Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN
wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu terutama di Pulau Jawa, ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan
Winoto, 2005. Meurut Nasoetion dan Winoto 1996, proses penurunan luas lahan sawah
secara langsung dan tidak langsung ditentukan oleh 2 faktor, yaitu i sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah, dan ii sistem
non kelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah antara lain
dipresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa peraturan mengenai konversi lahan.
Proses penurunan luas lahan sawah pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan ini tercermin dari adanya:
1. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumber daya alam akibat meningkatnya
permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita.
2. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor primer
khususnya dari sektor pertanian dan pengolahan sumber daya alam ke aktifitas sektor-sektor sekunder manufaktur dan tersier jasa,
Rustiadi dan Wafda, 2008. Ilham dkk 2003, menyatakan bahwa harga lahan, aktivitas ekonomi suatu
wilayah, pengembangan pemukiman, dan daya saing produk pertanian merupakan faktor-faktor ekonomi yang menentukan konversi lahan sawah. Tekanan ekonomi
pada saat krisis ekonomi menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dampaknya secara umum
meningkatkan konversi lahan sawah dan makin meningkatkan penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal.
Penelitian Syafa’at dkk 2001 pada sentra produksi padi utama di Jawa dan Luar Jawa, menunjukan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor
ekonomi yang menentukan penurunan luas lahan sawah ke pertanian dan non pertanian adalah : 1 nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; 2
respon petani terhadap dinamika pasar,lingkungan, dan daya saing usahatani meningkat.
Menurut Nainggolan 2008, faktor penting yang sangat mempengaruhi petani untuk melakukan konversi lahan adalah dikarenakan oleh fator stabilitas
harga gabah yang masih relatif rendah dan belum memberikan pengaruh yang besar bagi peningkatan kesejahteraan petani itu sendiri. Selain itu perbedaan
tingkat upah di sektor pertanian dan industri, jumlah pemilikan asset lahan serta luas pemilikan lahan sawah yang semakin kecil cenderung menjadi faktor
pendorong proses konversi lahan sawah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan komposisi pemanfaatan
lahan yang dapat mengancam keberadaan lahan pertanian yang subur. Peningkatan jumlah penduduk akan mempersempit lahan untuk usaha pertanian.
Selain hal tersebut di atas, hal yang menyebabkan terjadinya konversi lahan adalah permintaan atas produk perkebunan seperti sawit, karet dan kopi yang terus
meningkat dan harganya semakin komersial. Lahan pertanian pangan cenderung menurun,lahan perkebunan terus bertambah. Adapun yang menyebabkan