tapi informasi menarik seputar adat istiadat. Tontonlah kak.. hehe..”
“Media sosial kami terus gencar promosi. Di instagram, di facebook, di twiter.. dan di website kami sendiri. Disinilah sebenarnya kami. Website ini
udah kayak identitas.. kami kalau mendetail ya di website
lah..” Great mengatakan, publisitas yang dilakukan TMC Group adalah dengan
siaran di La Fame Radio untuk membahas seputar dunia kepariwisataan. “Kalau di radio pernah di La Fame Radio, aku pernah ikut ke La Fame Radio
itu, disana bahas tempat-tempat wisata yang favorit.. ee.. yang ga terlalu ekstrim.. untuk family lah. Kami diundang sama pihak radionya. Pihak
radionya bilang kalau postingan kita di instagram bagus. Kalau ga salah kami siaran hari Sabtu, yang berangkat aku, bang Anton, Bang Yowanda. Di
La Fame itu dua kali, Cuma kali kedua saya ngga ikut. Nah, dipertemuan
selanjutnya itu talkshow membahas Pulau Nias.” Strategi komunikasi pemasaran selanjutnya adalah sponsorship marketing.
Antonius mengatakan, bahwa TMC Group tidak pernah menggunakan strategi tersebut karena dia merasa tidak relevan dengan usaha yang kini digelutinya di
komunitas TMC Group. “Ngga pernah. Karena juga kita butuh sebenarnya orang yang memberi
sponsor kepada kita, hahaha. Ya, kita belum sampai mencapai tahap pemasaran itu, dan saya rasakan juga tidak relevan. Kami anak muda yang
lagi gencar buat usaha, tapi jadi sponsor orang.” Yowanda juga mengutarakan hal yang sama dengan Antonius, bahwa TMC
Group tidak pernah menjadi sponsor bagi kegiatan orang, sebagai strategi komunikasi pemasarannya. Yowanda mengatakan TMC Group belum perlu untuk melakukan itu,
publikasi nama juga dapat dilakukan TMC Group dengan menggunakan strategi lain. “Kalau sponsor gak pernah. Kami merasa tidak perlu untuk menjadi
sponsorship untuk acara dan kegiatan orang. Cara marketing lain kan masih banyak. Kalau sponsorship itu kan memerlukan feedback yang harus kita
kasih ke mereka sebagai pihak sponsor. Misalnya nih, TMC Group jadi sponsor acara orang kakak.. mungkin keuntungan yang kami dapet itu nama
kami naik karena jadi sponsor, apalagi kalau orang kakak juga main di
Universitas Sumatera Utara
media. Tapi kalau yang orang kakak butuhkan sama kami kan, pasti dana, nah disitu kami merasa belum perlu. Toh kami juga kalau mempromosikan ke
media, kami juga bisa dapatkan tidak dengan cara lain.”
Ida mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berpikir menggunakan strategi sponsorship marketing dalam pemasaran. Dia mengungkapkan alasan mengapa tidak
menggunakan strategi ini adalah karena faktor keuangan. Ida berpendapat, TMC Group dapat memaksimalkan strategi lain selagi masih bisa.
“Sejauh ini belum pernah.. dan ga kepikiran kak.. buat apa kami juga. Walaupun memang hal seperti ini menunjang publikasi.”
“Lagi-lagi di pendanaan kak. Justru malahan kamipun kak yang butuh sponsor hahaha.. selagi masih bisa memaksimalkan yang ada, itulah yang
kami pakai kak.. hehe.” Great juga mengungkapkan hal yang serupa dengan ketiga rekannya. Dia
menambahkan, strategi ini belum penting untuk dilakukan TMC Group, dan selagi ada strategi lain yang menguntungkan, maka hal tersebut penting untuk
dimaksimalkan TMC Group. “Setauku ga pernah sih. Karena gini, ya.. selagi ada yang lain yang
menguntungkan, ya yang ini belum penting kali untuk dilakukan. Sponsor ini kan artinya kita memberikan dana, sedangkan kita harus memanajemen
keuangan kita, gitu.
