Streptococcus mutans albicans U1 albicans U2 albicans U3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Flora Mikroba Normal Pada Manusia

Kulit dan selaput mukosa selalu mengandung berbagai mikroorganisme yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan: 1 flora menetap yang terdiri atas mikroorganisme yang jenisnya relatif tetap dan biasa ditemukan di daerah-daerah tertentu pada umur tertentu, bila terganggu, mikroorganisme itu tumbuh kembali dengan segera. 2 flora sementara yang terdiri atas mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang mendiami kulit atau selaput mukosa selama beberapa jam, hari atau minggu. Mikroorganisme ini berasal dari lingkungan sekitarnya.Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh merupakan komensal.Mikroorganisme dapat tumbuh subur pada daerah tertentu, bergantung pada faktor-faktor fisiologik, suhu, kelembaban, serta adanya zat-zat makanan dan zat-zat penghambat tertentu.Anggota flora normal sendiri dapat menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu.Bila dengan paksa disingkirkan dari lingkungan yang terbatas ini dan dimasukkan ke dalam aliran darah atau jaringan, organism-organisme ini dapat menjadi patogen.Misalnya, streptokokus golongan viridians.Flora normal yang terdapat pada hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus yang menetap dan streptokokus.Spesies Actinomycetes dalam keadaan normal terdapat pada jaringan tonsil dan gingiva orang dewasa, berbagai protozoa mungkin terdapat juga.Ragi spesies Candida terdapat dalam mulut Jawetz., et al, 1996.

