0,3755 artinya harga kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai memberikan dampak yang negatif dan tidak signifikan terhadap luas lahan sawah, dimana
setiap kenaikan harga kelapa sawit sebesar 1 RpKg maka luas lahan sawah akan berkurang sebesar 4,135 Ha atau jika harga kelapa sawit naik sebesar 100 RpKg
maka luas lahan sawah akan bertambah sebesar 413,5 Ha. Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori Rizal 2004 yang
menyatakan bahwa tidak semua petani mampu mengalih fungsikan lahan sawah mereka untuk pertanian kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu: modal, pengalaman bertani padi, luas lahan, dan skill bertani. Sehingga harga kelapa sawit tidak terlau signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah,
namun mampu memberikan dampak negatif terhadap luas lahan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas padi X
1
dan harga padi X
2
berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas lahan sawah, sedangkan harga kelapa sawit
X
3
berpegaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas lahan
sawah. 5.2
Saran
1. Kepada petani, hendaknya tidak melakukan alih fungsi lahan untuk
menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Kepada pemerintah, hendaknya lebih memperhatikan lahan sawah yang
semakin hari semakin berkurang dan membuat suatu lembaga yang lebih
fokus terhadap sawah.
3. Kepada peneliti lain hendaknya melakukan penembangan model, dengan
menambah variabel penjelas lain serta mengambil kasus faktor-faktor yang
mempengerahui luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menenpati bumi. Konkritnya,
lahan difungsikan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk
bercocok tanam pertanian. Seiring pertumbuhan populasi dan perkembangan peradaban manusia, penguasaan dan pengunaan lahan mulai terusik. Lahan yang
semula berfungsi sebagai media bercocok tanam pertanian, berangsur-angsur berubah menjadi multifungsi pemanfaatan. Perubahan fungsi lahan ke komoditi
lain maupun keareal non pertanian yang kemudian dikenal dengan istilah alih fungsi lahan, semakin lama semakin meningkat. Implikasinya, ahli fungsi lahan
perrtanian yang tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan Iqbal dan Sumaryanto, 2007.
Secara empiris, lahan pertanian yang paling rentan terhadap ahli fungsi lahan adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh: 1 kepadatan penduduk di
pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan
penduduk atas lahan juga lebih tinggi; 2 daerah pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan; 3 akibat pola pembangunan di
masa sebelumnya, infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik daripada wilayah lahan kering dan 4 pembangunan prasarana dan sarana
pemukiman, kawasan industri dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di
wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu terutama di Pulau Jawa, ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan
Winoto, 2005. Meurut Nasoetion dan Winoto 1996, proses penurunan luas lahan sawah
secara langsung dan tidak langsung ditentukan oleh 2 faktor, yaitu i sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah, dan ii sistem
non kelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah antara lain
dipresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa peraturan mengenai konversi lahan.
Proses penurunan luas lahan sawah pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan ini tercermin dari adanya:
1. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumber daya alam akibat meningkatnya
permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita.
2. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor primer
khususnya dari sektor pertanian dan pengolahan sumber daya alam ke aktifitas sektor-sektor sekunder manufaktur dan tersier jasa,
Rustiadi dan Wafda, 2008. Ilham dkk 2003, menyatakan bahwa harga lahan, aktivitas ekonomi suatu
wilayah, pengembangan pemukiman, dan daya saing produk pertanian merupakan faktor-faktor ekonomi yang menentukan konversi lahan sawah. Tekanan ekonomi