” Strategi komunikasi pemasaran selanjutnya adalah point of purchase
communication. Antonius mengatakan bahwa TMC Group hanya sekali menggunakan strategi ini, yaitu dengan mencetak dan menempel flyer di kampus
USU. Selanjutnya yang dilakukan adalah membuat e-flyer yang berisikan publikasi tentang open trip TMC Group. TMC Group sudah tidak pernah mencetak flyer karena
ingin menghemat anggaran. “Dulu sekitar tahun 2013 pernah kita cetak dan nempel flyer sekali, kita buat
di USU, atas inisiatif wakil ketua. Flyer online kita buat di media sosial paling. Isinya juga tentang publikasi open trip kita. Tapi sekarang udah ga
pernah, salah satunya juga kita mau hemat pendanaan.”
Universitas Sumatera Utara
Yowanda mengaku menggunakan strategi ini dengan menggunakan spanduk kegiatan, namun bukan ditempel atau dipajang pada tempat umum di kota, namun
memajangnya di tempat wisata tersebut dan meninggalkannya disana sebagai penanda bahwa TMC Group pernah berkunjung kesana. Contoh objek wisata yang
pernah ditinggalkan spanduk oleh TMC Group adalah Kawasan Wisata Mangrove, Serdang Bedagai. Alasan TMC Group tidak memajang spanduk di kawasan ramai
sebagai strategi pemasaran karena hal tersebut kurang tepat menyentuh sasaran calon peserta. Sasaran peserta pada kegiatan TMC Group menurutnya adalah mahasiswa
yang lebih efektif jika pemasarannya melalui media sosial. “Biasanya kalo ada acara atau event kami pajang di lokasi objek wisata yang
kami kunjungin. Misalnya kan, di Serdang Bedagai, kami ngadain kegiatan penanaman mangrove, terus spanduk kita pasang, dan kita tinggal disana,
sebagai kenang-kenangan bahwa kita pernah kesana. Istilahnya macak.
“Kami ngga pernah pajang spanduk di jalan raya, ditempat umum di kota Medan, karena menurut saya TMC Group lebih kena jika menggunakan
media sosial. Umbul-umbul, pajang spanduk besar itu, udah macam partai. Hahaha.. kembali lagi juga kepada sasaran kami, sasaran kami adalah usia-
usia mahasiswa dan kami rasa memang ga efektif untuk memajang spanduk atau apapun di tengah-tenga
h orang banyak di kota.” Ida mengungkapkan bahwa dia maupun pengurus TMC Group tidak pernah
melakukan strategi point of purchase communication. Serupa dengan pernyataan Yowanda, TMC Group pernah memasang spanduk lalu meninggalkannya di kawasan
Mangrove, sebagai kenang-kenangan dan harapannya TMC Group diingat orang yang berada disana.
“Terus terang, kami sih ga pernah majang-majang poster, umbul-umbul, baliho ditempat umum.. palingan kalau spanduk gitu kami buat pernah ke
Mangrove, terus kami tinggal disana, untuk kenang-kenangan, trus biar orang ingat terus TMC Group pernah datang kesana. Biar ga asing nama
kami sama orang sana.” Great menyebutkan, jika TMC Group membuat spanduk, maka spanduk
tersebut akan dibawa ke tempat trip saja. Baginya, sukar untuk mencari tempat untuk
Universitas Sumatera Utara
menempelkan spanduk. Jika sembarangan memajang, hanya akan menjadi tidak berguna karena tidak sesuai dengan sasaran.
“kalau spanduk, paling dibawa ke trip aja.. kalau dipajang di tempat umum, itu belum pernah.. sebenarnya kalau memajang juga tapi ga pada tempatnya
ya susah. Mencari tempat yang ga pas untuk menempelkan, itu bakal jadi
sampah, karena ga sesuai sasaran.”
4.1.3.2 Faktor Pendukung, Faktor Penghambat, dan Upaya Mengatasi Hambatan dalam Melaksanakan Strategi
Yowanda mengatakan, faktor pendukung strategi personal selling adalah Yowanda akan lebih memahami apa yang diinginkan oleh calon pesertanya sehingga
dia akan lebih paham bagaimana cara memperlakukan calon pesertanya. Intensitas pedekatan pribadi tersebut akan membuat calon pesertanya nyaman untuk
mensharingkan segala sesuatu padanya. “Faktor pendukung strategi seperti ini sebenarnya adalah keleluasaan kita
ngelihat lawan bicara kita. Pendekatan pribadi ini ngebuat kita tau seperti apa keinginan dari calon peserta kita. Pendekatan pribadi juga ngebuat
orang akan nyaman sama kita dan membuat kita seperti teman curhatnya. Yaa.. kalau faktor pendukung itu seperti kita lebih memahami customer kita.”
