Faktor yang Berhubungan dengan Sikap

commit to user 54 produktif, sehingga kondisi tersebut akan membantu dalam pengenalan dan penerimaan hal-hal baru. 2. Pendidikan Pendidikan formal responden merupakan jenjang sekolah yang diperoleh dari bangku sekolah dengan kurikulum yang sudah terorganisir. Tingkat pendidikan ini secara umum menjadikan seseorang lebih berkualitas. Responden 32,5 hanya menamatkan pendidikannya sampai tingkat SMP. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi, keterbatasan sarana pendidikan, jarak antara fasilitas pendidikan dengan pemukiman yang relatif jauh. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya pendidikan. Adanya budaya untuk melibatkan anggota keluarga dalam kegiatan berusahatani daripada memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Budaya ini harus ditinggalkan agar setiap anggota keluarga berhak memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya. Upaya ini bertujuan dalam peningkatan sumber daya manusia.

C. Faktor yang Berhubungan dengan Sikap

Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Hal ini sering ditunjukkan dalam interaksi sosial. Faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pendidikan non formal, media massa, dan pengaruh kebudayaan. 1. Pengaruh pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi merupakan lamanya responden menjadi bagian dari pengembangan kawasan agropolitan. Bisa dilihat dari keikutsertaan petani dalam kegiatan agropolitan, dan lamanya responden memenuhi kebutuhan hidup melalui kegiatan agropolitan. Pengalaman pribadi responden di Desa Berjo dapat dilihat pada Tabel 12 berikut: commit to user 55 Tabel 12. Distribusi pengaruh pengalaman pribadi dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan No Kategori Skor Jumlah orang Persentase 1 Tinggi 3 36 90,00 2 Sedang 2 4 10,00 3 Rendah 1 - 00,00 Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011 Berdasarkan Tabel 12, pengalaman masyarakat mayoritas sebanyak 36 orang 90 dalam mengembangankan kawasan agropolitan tergolong kategori tinggi, petani ikut serta dalam mengembangkan kawasan agropolitan lebih dari 5 tahun. Tingginya pengalaman responden ini dikarenakan mayoritas petani mengetahui tentang program pengembangan kawasan agropolitan. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden telah mengetahui program agropolitan. Semakin tinggi pengalaman responden maka akan semakin tinggi pula sikapnya dalam menerima suatu inovasi dan adopsi. Selain itu, gencarnya sosialisasi dari Pemerintah Daerah tentang program pengembangan kawasan agropolitan mengakibatkan peran aktif petani dalam kegiatan tersebut. Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat Azwar, 1991. Demikian halnya dengan Susanto 1974 yang menyatakan bahwa pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan skill dengan situasi yang baru. Berdasarkan teori tersebut, maka pengalaman juga dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya pengetahuan yang dimiliki petani. Semakin tinggi pengalaman petani maka akan semakin tinggi sikapnya dalam penerimaan suatu inovasi. commit to user 56 2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran atau masukan atau informasi yang berikan oleh pihak-pihak tertentu yang mengetahui tentang pengembangan kawasan agropolitan. Orang lain yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah orang-orang yang oleh petani dianggap penting sebagai panutan ataupun yang berperanan dalam menunjang usahatani seperti Penyuluh Pertanian Lapang PPL, ketua Kelompok tani, dan Aparat Desa. Tabel 13. Distribusi Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan No Kategori Skor Jumlah orang Persentase 1 Tinggi 3 34 85,00 2 Sedang 2 6 15,00 3 Rendah 1 - 00,00 Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011 Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 13, menunjukkan bahwa mayoritas petani sebanyak 34 responden 85 menyatakan pengaruh orang lain yang dianggap penting tergolong kategori tinggi. Hal ini dikarenakan informasi yang diperoleh tidak hanya di dapat dari ketua kelompok yang diikutsertakan dalam kegiatan sosialisasi pengembangan kawasan agropolitan, namun juga dari berbagai pihak seperti PPL dan Aparat Des dan Pemerintah, pihak swawta, serta teman-teman petani lain. Menurut Azwar 1991 orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Diantara orang yang biasa dianggap penting bagi kita adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau suami. Berdasarkan teori tersebut, maka semakin baik pengaruh orang lain yang di anggap penting maka mereka semakin dapat menentukan arah pembentukan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. commit to user 57 Selain itu informasi yang diterima oleh responden cukup jelas sehingga mempengaruhi sikap petani terhadap pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Memang untuk mendapatkan hasil program yang optimal hendaknya ada kerja sama dari semua pihak dalam mengembangkan kawasan agropolitan tersebut. 