2.2 Streptococcus mutans

Streptokokus adalah kokus Gram-positif yang tersusun berpasangan atau seperti rantai, semuanya bersifat negatif- katalase dan anaerob fakultatif Hawley, 2003.Streptokokus adalah bakteri Gram positif berbentuk bulatyang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya.Bakteri ini Universitas Sumatera Utara tersebar luas di alam. Beberapa di antaranya merupakan anggota flora normal pada manusia; yang lain dihubungkan dengan penyakit-penyakit penting pada manusia yang sebagian disebabkan oleh infeksi streptokokus, dan sebagian lagi oleh sensitisasi terhadap bakteri ini. Bakteri ini menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim.Streptokokus adalah golongan bakteri yang heterogen.Tidak ada satu sistem pun yang cukup baik untuk mengklasifikasikannya Jawetz, et al, 1996. Dalam rongga mulut seseorang mengandung berbagai macam spesies bakteri yang bersifat komensal.Di antara bakteri tersebut adalah Streptococcus mutans S. mutans yang bersifat kariogenik dan merupakan penyebab utama karies gigi.Salah satu ciri dari bakteri ini adalah mempunyai kemampuan menempel pada semua lokasi permukaan habitatnya dalam rongga mulut, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya bakteri yang melekat pada permukaan restorasi resin komposit sinar tampak dalam rongga mulut. Aktivitas perlekatan S. mutans terhadap host melalui reseptornya dalam hal ini adalah pelikel saliva, karena pelikel saliva mempunyai beberapa macam reseptor untuk perlekatan S. mutans, dikatakan juga pelikel saliva merupakan mediator tempat melekatnya bakteri rongga mulut pada permukaan gigi dan restorasi Anggraeni, dkk, 2005. Kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam bentuk rantai. kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. Anggota-anggota rantai sering tampak sebagai diplokokus, dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang. Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Streptokokus bersifat gram-positif. Namun, pada biakan tua dan bakteri yang mati, bakteri ini menjadi gram-negatif; keadaan ini dapat terjadi jika bakteri dieramkan semalam Jawetz, et al, 1996. Kelompok streptokokus ini bersifat alfa-hemolitik parsialhijau dan tidak sensitif terhadap empedu dan optosin. kelompok ini adalah flora normal di mulut. Streptococcus mutans menyebabkan plak dan pembusukan gigi melalui pembentukan biofilm dekstran dan asam yang merusak email gigi Hawley, 2003. Universitas Sumatera Utara Menurut Day 2003, S.mutans hanya dapat hidup di dalam mulut bila terdapat permukaan padat seperti gigi atau geligi tiruan. Bakteri ini tidak ditemukan pada bayi yang tidak bergigi dan baru dapat dideteksi setelah gigi mulai tumbuh. Pada orang tua yang sudah tidak bergigi lagi, bakteri ini akan menghilang dan akan tampak lagi setelah memakai gigi tiruan. Walaupun habitat utama S.mutans pada permukaan gigi, keberadaannya tidak seragam pada semua permukaan gigi, bahkan sering hanya berlokasi pada permukaan tertentu.Tempat kolonisasi S.mutans biasanya pada lubang dan celah gigi, permukaan gigi dekat gusi atau pada lesi karies. Karies gigi merupakan suatu penyakit umum yang sering ditemukan sejak pertama terdapat sejarah kehidupan manusia.Miller merupakan orang pertama yang menggambarkan karies sebagai aksi dari asam organik terhadap kalsium fosfat pada gigi.Ia memperlihatkan bila gigi diinkubasi dengan saliva dan karbohidrat, asam akan terbentuk dan menguraikan bagian gigi yang termineralisasi. Ia menyimpulkan bahwa asam yang dibentuk oleh bakteri dalam saliva menguraikan gigi. Dari penelitian ini ia merumuskan teori kemoparasitik dari karies gigi. Sejak saat itu banyak data yang mendukung teori menurunnya pH oleh produksi asam bakteri akan menghasilkan penguraian email. Penelitian Dr. Miller telah membentuk dasar untuk teori plak-tuan,rumah-substrat dari pembentukan karies. Proses pembentukan karies gigi disebabkan oleh multifaktor, pada dasarnya dapat disederhanakan menjadi hubungan yang tidak seimbangantara daya tahan gigi dengan faktor kariogenik Soemantadiredja dan Mieke, 2005. Menurut Schuurs 1988, karies adalah suatu proses kronis regresif: 1 yang dimulai dengan larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat medium makanan bagi bakteri. 2 timbul destruksi komponen-komponen organik. 3 akhirnya terjadi kavitasi pembentukan lubang.Karies gigi sering disebabkan oleh S. mutans. Bakteri ini mampu melekat pada permukaan gigi; memproduksi enzim glukuronil transferase. Enzim tersebut menghasilkan glukan yang tidak larut dalam air dan berperan dalam menimbulkan Universitas Sumatera Utara plak dan koloni pada permukaan gigi Zaenabdkk. 2004. Di dalam plak, suatu lapisan yang menutupi gigi dan yang 70 dari volumenya terdiri dari bakteri, dibentuk asam dari karbohidrat yang mengakibatkan turunnya pH lokal yang normal. Penurunan ini mengganggu keseimbangan antara jaringan gigi, biasanya email, dan lingkungannya. Lingkungan ini pada pH fisiologis jenuh dengan kalsium dan fosfat. namun pada pH 5,5 terjadi keadaan yang sebaliknya pada jaringan gigi. Bagian mineral, kalsium dan fosfat yang merupakan bahan pembentuk, oleh email diberikan kepada sekelilingnya, sehingga prosesnya berhenti; tetapi lesi awal berbentuk bintik putih pudar, yang disebut bercak putih, telah terjadi Schuurs, 1988.

2.3 Escherichia coli

Dokumen yang terkait

Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro

7 106 73

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia Calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Escherichia Coli, dan Candida Albicans Secara In vitro

0 5 13

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia Calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Escherichia Coli, dan Candida Albicans Secara In vitro

0 0 2

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia Calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Escherichia Coli, dan Candida Albicans Secara In vitro

0 0 3

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia Calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Escherichia Coli, dan Candida Albicans Secara In vitro

0 1 13

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia Calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Escherichia Coli, dan Candida Albicans Secara In vitro

0 1 5

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia Calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Escherichia Coli, dan Candida Albicans Secara In vitro

0 0 11

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 11

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 2

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

1 3 3