Namun, ada pula faktor penghambat dari strategi ini menurut Yowanda. Dia harus menyisihkan waktunya selama beberapa jam untuk memprospek calon
pesertanya agar mau ikut dengan kegiatan TMC Group. Selanjutnya, keletihan akan didapat jika dia menerangkan kepada orang yang memang sukar untuk mengerti, dan
dia perlu untuk mengulangi sampai orang tersebut benar-benar mengerti. “Penghambat dari strategi ini sebenarnya kita harus punya waktu,
menyisihkan waktu satu jam, dua jam untuk meluangkan waktu sama orang itu untuk prospek. Kita harus jelasin secara detai, kalau orang itu agak
kurang ngerti, ya kita pahamin lagi.. gitu.. kadang capek.
” Setiap
hambatan juga
memiliki upayanya
masing-masing dalam
mengatasinya. Yowanda mengungkapkan jika dia menemukan hambatan itu, dia harus kembali menanamkan dalam dirinya jika ini memang tugasnya, dan dia juga
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan calon peserta. Persoalan kendala waktu juga dia atasi dengan mengatur manajemen waktunya dengan baik.
“Ya upayanya sih kita harus sadar bahwa kita itu memang membutuhkan mereka, aku juga pribadi harus ngatur manajemen waktuku, kapan mau
berju mpa sama dia. Gitu sih.”
Faktor pendukung dari personal selling menurut Ida, bahwa strategi ini merupakan strategi yang murah dan hanya bermodalkan bicara, walaupun berbicara
dengan membujuk juga bukan persoalan yang mudah. Selain itu kelebihan menggunakan strategi ini adalah kita tahu secara langsung bagaimana tanggapan dari
calon peserta melalui gerak gerik tubuhnya, dan juga dapat langsung mengetahui apakah calon peserta tersebut tertarik atau tidak dengan apa yang kita sampaikan.
Selanjutnya Ida mengungkapkan faktor penghambat dari strategi ini yaitu berasal dari dalam dirinya. Kendala akan sangat besar jika dia sedang dalam kondisi
hati yang labil. Hal itu berpengaruh pada kelancaran dia dalam berbicara. Ida menambahkan, ketika mood yang tidak stabil itu datang, maka dia akan mengalami
kesulitan untuk berbicara dengan nyaman dengan orang dan juga untuk mempromosikan produk TMC Group.
“Strategi kayak gini murah kak. Hahaha tinggal modal ngomong doang, ya walaupun harus butuh usaha membujuk juga ya kak. Trus kita juga bisa
nyamapikan langsung, ga ada batas, tau gerak geriknya gak suka, gak tertarik.. trus liat juga dia bosan gak ngedengar kita.. trus kita juga bisa
tanya sama yang kita ajak kenapa ga mau dan disitu mereka ungkapin .”
“Hmm.. apa ya kak.. kalau penghambatnya yaaa.. ada dalam diri sendiri sih kak. Kalau akunya gak mood untuk cakap, gak enak suasana hati promosiin
yaudahlah. Ditambah kalo orangtu yang emang ga tertarik. Intinya sih.. hehe pande-
pande.” Upaya yang dilakukan Ida untuk mengatasi kendalanya yaitu dengan
menenangkan diri dahulu. Ida enggan untuk berbicara dengan orang dikala bad mood sedang menerpanya, karena menurutnya, hal memaksakan tersebut dapat
memperparah keadaannya dengan calon peserta.
Universitas Sumatera Utara
“terus terang kalau aku dalam kondisi badmood memang aku ga mau untuk ngobrol sama orang. Aku tenangin dulu diri aku. Aku gamau gara-gara aku
lagi ada masalah sama orang, terus hal jadi runyam. Calon pesertapun
nengok aku jadi gimana. Jadi bagus aku tenangin diri aku dulu gitu, kak.” Great beranggapan, dengan menggunakan strategi ini, strategi ini memiliki
keunggulan yaitu meminimalisir kesalahpahaman, lebih mudah dan praktis tanpa perlu mengetik lagi. keunggulan lain yang diungkapkan Great adalah dia dapat
melihat respon calon peserta secara langsung melalui mimic muka dan intonasi suaranya.