3. Pengaruh Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal merupakan jenjang pendidikan yang pernah ditempuh responden diluar pendidikan formal. Pendidikan non formal yang dimaksudkan adalah pendidikan yang sasaran utamanya adalah orang dewasa yang memiliki program yang terencana. Selain itu kegiatan dapat dilakukan dimana saja, dimana tidak terikat waktu serta disesuaikan dengan kebutuhan sasaran peserta didik. Sehubungan dengan hal ini, maka pendidikan non formal diasumsikan sebagai penyuluhan, pelatihan dan kursus-kursus yang pernah diikuti oleh responden. Dalam penelitian ini, pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh responden selama kegiatan pelatihan atau penyuluhan di bidang pertanian khususnya dalam pengembangan kawasan agropolitan. Tabel 14. Distribusi Pengaruh Pendidikan Non formal dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan No Kategori Skor Jumlah orang Persentase 1 Tinggi 3 35 87,50 2 Sedang 2 5 12,50 3 Rendah 1 - 00,00 Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011 Tabel 14 menunjukkan mayoritas responden sebanyak 35 reponden 87,5 menyatakan pernah mengikuti pendidikan non formal seperti pelatihan-pelatihan maupun kegiatan penyuluhan. Respon responden terhadap kegiatan penyuluhan dan pelatihan baik. Melalui kegiatan- kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diadakan oleh pihak penyelenggara baik pemerintah maupun swasta mengenai kegiatan pengembangan agropolitan berdampak positif bagi responden, karena commit to user 58 wawasan terhadap hal-hal baru akan semakin terbuka. Di lokasi penelitian, kegiatan penyuluhan dilakukan bersama dengan arisan dan kumpul anggota tani. Pertemuan dilakukan tiap satu bulan sekali pada tanggal 20 untuk kelompok tani sayuran dan hortikultura, dan tiap tanggal 12 untuk kelompok tani padi-padian dan palawija. Menurut Suhardiyono 1992, pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang yang memenuhi keperluan khusus. Salah satu contohnya adalah penyuluhan pertanian. Seperti halnya Margono Slamet 2003 yang mengemukakan bahwa dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil itu peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga tidak salah kiranya bila penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran aparat pemerintah yang menangani pembangunan pertanian. Berdasakan teori tersebut, dengan mengikuti kegiatan penyuluhan, petani juga mendapatkan ilmu, pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan kawasan agropolitan. Responden berharap dengan berbagai keuntungan yang diperoleh senantiasa akan meningkatkan kesejahteraan petani tersebut. 4. Pengaruh Media Massa Media massa merupakan sumber informasi yang dipergunakan untuk memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan baik yang berupa media cetak maupun elektronik. Sebagai sarana komunikasi, media massa mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pentingnya informasi sangat melekat pada diri seseorang, khususnya seseorang yang memiliki semangat kuat dan maju untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. commit to user 59 Tabel 15. Distribusi Pengaruh Media Massa dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan No Kategori Skor Jumlah orang Persentase 1 Tinggi 3 20 50,00 2 Sedang 2 19 47,50 3 Rendah 1 1 2,50 Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011 Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 15, mayoritas responden sebesar 20 petani 50 dan 19 petani 47,5 memanfaatkan lebih dari tiga media massa yang ada. Antara lain televisi, majalah bulanan, leaflet maupun buletin. Petani aktif membaca buletin Intanpari sebagai sumber informasi yang dirasa dapat memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan rekomendasi dari PPL yang ada di wilayah tersebut. Menurut Sastraatmadja 1993, walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Berdasarkan teori tersebut, maka petani yang aktif mencari informasi tentang agropolitan akan semakin berkembang pula wawasan ilmu dan pengetahuannya tentang agropolitan. 5. Pengaruh Kebudayaan Pengaruh kebudayaan merupakan nilai-nilai yang masih melekat pada responden yang berhubungan dengan pengembangan kawasan agropolitan. Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan dan moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Kebudayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adat istiadat, tradisi leluhur ataupun kepercayaan yang masih dianut oleh petani sekitar yang berpengaruh terhadap pola pikir dan usahataninya. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap commit to user 60 sikap petani dalam pemgembangan kawasan agropolitan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 16. Distribusi pengaruh kebudayaan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan No Kategori Skor Jumlah orang Persentase 1 Tinggi 3 12 30,00 2 Sedang 2 28 70,00 3 Rendah 1 - 00,00 Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011 Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa lebih dari 50 sebanyak 28 responden termasuk dalam kategori sedang dalam tingkat pengaruh kebudayaan. Dalam penelitian ini, budaya gotong royong dan kebersamaan sangatlah kental. Sehingga nilai kebudayaan masih berpengaruh terhadap kehidupan petani terutama dalam kegiatan usahatani. Namun ada juga yang tidak percaya dengan nilai-nilai adat karena dengan adanya budaya islam yang masuk ke petani memberikan dampak dalam melakukan kegiatanya berusahatani dari petani itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan, baik itu yang bersifat tradisi turun-temurun dan kepercayaan kurang berpengaruh terhadap pola pikir dan pola usahatani. Shadily 1999 menyatakan bahwa kebudayaan culture berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan, dan lain-lain kepandaian. Berdasarkan teori tersebut, faktor kebudayaan terutama yang berhubungan dengan tradisi leluhur dirasakan petani sudah mulai pudar. Artinya keberadaan pola kepercayaan terhadap hal-hal yang dianggap memiliki nilai magis sudah tidak cocok diterapkan dalam kondisi sekarang ini, mengingat kemajuan jaman dan teknologi menjadikan pengetahuan petani semakin bertambah maju. commit to user 61

D. Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan