2.2 Kemampuan Fungsi Tubuh
2.2.1 Pengertian Kemampuan Fungsi Tubuh Menurut Perry dan Potter 2005 kemampuan fungsi tubuh sebagai
kapasitas fungsi tubuh dan penurunannya dapat dilihat dari kapasitas residual dengan defisit fungsi residual. Defisit fungsi residual adalah perbedaan fungsi
original dan fungsi residual. Fungsi residual stroke terjadi pada fungsi motorik, fungsi sensorik, fungsi
kognitif. Sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan medulla spinalis akan mengalami kerusakan bila suplai darah yang membawa oksigen dan nutrisi
terhenti Black Hawks, 2009. Stroke sebagai salah satu penyakit gangguan peredaran darah ke otak yang
menimbulkan kecacatan pada penderitanya. Kecacatan yang ditimbulkan akibat stroke dapat berupa hemiparesis bilateral, demensia, dan parkinson Santoso,
2003. Studi cross sectional yang dilakukan Haqhqoo, Pazuki, Hosseini, dan Rassafiani 2013 menemukan sekitar 65,5 penderita stroke ketergantungan dan
membutuhkan bantuan orang lain, sekitar 72,5 penderita stroke yang ketergantungan, ditemukan berada pada keadaan depresi sedang dan depresi berat
Haqhqoo, et al.
Keadaan pasien pasca stroke dalam perjalanannya sangat beragam. Setelah menjalani perawatan dirumah sakit, kemungkinan yang dialami oleh
pasien stroke meninggal dunia, sembuh tanpa cacat dan sembuh dengan kecacatan , 2013. Ketergantungan dan kelemahan dianggap oleh penderita
stroke sebagai beban bagi keluarga ataupun orang lain Thomas Lincoln, 2008. 2.2.3 Kemampuan fungsi tubuh pada pasca stroke
Universitas Sumatera Utara
Lewis et al, 2011. Kematian akibat stroke ditemukan pada 10 - 30 pasien yang dirawat dan 70 - 90 penderita yang hidup pasca stroke Pinzon Asanti, 2010.
Pasien pasca stroke pada awalnya digambarkan dengan adanya gangguan kesadaran, tidak sadar, bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi dan disorientasi.
Gangguan kesadaran dapat muncul dalam bentuk perasaan ingin tidur, sulit mengingat, penglihatan kabur, menurunnya kekuatan otot dan koordinasi, sulit
membaca, kesulitan menyusun kata-kata, kesulitan mengintrol buang air besar dan kecil, kesulitan menelan dan bernapas, kaki menjadi kaku, terkulai dan hilang
koordinasi gerakan Black Hawks, 2009 2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan fungsi tubuh
a. Motorik Traktus kortikospinal merupakan elemen utama dari sistem piramidal dan
merupakan satu satunya hubungan langsung antara korteks dan medulla spinalis. Fungsi dari taktus kortikospinalis yaitu untuk mengatur tonus otot dan memelihara
menegakkan postur. Fungsi ini dipengaruhi juga oleh formasio retikularis, nucleus vestibularis, dan beberapa otak tengah. Dua struktur otak lain yang penting untuk
fungsi motor yaitu serebelum dan ganglia basalis. Aktifitas serebelum dan ganglia basalis ini memperhalus gerakan otot. Ganglia basalis mendapatkan input dari
korteks motorik kemudian memberikan output ke korteks. Supaya dapat terjadi gerakan, pusat motor membutuhkan informasi yang konstan dari reseptor otot,
sekitar sendi dan pada kulit, mengenai apakah gerakan sesuai dengan perencanaan Black Hawks, 2009
Universitas Sumatera Utara
b. Fungsi luhur Proses kognitif atau proses mental luhur adalah proses berfikir bersama-
sama dengan mekanisme persepsi, belajar, mengingat, memberikan informasi, membuat keputusan dan membentuk fungsi psikologis secara kolektif. Kerusakan
hemisfer kiri akan menimbulkan gangguan kemampuan berbahasa, membaca, menulis, menghitung, memori verbal dan gerakan motorik terampil. Penurunan
kognitif berkaitan erat dengan penurunan penampilan aktivitas hidup daripada defisit motorik. Gangguan fungsi kognitif merupakan gangguan fungsi luhur otak
berupa gangguan orientasi, perhatian, konsentrasi, daya ingat dan bahasa serta fungsi intelektual yang diperlihatkan dengan adanya gangguan dalam berhitung,
bahasa, daya ingat dan pemecahan masalah. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia lanjut. Stroke
menyebabkan gangguan neurologis berdasarkan berat ringannya gangguan pembuluh darah Muttaqin, 2008
c. Keseimbangan Pasien dengan stroke akan mengalami banyak gangguan-gangguan yang
bersifat fungsi tubuh. Gangguan keseimbangan berdiri pada pasien stroke berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengatur perpindahan berat badan
dan kemampuan gerak otot yang menurun sehingga kesetimbangan tubuh menurun. Pasien dengan stroke berulang memiliki masalah dengan kontrol
postural, sehingga menghambat gerakan mereka. Pada pasien stroke, mereka berusaha membentuk gerakan kompensasi untuk gangguan kontrol postur
mereka, kompensasi ini tidak selalu menjadi hasil yang optimal. Pasien dengan
Universitas Sumatera Utara
gangguan keseimbangan yang moderat hingga berat menggunakan banyak gerakan tambahan sebagai kompensasi dari defisit motoriknya, sedangkan untuk
pasien dengan gangguan keseimbangan yang ringan, mereka memiliki kemampuan melakukan gerakan yang hampir sama dengan pola gerak normal
Black Hawks, 2009 d. Kesadaran
Penurunan kesadaran pada pasien stroke apabila yang diserang batang otak, akan mengalami gangguan pada fungsi kesadaran, pernafasan dan aliran darah ke
otak menurun. Apabila yang mengalami gangguan pada fungsi kesadarannya maka akan terjadi penurunan tingkat kesadaran, hal tersebut dapat
mengakibatkan apatis sampai dengan koma Lewis et al, 2011. e. Fungsi Penglihatan
Gangguan lapangan pandang pada stroke terjadi bila lesi terdapat pada nervus optikus dan lintasan visualnya, kortek visual, traktus optikus.
Manifestasinya bisa kebutaan satu mata, hemianopia bitemporal, hemianopia binasal, hemianopia homonym dextrasinistra. Gangguan ini bisa terjadi pada
stroke iskemik maupun stroke hemoragik akibat gangguan vascular otak anterior maupun posterior Lewis et al, 2011.
f. Saraf otak Pada batang otak dimana terdapat dua belas saraf kranial bila mengalami
gangguan akan terjadi menurun kemampuan membau, mengecap, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu,
lidah lemah Lumbantobing, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Pengukuran Kemampuan Fungsi tubuh National Instutes of Health Stroke Scale NIHSS mengukur tanda
neurologis yang dilakukan dengan pemeriksaan. Skala ini terdiri dari penilaian kesadaran, respon terhadap pertanyaan, mengikuti perintah, gerakan
mata konyugat horizontal, pemeriksaan lapangan pandang, unilateral negleg, paresis wajah, motorik lengan dan kaki, ataksia anggota badan, sensorik,
bahasa, dysatria dan Lewis et al, 2009. Hasil penelitian Berger et al 1999 penggunaan NIHSS dapat digunakan untuk melihat kondisi pasien stroke
dari fase akut hingga rehabilitasi dengan reliabilitas kappa NIHSS 0,80.
2.3 Dukungan Keluarga