“Strategi seperti ini sebenarnya meminimalisir kesalahpahaman, lebih mudah, tinggal bicara tanpa harus mengetik-ngetik lagi. Dan juga kita bisa
melihat respon calon peserta seperti apa dari mimik mukanya, intonasinya. Jadi cakapnya jelas, intonasinya orang yang kita ajak cakap kita juga tau.”
Kendala yang dihadapi Great ketika melakukan strategi ini adalah ketidakpastian dan ketidakjelasan calon peserta untuk jadi mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan TMC Group. Dan upayanya sejauh ini yang Great temukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah terus mem-follow up kembali calon pesertanya
melalui media sosial seperti BBM, Line, dan lain-lain. “Hambatannya sejauh ini sih kita rata-rata semua yang kuajak dengan cara
ini selalu ga bisa memfixkan ikut atau tidak pada hari itu juga. Cuma itu ajasih.”
“yaa caranya dengan kita follow up kembali calon peserta dengan media sosial, chatting lagi, gitulah kak.”
Antonius mengungkapkan hambatan yang terjadi pada strategi sales promotions dalam memasarkan produk sebenarnya tidak ada dalam penerapan
strategi ini, hanya saja memang sangat sulit untuk menemukan orang yang memang memiliki niat untuk mendapatkan promo gratis ini.
“hmm.. apa ya. Kayaknya kalau hambatan ngga ada deh, cuma emang susah nemuin orang yang mau juga ikut masarin ini demi dapet free ikut ngetrip.
Hehe .”
Universitas Sumatera Utara
Yowanda mengatakan sejauh ini tidak ada kendala atau hambatan TMC Group dalam menjalankan strategi komunikasi pemasaran personal selling.
“sejauh ini.. hmm.. ga ada sih hambatan kalau pakai metode ini.” Ida mengungkapkan, faktor penghambat juga kerap terjadi pada strategi sales
promotions jika peserta yang memang berniat untuk mencari peserta lain ternyata hingga sehari atau dua hari dari hari pelaksanaannya baru melapor bahwa dia tidak
berhasil membawa sesuai dengan quota yang dia janjikan. Upaya pun ditemukan dari pelajaran yang datang tersebut, yaitu dengan terus berkoordinasi setiap hari minimal
satu kali dengan peserta tersebut. “Faktor penghambat sih sejauh ini kalo yang kek gini paling.. hmm.. kan
orang ini ngejanjikan kalau mau bawa orang banyak nih.. nah ternyata sampe mendekati hari H, minus-minus sehari dua hari gitu, dia baru bilang
kalo dia ga bisa bawa banyak.. sedangkan kami merasa udah terjanjikan.. jadi yaaa.. hmm.. gitulah kak, ga bisa juga asal percaya.”
“Kita juga jangan nunggu-nungu aja. Istilahnyakan jemput bola.. gitu. Ini kan emang pekerjaan kita, nyari-nyari peserta, ya jangan juga harapin orang
lain.” Sama yang paling penting sih, koordinasi tiap hari, kalo bisapun dua kali sehari biar terus kita pantau kondisinya.
Great mengatakan, untuk strategi sales promotions tidak ada kendala yang berarti dalam menjalankan strategi ini.
“Kendalanya sih.. ga ada.. karena kesepakatan yang kita buat itukan, kalau ngga tercukupi itu.. misalnya targetnya 20, yang dia bawa 18.. ya itu mungkin
karena kan, waktu itu ga bisa kita pastikan.” Antonius mengungkapkan, faktor pendukung dari kegiatan publisitas ini
adalah media yang TMC Group manfaatkan seperti radio, memiliki pendengar setia. Begitu juga dengan media cetak, dan online, memiliki pembaca setia masing-masing.
Sehingga dapat membuat TMC Group dapat dikenal luas masyarakat. Antonius berharap TMC Group dan media massa dapat menjalin kerja sama yang
menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
“Yang pastinya media yang telah meliput kita, telah mengundang kita ke studio siaran tersebut memiliki penggemar setianya, memiliki pembaca setia
dimasyarakat, yang sebelumnya belum pernah dengar TMC Group. Jadi nama TMC Group semakin dikenal luas di masyarakat. Selain itu juga,
dengan udah pernah terlibat di peliputan dan juga diundang siaran, otomatis aku berharap media bisa jadi partner yang menguntungkan buat TMC Group
kedepan.” Strategi publicity memiliki hambatkan sebagaimana dituturkan oleh Antonius.
