Kemampuan Fungsi Tubuh pada Pasien Pasca Stroke di Poli Stroke RSUD Dr.Pirngadi Medan

BAB 5 PEMBAHASAN

Pembahasan dalam penelitian menguraikan tentang kemampuan fungsi tubuh pada pasien pasca stroke, dukungan keluarga pada pasien pasca stroke, depresi pada pasien pasca stroke, hubungan kemampuan fungsi tubuh dengan depresi pada pasien pasca stroke, hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada pasien pasca stroke serta keterbatasan penelitian di Poli Stroke RSUD Dr. Pirngadi Medan.

5.1 Kemampuan Fungsi Tubuh pada Pasien Pasca Stroke di Poli Stroke RSUD Dr.Pirngadi Medan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Poli Stroke RSUD Dr. Pirngadi Medan. Responden penelitian ini memiliki mayoritas 84,4 kemampuan fungsi tubuh yang buruk dan hanya kurang dari sepertiga 15,6 memiliki kemampuan fungsi tubuh baik. Karakteristik responden bila dilihat dari umur penelitian menunjukkan bahwa usia responden rata-rata 62,5 SD = 6,9 berada pada kelompok lansia umur 61-70 tahun. Kemampuan fungsi tubuh pada kelompok lanjut usia lansia berkaitan dengan proses degeneratif yaitu adanya perubahan fisiologis yang dapat mempengaruhi penurunan fungsi organ kardiovaskular diantaranya penurunan elastisitas pembuluh darah dan disfungsi endotel. Elastisitas pembuluh darah mengalami penurunan pada usia lanjut menyebabkan peningkatan resistansi perifer sehingga meningkatkan elevasi tekanan darah Universitas Sumatera Utara sistolik Nilsson, 2005. Kejadian stroke yang meningkat pada kelompok lansia selaras dengan beberapa hasil penelitian lainnya. Penelitian Prasetya 2002 menemukan proporsi kejadian stroke yang terjadi pada kelompok umur di atas 50 tahun mencapai 66,3. Hasil studi kohort yang dilakukan selama periode Maret 2007 sampai dengan Agustus 2008 menemukan sebagian besar penderita stroke berumur 50-75 tahun 60,5 Wu et al., 2010. Hal ini mendukung hasil penelitian ini yaitu penderita stroke banyak terjadi pada umur 60-70 tahun. Kemampuan fungsi tubuh akibat stroke akan menyebabkan gangguan pada fungsi motorik, emosi, komunikasi, persepsi, fungsi intelektual. Defisit motorik ini mengakibatkan kerusakan mobilitas, menelan dan berbicara. Penderita stroke cenderung mengalami kesulitan menggerakan tangan dan kaki, sehingga membutuhkan bantuan orang lain Lewis et al, 2011. Penelitian yang dilakukan Mandic dan Rancic 2011 bahwa 77 reponden mengalami kelemahan pada bagian tubuh sebelah kiri dan 7 mengalami kelemahan tubuh sebelah kanan. Gejala ini muncul akibat daerah otak tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala yang muncul bervariasi, tergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala yang muncul diakibatkan karena adanya gangguan pada pembuluh darah karotis yaitu pada cabangnya yang menuju otak bagian tengah arteri serebri media, pasien akan mengalami gangguan rasa di lengan dan tungkai sesisi dan dapat terjadi gangguan gerakkelumpuhan dari tingkat ringan sampai kelumpuhan Universitas Sumatera Utara total pada lengan dan tungkai sesisi hemiparesihemiplegi. Gangguan pada cabang arteri serebri anterior dapat menyebabkan kelumpuhan satu tungkai. Gangguan pada pembuluh darah vertebrobasilaris akan timbul gejala kedua kaki lemahhipotoni, tak dapat berdiri parapresis inferior Black Hawks, 2009. Pemulihan fungsi sel saraf ini akan sejalan dengan pulihnya kemampuan fungsi tubuh. Pemulihan fungsi tubuh masih dapat terus terjadi sampai batas-batas tertentu, terutama 3-6 bulan pasca stroke. Rehabilitasi yang dapat dioptimalkan untuk membantu pemulihan fungsi tubuh pada satu sampai tiga bulan pasca serangan stroke yaitu terapi gerak sendi Wirawan, 2009. Pemulihan atas kemampuan motorik dapat dimonitor melalui program rehabilitasi Mandic Rancic, 2011. Kemampuan fungsi tubuh dari saraf otak lain dengan rata-rata 7,4 SD = 2,1 merupakan komponen fungsi tubuh yang dominan serta kemampuan fungsi tubuh motorik dengan rata-rata 1,2 SD = 0,7 merupakan komponen kurang dominan dalam kemampuan fungsi tubuh. Komponen saraf otak lain termasuk didalamnya pengecapan, penciuman, cara bicara, disfonia, kesulitan menelan. Menurut Lumbantobing 2012 dua pertiga lidah bagian depan dapat menyebabkan kehilangan pengecapan akibat kerusakan nervus fasialis dan untuk menelan akibat kerusakan pada nervus glosofaringeus. Universitas Sumatera Utara

5.2 Dukungan Keluarga pada Pasien Pasca Stroke di Poli Stroke RSUD Dr.Pirngadi Medan