Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA

pada saat krisis ekonomi menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dampaknya secara umum meningkatkan konversi lahan sawah dan makin meningkatkan penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal. Penelitian Syafa’at dkk 2001 pada sentra produksi padi utama di Jawa dan Luar Jawa, menunjukan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor ekonomi yang menentukan penurunan luas lahan sawah ke pertanian dan non pertanian adalah : 1 nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; 2 respon petani terhadap dinamika pasar,lingkungan, dan daya saing usahatani meningkat. Menurut Nainggolan 2008, faktor penting yang sangat mempengaruhi petani untuk melakukan konversi lahan adalah dikarenakan oleh fator stabilitas harga gabah yang masih relatif rendah dan belum memberikan pengaruh yang besar bagi peningkatan kesejahteraan petani itu sendiri. Selain itu perbedaan tingkat upah di sektor pertanian dan industri, jumlah pemilikan asset lahan serta luas pemilikan lahan sawah yang semakin kecil cenderung menjadi faktor pendorong proses konversi lahan sawah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan komposisi pemanfaatan lahan yang dapat mengancam keberadaan lahan pertanian yang subur. Peningkatan jumlah penduduk akan mempersempit lahan untuk usaha pertanian. Selain hal tersebut di atas, hal yang menyebabkan terjadinya konversi lahan adalah permintaan atas produk perkebunan seperti sawit, karet dan kopi yang terus meningkat dan harganya semakin komersial. Lahan pertanian pangan cenderung menurun,lahan perkebunan terus bertambah. Adapun yang menyebabkan penurunan lahan pangan ialah karena defisitnya neraca pertambahan luas dan konversi lahan pertanian pangan. Ketersediaan pangan yang berkelanjutan sustainable dibutuhkan untuk stabilisasi harga pangan. Ketidakstabilan harga pangan dapat mengurangi minat investasi pada sektor pangan.pada tingkat usahatani, ketidakstabilan harga tidak merangsang petani untuk menggunakan teknologi baru, meningkatkan keterampilan skill dan pengetahuan knowledge. Pada tingkat hilir, ketidakstabilan menyebabkan rendahnya investasi di bidang pemasaran dan processing. Selain itu sektor industri pangan berkepentingan atas stabilitas harga pangan karena terkait dengan upah tenaga kerja. Harga yang stabil memudahkan perencanaan usaha dan merencanakan tingkat keuntungan. Dampak penurunan luas lahan sawah dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya yaitu manfaat dan penggunaan lahan sawah yang diperuntukan untuk memproduksi padi. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimplikasi besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikannya dana untuk mencetak sawah, membangun waduk dan sistem irigasi Irawan dan Friyanto, 2002. Upaya pencegahan penurunan luas lahan sawah sulit dilakukan, karena lahan sawah merupakan private good yang legal untuk ditransaksikan. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan hanya bersifat pengendaliaan. Pengendaliaan yang dilakukan sebaiknya bertitik tolak dari faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan luas lahan sawah, yaitu faktor ekonomi, sosial, dan perangkat hukum. Secara ekonomi, penurunan luas lahan sawah yang dilakukan petani baik melalui transaksi penjualan ke pihak lain ataupun mengganti pada usaha non padi merupakan keputusaan yang rasional. Sebab dengan keputusan tersebut petani berekspektasi pendapatan totalnya, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan meningkat. Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhi penurunan luas lahan, yaitu : perubahan perilaku, hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan, pengambilan keputusan, dan apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat. Dua faktor terakhir berhubungan dengan sistem pemerintahan. Dengan asumsi pemerintah sebagai pengayom dan abdi masyarakat, seharusnya dapat bertindak sebagai pengendali terjadinya penurunan luas lahan sawah. Namun hal tersebut hendaknya didukung oleh keakuratan pemetaan dan pendataan penggunaan lahan yang dilengkapi dengan teknologi yang memadai. Artinya, jika tersedia data yang akurat pada tahun tertentu maka penyimpangan data pada tahun-tahun sebelumnya dapat dikoreksi dengan faktor koreksi tertentu Suwarno, 1996.

2.2. Landasan Teori

Mekanisasi perubahan pengguaan lahan melibatkan kekuatan-kekuatan pasar, sistem administratif yang dikembangkan pemerintah, dan kepentingan politik. Pemerintah di sebagian besar Negara di dunia pada kenyataannya memegang peran kunci dalam alokasi lahan misalnya hutan, daerah lahan tambang, dan sebagainya Prayudho,2009. Produksi adalah jumlah hasil. Dalam usahatani guna memperoleh hasil produksi, petani melakukan usaha pengkombinasian faktor-faktor yang dimiliki, seperti luas tanah, modal seperti pupuk, obat-obatan, bibit, dan lain-lain, tenaga kerja, keahliaan. Produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi seperti luas tanah untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan produktivitas ditentukan oleh banyak faktor, seperti kesuburan tanah, varietas bibit yang ditanam, penggunaan pupuk yang memadai, baik jenis maupun dosis, tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok tanam yang tepat, penggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai, dan tersedianya tenaga kerja Ace Partadiredja,1980. Menurut Warton. Jr dan Cliffton 1969, dalam kondisi nyata luas dan kesuburan tanah yang dimiliki petani adalah berbeda-beda, demikian pula keadaan lingkungan kehidupan social ekonomi mereka. Dengan perbedaan yang ada, maka usahatani dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut: a. Usahatani yang bersifat subsisten, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Produksi subsisten subsistence production dengan tingkat komersial yang rendah dan produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. 2. Tingkat kehidupan subsisten subsistence living , yakni yang berhubungan dengan kemampuan memenuhi tingkat kebutuhan hidup yang minimum. b. Usahatani yang bersifat seperti sebuah perusahaan farm bussines dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pengalokasian biaya disesuaikan dengan kegiatan usaha yang dilakukan. 2. Pencapain tingkat efisiensi teknis penggunaan tenaga kerja dan modal agar diperoleh kuantitas produksi yang optimum dan pencapaian tingkat efisiensi ekonomis, yakni laba yang maksimum. Walaupun ada perbedaan seperti yasng diuarikan di atas, dibalik itu ada pula kesamaan di antara petani ini, yakni mereka memandang pertanian sebagai suatu sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil-hasil produksi pertanian Mosher, A. T, 1969. Menurut Bangun 2007, faktor produktivitas menjelaskan hubungan faktor- faktor produktivitas dengan hasil produktivitas. Faktor produkstivitas dikenal dengan istilah input, sedangkan hasil produktivitas disebut dengan output,dimana salah satu inputnya adalah luas lahan. Jika produktivitas padi meningkat kemungkinan petani mengalihkan penggunaan lahan sawah ke non pertanian akan menurun. Menurut Adi 2009, jika harga padi naik maka petani akan mempertahankan lahan mereka untuk areal persawahan, sehingga mereka tidak mau mengalih fungsikan lahan sawah mereka tersebut. Hal ini akan berdampak penurunan luas lahan akan berkurang dan petani akan terus melakukan bercocok tanam padi. Menurut Rizal 2004, bahwa tidak semua petani mampu mengalih fungsikan lahan sawah mereka untuk pertanian kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: modal, pengalaman bertani padi, luas lahan, dan skill bertani. Sehingga harga kelapa sawit mungkin tidak terlau signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah, namun mampu memberikan dampak negatif terhadap luas lahan.