Menurutnya, penghambat strategi ini adalah sulit menemukan media yang mau untuk bekerja sama mempublikasikan kegiatan TMC Group secara gratis.
“Aku rasa penghambat penggunaan strategi ini mungkin agak susah juga ya cari media yang bener-bener mau ngeliput kita dengan gratisan. Ya namanya
semuanya ngejar keuntungan. Jadi lebih baik mereka ngiklan daripada buat berita cuma-
cuma. Menurutku yah.” Faktor pendukung kegiatan publisitas dari TMC Group adalah pengurus TMC
Group merasa strategi ini adalah strategi yang mudah, karena mereka melakukannya dengan senang hati. Kegiatan publisitas ini membuat pertemanan Yowanda menjadi
luas dengan awak media. “Strategi ini penuh tantangan, kita menjadi kenal orang-orang baru, yaitu
kawan-kawan media. Strategi ini mudah, karena kami melakukannya dengan senang hati. Yaa mungkin karena pashion kali ya, hehe.”
Faktor pendukung dari strategi ini adalah kegiatan ini murah atau dengan kata lain tidak bebayar dan media yang digunakan adalah media yang dikenal luas oleh
masyarakat. “Ya itu tadi, strategi kek gini kan gak berbayar.. jadi pemanfaataannya
memang kita lakuin semaksimal mungkin. Pakai media media terkenal pula.” Faktor penghambat dari strategi ini diungkapkan oleh Ida adalah TMC Group
tidak mengetahui respon dari masyarakat secara langsung. Demikian juga upaya yang dilakukan oleh TMC Group untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan
mencantumkan kontak TMC Group pada setiap artikel yang dimuat di media cetak, dan dipengujung siaran radio, dia menyebutkan contact person TMC Group, hal itu
dilakukan juga pada media youtube.
Universitas Sumatera Utara
“Ngga ada sih kak.. hampir semua baik. cuma yaa, kalau respon cepat itu memang dari mulut ke mulut. Tau kita orang sor apa engga nengok trip kita.”
“Ngadepinnya sih kak dengan cara kita tetep lampirkan dong contact person kita, manatau memang ada pendengar atau pembaca setia koran itu mau
bertanya sama kita. Biar ga kesusahan. Di youtube juga kita tampilin cp kita di spot-
spot tertentu yang bisa langsung ditangkap di mata yang nengok.” Keuntungan yang didapatkan oleh TMC Group siaran di La Fame Radio
menurut Great adalah, TMC Group dapat menjangkau orang tua dan wanita, yang merupakan sasaran pendengar radio tersebut.
“Keuntungan di radio ini.. bisa dibilang menjangkau orang tua, orang tua yang easy going, trus juga wanita. Karena itu sasaran radio La Fame.”
Great mengaku, tidak ada hambatan yang terjadi dalam melakukan kegiatan publisitas ini.
“Kalau di radio ini, ngga ada sih, karena ya kita menjelaskan apa yang kita bisa jelaskan, itu s
aja sih.”
4.1.3.3 Langkah TMC Group dalam Mengembangkan Pariwisata di Sumatera Utara
Menurut Joyosuharto dalam Subagyo, 2012:153 pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi, yaitu: 1 menggalakkan ekonomi; 2 memelihara kepribadian
bangsa dan kelestarian fungsi dan lingkungan hidup; 3 memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa. TMC Group selaku komunitas traveling juga berupaya dalam
menunjung tiga fungsi ini. Pada poin pertama, yaitu menggalakkan ekonomi, TMC Group telah melakukan upaya dalam hal tersebut. Antonius mengatakan, upaya yang
mereka lakukan untuk menggalakkan ekonomi di daerah tujuan wisata adalah memberdayakan masyarakat lokal dalam membantu segala hal yang mereka perlukan
di daerah tersebut, seperti konsumsi, transportasi, dan tour guide. Jika hal ini dilakukan terus menerus, maka masyarakat DTW akan siap dan terampil menghadapi
wisatawan yang datang ke daerah mereka. “Yang pertama adalah pemberdayaan masyarakat lokal. Artinya, tidak serta
merta kita secara penuh mengelola perjalanan itu. Jadi kita manfaatkan juga masyarakat dalam konsumsi, seperti masak, kita minta jasa warga lokal, juga
Universitas Sumatera Utara
penyediaan transportasi ditempat itu. Kita ajak jadi guide juga, kita usahakan mereka ditempat itu. Secara ga langsung mereka belajar juga, jadi kalau
kedepannya ada wisatawan yang datang mereka udah siap, udah lebih terampil menghadapi turis yang datang.”
