commit to user 60
hipotesis, tetapi abstraksi disusun sebagai kekhususan yang telah terkumpul lewat berbagai proses validitas data. Model analisis ini terutama diterapkan dalam siklus
analisis.
3.2. Strategi Pendekatan
3.2.1. Interaksionisme Simbolik Interaksionisme simbolik adalah salah satu model penelitian budaya yang
berusaha mengungkap realitas perilaku manusia. Falsafah dasar interaksionisme simbolik adalah fenomenologi. Namun, dibanding penelitian naturalistik dan
etnografi yang juga memanfaatkan fenomenologi, interaksionisme simbolik memiliki paradigma penelitian tersendiri. Model penelitian ini pun mulai bergeser dari
awalnya, jika semula lebih mendasarkan pada interaksi kultural antar personal, sekarang telah berhubungan dengan aspek masyarakat dan atau kelompok. Karena itu
awalnya lebih banyak dimanfaatkan oleh penelitian sosial, namun dalam perkembangan selanjutnya dipakai dalam penelitian budaya.
Perspektif interaksionisme simbolik berusaha memahami budaya lewat perilaku manusia yang terpantul dalam komunikasi. Interaksionisme simbolik lebih
menekankan pada makna interaksi budaya sebuah komunitas. Makna esensial akan tercermin melalui komunikasi budaya antar komunitas. Pada saat berkomunikasi jelas
banyak menampilkan simbol yang bermakna, karenanya tugas peneliti menemukan makna tersebut.
commit to user 61
Interaksionisme simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia
simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes. 1993 dalam West-Turner, 2008: 96.
Interaksionisme simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia Mind mengenai diri Self, dan hubungannya di
tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat Society di mana individu tersebut
menetap Douglas. 1970 dalam Ardianto, 2007: 136, Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan
membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksionisme simbolik, antara
lain: 1 Pikiran Mind adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan
pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain, 2 Diri Self adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau
pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri them-self dan dunia
luarnya, dan 3 Masyarakat Society adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat,
dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan
commit to user 62
sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya Herbert Mead. 1934 dalam West-Turner, 2008: 96.
3.2.2. Tema Interaksionisme Simbolik Tiga tema konsep Mead yang mendasari interaksionisme simbolik antara lain:
1 Pentingnya makna bagi perilaku manusia, 2 Pentingnya konsep mengenai diri,
3 Hubungan antara individu dengan masyarakat.
1. Makna bagi perilaku manusia Tema pertama pada interaksionisme simbolik berfokus pada pentingnya
membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksionisme simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu
tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara
bersama. Hal ini sesuai dengan tiga asumsi Herbert Blumer. 1969 dalam West- Turner, 2008: 99, sebagai berikut:
x Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka,
x Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, x Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
commit to user 63
2. Konsep mengenai diri 7HPDNHGXDSDGDLQWHUDNVLVLPEROLNEHUIRNXVSDGDSHQWLQJQ\D´.RQVHSGLUL´
DWDX ´6HOI-RQFHSW´ LPDQD SDGD WHPD LQWHUDNVLonisme simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan
pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes. 1993 dalam West-Turner, 2008: 101, antara
lain: x Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang
lain, x Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara
kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma- norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-
lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses
sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah: x Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial,
x Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
commit to user 64
Menurut pandangan model interaksionisme simbolik ini, perilaku komunitas akan berusaha menegakkan aturan-aturan, hukum, dan norma yang berlaku bagi
komunitas sendiri. Jadi bukan sebaliknya, interaksi antar komunitas dibingkai oleh aturan-aturan mati, melainkan melalui interaksionisme simbolik akan muncul aturan-
aturan yang disepakati secara kolektif. Makna budaya akan tergantung proses interaksi pelaku. Makna biasanya muncul dalam satuan interaksi yang kompleks, dan
terkadang juga dalam interaksi kecil antar individu. Dengan demikian, model interaksionisme simbolik akan menganalisis
berbagai hal tentang simbol yang terdapat dalam interaksi pelaku. Mungkin sekali pelaku budaya menggunakan simbol-simbol yang unik atau spesial yang hanya dapat
dipahami ketika mereka saling berinteraksi.
commit to user 65
BAB IV .30178.³1:20081,7´
4.1. Djarum Black