Yowanda juga mengutarakan hal yang sama dengan yang telah dikatakan oleh Antonius. Baginya, untuk beberapa trip perjalanan, TMC Group bekerja sama dengan
penduduk DTW untuk keperluan teknis seperti memasak. Yowanda mengatakan bahwa alasan dari kerja sama tersebut adalah demi terciptanya kemakmuran dari
masyarakat di sekitar DTW dari segi finansial. TMC Group ingin masyarakat juga mempedulikan daerahnya sendiri sebagai DTW dengan cara mengelolanya juga.
“Untuk beberapa trip perjalanan kita, kita masih tetap memakai masyarakat bekerjasama dengan kita, misalnya, kita ngetrip ke suatu destinasi wisata, ya
ga semuanya urusan itu kita gitu yang ngurusin. Kita tetep meminta jasa masyarakat setempat untuk masak, tetep kita pakai jasa masyarakat agar ga
cuma destinasinya aja yang terkenal, tapi juga.. ee.. kemakmuran masyarakat disekitar itu juga dapat meningkat dari segi ekonomi. Kita upayakan untuk
masyarakat setempat. Biar ga cuma kami, atau agen travel lain, yang
mengelola tempat wisata, tapi juga masyarakat harus mengelola juga.” Ida berpendapat, dengan mendatangi daerah tujuan wisata tersebut, sudah
merupakan langkah untuk menggalakan perekonomian masyarakat DTW tersebut, ditambah dengan penggunaan jasa transportasi yang dikelola masyarakat setempat,
seperti perahu untuk menyebrang ke pulau, menggunakan jasa konsumsi yang disediakan, membeli cindera mata hasil kerajinan masyarakat setempat, dan menyewa
akomodasi yang tersedia. “Usaha kami untuk menggalakkan ekonomi masyarakat.. sebenarnya sih,
dengan kami mengunjungi aja, terus kami juga pakai jasa transportasi mereka, contohnya kalau mau nyebrang pulau.. itu menurutku udah
menambah pemasukan mereka. Nah, disana kami juga kerjasama sama penduduk setempat untuk menyediakan makanan untuk kami, untuk konsumsi
kami. selain itu juga kalau mereka punya cinderamata, kami juga kalau ga mahal-mahal banget dan butuh, ataupun lucu, kami pasti beli. Selain itu.. apa
ya.. oh iya, penginapan. Penginapan yang mereka sewa sama kami juga kan nambah pemasukan juga sama mereka. Itu sih kak, kalau kontribusi kami ke
daerah tujuan wisata.
”
Universitas Sumatera Utara
Great mengatakan, upaya yang dilakukan TMC Group untuk menggalakan ekonomi di DTW adalah membeli oleh-oleh yang dijual di objek wisata tersebut.
Begitu pula dengan kebutuhan lainnya, seperti makan. Baginya, hal tersebut dapat membantu masyarakat untuk membangun finansialnya.
“Gini.. menggalakan ekonomi itu berarti sama dengan memberi untung masyarakat setempat. Kalo kita bicara tentang ekonomi, itu ga terlepas dari
keuangan masing-masing. Jadi kalau kita pergi ke suatu daerah, misalnya ke Tomok, pastikan peserta dan anggota TMC Group pada bawa uang kan, ya
disana beli oleh-oleh. Membeli oleh-oleh kan sama dengan menguntungkan warga lokal disana, kan. Jadi kalau ada kebutuhan kita yang ga bisa kita
penuhi dari rumah, misalnya makan. Ya, kita beli makanan yang warga setempat jual. Itukan juga termasuk membangun perekonomian masyarakat
disana, kan.” Fungsi lainnya dalam pengembangan pariwisata adalah memelihara
kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan lingkungan hidup. Terdapat upaya dari komunitas TMC Group, seperti yang dikemukakan oleh Antonius. Dia mengatakan,
sebelum menjalankan kegiatan ngetrip, yang selalu ditekankan oleh TMC Group kepada peserta adalah berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, TMC
Group juga menekankan untuk bertanggungjawab terhadap pariwisata dan lingkungan sosial, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan di DTW tersebut.
Menjaga kebersihan juga merupakan upaya dari TMC Group untuk pengembangan pariwisata pada poin ini.
“Sebelum ngetrip itu kita selalu tekankan pertama-tama adalah berdoa. Kita tekankan bahwa ada semacam responsibility atau tanggungjawab terhadap
pariwisata, baik itu sosial. Artinya bertanggungjawab itu seperti ini, kita harus bisa menyesuaikan diri, artinya jika kita masuk ke lingkungan ini, kita
jangan terlalu keras nunjukin iniloh, budaya kita. Kita harus bisa beradaptasi dan menyatu sama mereka. Yang k
edua adalah menjaga kebersihan di DTW.” Yowanda mengatakan, upaya TMC Group dalam memelihara kepribadian
bangsa dan kelestarian fungsi dan lingkungan hidup adalah dengan melakukan audiensi dengan masyarakat di DTW yang memiliki kebiasaan yang kurang baik,
yang akan berdampak buruk pada lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
“Kalo untuk masyarakat, misalnya nih, mereka sudah mulai memakai destinasi wisata ini sudah disalahgunakan sama mereka. Misalnya, mereka
melakukan MCK mandi cuci kakus di destinasi wisata, seperti danau. Selain untuk MCK juga untuk mencuci. Jadi secara ngga langsung merusak
kelestarian alam. Upaya kami juga ngelakuin audiensi dan sosialisasi dengan masyarakat yang melakukan itu, kami himbau mereka untuk tidak melakukan
itu, Karena hal tersebut bakal merusak ekosistem yang ada, dan juga mengurangi keindahan tempat wisata juga. Kita sebagai manusia dan alam itu
harus hidup berdampingan, kita akan mendapatkan dampak atas kerusakan
mereka.” “Dan juga selain permasalahan MCK juga, kita pernah melakukan sosialisasi
ke masyarakat yang tinggal disekitar pantai, agar tidak mengambil terumbu karang. Pantai berhala. Memang sudah ada undang-undang mengenai hal
itu, tapi kan pada realitanya juga masih ada yang belum memahami hukum.
Jadi ya kita lebih ngasih tahu lagi.” Ida mengatakan, upaya TMC Group pada poin ini dalam pengembangan
pariwisata adalah dengan melakukan sosialisasi dengan masyarakat setempat yang berjualan di objek wisata. TMC Group pernah melakukan sosialisasi pada pedagang
di objek wisata Tinggi Raja. Ida mengungkapkan bahwa sangat riskan bila pedangan tersebut berdagang dekat dengan kapur yang panas. Hal lain yang mereka lakukan
adalah dengan menghimbau para pedagang untuk menyediakan tempat sampah masing-masing untuk menjaga kebersihan di lingkungan objek wisata. Ida
menambahkan jika TMC Group selalu memiliki kebiasaan untuk membersihkan objek wisata seperti ketika mendaki gunung, dan lain-lain.
“Sejauh ini kalau untuk kelestarian lingkungan hidup ya kami tetep sosialisasi sama warga yang ada, misalnya, tentang berjualan di area Tinggi
Raja. Kami himbau mereka untuk menjaga jarak mereka dengan kawasan wisata agar kalau jualan jangan terlalu dekat, karena kalau terlalu dekat bisa
kurang baik juga untuk kesehatan mereka, karena disitu kan kapur, panas, nah kalau jualan didekat gitu kan ga baik. dan juga kami nyaranin untuk
pedagang-pedagang kalau bisa juga nyediakan tempat sampah, jadi kalau ada yang beli jajanan mereka juga gak sembarangan buang sampahnya. Itu
salah satu contohnya.. contoh yang lain, kayak kalau naik gunung, atau objek wisata, kami memang biasain untuk bersih-bersih tempat tersebut. Kalau
ngga kami, siapa lagi dong? Dan juga biar nginspirasi semua orang.” Great mengatakan, upaya TMC Group untuk mengembangkan pariwisata
dalam hal menjaga kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan lingkungan hidup
Universitas Sumatera Utara
adalah dengan menjadi mitra yang baik bagi masyarakat setempat untuk sharing seputar bagaimana menjaga kelestarian lingkungan, membuat daerah tersebut
diminati wisatawan, membuat wisatawan nyaman dengan keadaan di DTW. Great mengungkapkan hal tersebut pernah dilakukannya bersama TMC Group di salah satu
desa di Sibolangit. “Jadi kan, dengan daerah tujuan wisata pasti kita punya kontak dengan
orang disana, jadi biasanya kita kalau sudah di daerah objek wisata itu, kita biasanya ngadakan semacam sharing, gitu sama warga sekitar. Bagaimana
menjaga lingkungan disana, agar bisa menarik wisatawan disana nyaman dan gak kecewa dengan objek wisata disana. Kami pernah ngelakuin ini di
salah satu desa di Sibolangit. Ga perlu ngumpul-ngumpulin warga, karena biasanya warga lokal disana mendekatkan diri dulu sama kita yang
berkunjung kesana.” Upaya TMC Group dalam poin pengembangan pariwisata selanjutnya adalah
memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa. Hal ini ditanamkan TMC Group bukan hanya kepada anggota dan pengurus intinya saja, namun juga kepada seluruh peserta
yang mengikuti trip dengan mereka. Antonius menuturkan upaya TMC Group pada poin ini yaitu dengan membuat kegiatan-kegiatan sosial yang sebenarnya merupakan
wujud rasa cinta TMC Group kepada Sumatera Utara, dan juga mengajak peserta untuk merasakan kondisi yang kurang menyenangkan dan juga mengajak peserta trip
untuk peduli dengan masyarakat sekitar. “kami mewujudkan fungsi pembangunan pariwisata pada poin ini dengan
membuat kegiatan-kegiatan sosial seperti Social Tourism Care, kegiatan tahunan ini juga sebenarnya wujud rasa cinta TMC Group kepada Sumatera
Utara yang pastinya juga mengajak peserta-peserta yang ikut ngerasain dan mengajak mereka peduli sama masyarakat sekitar. Peserta yang ikut kegiatan
kami akan terjun langsung contohnya dalam pembagian buku, contoh lain menemani anak-anak di pengungsian.. jadi secara ga langsung mereka jadi
ngerasain apa yang kondisi terkini di negerinya.” Yowanda berpendapat upaya yang dilakukan TMC Group adalah dengan
memberitahu dan mengajak orang-orang untuk mengeksplorasi wisata bersama-sama. Langkah tersebut diyakininya agar orang merasakan pesona yang dimiliki Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
“yaa.. cara memupuk kecintaan peserta terhadap Indonesia itu begini.. misalnya begini.. ternyata di Indonesia itu wisata maritimnya indah. Disitu
kita punya pulau-pulau yang eksotis, inilah Indonesia, yang banyak pesonanya. Maka berbanggalah kita lahir di Tanah Indonesia. Yang mereka
tahu kan selama ini antara lain kayak Thailand, ada Pantai Phuket, ada pantai ini, pantai ini. Padahal di Indonesia itu ada tempat yang lebih indah
lagi. Ya usaha kita adalah dengan memberitahu mereka, mengajak mereka untuk mengeksplorasi tempat-tempat wisata itu. Karena itu langkah yang
mudah yang kami lakukan sesuai dengan kami
sebagai penggiat pariwisata.” Serupa dengan pendapat yang diutarakan oleh Antonius, Ida mengatakan
upaya TMC Group dalam memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa kepada peserta adalah dengan mengadakan kegiatan sosial seperti Social Tourism Care. Ida
menambahkan peserta yang mengikuti kegiatan tersebut akan memiliki empati yang tinggi dan terciptanya rasa saling memiliki dan menghargai.
“Kami punya kegiatan yang namanya Social Tourism Care. Kegiatan itu kan kegiatan amal, kegiatan peduli sosial kesejumlah daerah di Sumut. Contoh
yang pernah kita lakuin itu kayak bakti sosial peduli masyarakat Sinabung. Umumnya kita ajak temen-temen yang semula ga mau ikut, untuk ikut. Disana
kan, kegiatannya bantu-bantu masak, bagi-bagiin barang yang kami donasikan, terus juga menghibur pengungsi, juga ngajak main anak-anak
korban.. dengan sendirinya batin mereka ngerasain hal yang dirasain teman setanah airnya loh.. mereka jadi lebih empati dan rasa saling memiliki dan
me
nghargainya tinggi.”
4.2 Pembahasan