commit to user
64 Meskipun sarana produksi yang diberikan oleh pemerintah kuantitasnya
terbatas sehingga dalam pemanfaatannya harus bergantian, tidak menjadikan minat petani untuk terus memanfaatkan hasil yang diperoleh
dari kegiatan tersebut berkurang. Disamping itu, petani juga aktif menyebarluaskan pengetahuan yang didapatnya dari kegiatan program
pengembangan kawasan agropolitan kepada petani lain dan masyarakat sekitar sebagai bentuk kepedulian petani terhadap kegiatan program
pengembangan kawasan agropolitan.
E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap
Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar
Penelitian ini mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap
terhadap program pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar.
Hasil analisis hubungan antara faktor- faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikap masyarakat
terhadap program pengembangan kawasan agropolitan tersaji dalam tabel 20. Untuk mengetahui hubungan antara faktor yang berhubungan dengan
sikap dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan digunakan uji korelasi Rank Spearman rs dengan program SPSS
17,0 for windows. Dan untuk mengetahui tingkat signifikansi menggunakan
uji t dengan tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 .
Tabel 20. Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh
Terhadap Program Pengembangan Agropolitan
Faktor yang
Berhubungan dengan
Sikap X Sikap Petani Y
Rs t
hitung t
tabel α Keterangan
a. Pengalaman Pribadi
b. Pengaruh Orang Lain
c. Pendidikan Non Formal
d. Media Massa
e. Kebudayaan
0,849 0,396
0,706 -0,173
-0,228 9,908
2,658 6,035
-1,082 -1,443
2,021 2,021
2,021 2,021
2,021 0,05
0,05 0,05
0,05 0,05
SS S
SS NS
NS
Sumber : Analisis Data Primer 2011
commit to user
65 Keterangan :
SS : Sangat Signifikan
NS : Non Signifikan
1. Hubungan Pengaruh Pengalaman Pribadi dengan Sikap Masyarakat
Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa nilai rs adalah 0,849 dengan t
hitung t tabel 9,9082,021. Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan antara pengalaman pribadi dengan sikap terhadap program memiliki
korelasi positif yang signifikan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengalaman responden, maka
akan semakin positif sikapnya terhadap program pembangunan agropolitan. Selain itu, karena program pengembangan kawasan
agropolitan sudah banyak diketahui oleh masyarakat sekitar, khususnya petani. Sampai saat ini program pengembangan kawasan agropolitan lebih
difokuskan pada pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan.
Pada kenyataannya lamanya responden sebagai petani dalam program pengembangan kawasan agropolitan tergolong sangat baik, tetapi
apabila responden jarang aktif dan kurang aktif dalam mengikuti program pengembangan kawasan agropolitan maka responden kurang mendapatkan
informasi, petunjuk, serta nasehat tentang program pengembangan kawasan agropolitan. Pengalaman responden menunjukkan bahwa
interaksi yang terjadi dalam kehidupan sosial cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal balik serta
penyesuaian kecakapan. Menurut Mahmud 1990, mengemukakan bahwa kebanyakan
aktivitas kita sehari-hari bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita mereaksi kepada isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan
stimulus aslinya. Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-
pengalaman masa lampau. Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan
commit to user
66 bahwa apa yang responden alami telah membentuk dan mempengaruhi
penghayatan responden terhadap stimulus sosial. Hal demikian akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap maka pengalaman pribadi yang dimiliki responden harus melalui kesan yang kuat. Meskipun demikian, responden yang
tergolong jarang dan kurang aktif mengikuti program pengembangan kawasan agropolitan mereka tetap berpikir positif terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan. 2.
Hubungan Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh tokoh panutan dengan sikap masyarakat
sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung t tabel
2,658
2,021 pada taraf signifikansi 95,
α=0,05
dengan nilai rs sebesar
0,396
serta arah hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengaruh
tokoh panutan maka mereka semakin dapat menentukan arah pembentukan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan
kawasan agropolitan. Dengan adanya informasi dan pengaruh dari tokoh panutan, maka masyarakat sekitar Candi Sukuh dapat mengetahui program
pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat di kawasan.
Menurut Soetriono et all, 2006 keputusan-keputusan yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku serta hubungan-
hubungan dalam masyarakat setempat di mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat di sekitarnya mempunyai arti yang penting. Berdasarkan teori
tersebut dan sesuai dengan kondisi di lapang, orang-orang yang di anggap penting meliputi: PPL, aparat desa, pihak pemerintah maupun swasta,
petani lain, suamiisteri, dan tetangga. Semakin sering orang-orang yang di anggap penting memberikan informasi tentang program pengembangan
kawasan agropolitan kepada responden maka responden akan lebih
commit to user
67 bersikap positif terhadap program pengembangan kawasan agropolitan
tersebut. 3.
Hubungan Pengaruh Pendidikan Non Formal Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan non formal dengan sikap
masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung t tabel
6,035
2,021 pada taraf signifikansi 95,
α=0,05
dengan nilai rs sebesar 0,706 serta arah hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin
sering responden menghadiri penyuluhan atau pelatihan maka semakin positif pula sikap responden terhadap program pengembangan kawasan
agropolitan. Menurut Azwar 1995 pendidikan non formal merupakan
pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah. Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non formal. Berdasarkan teori tersebut
dan sesuai kondisi di lapang, mayoritas responden mengaku bahwa pendidikan non formal responden termasuk kategori baik. Hal ini
disebabkan karena responden sangat aktif bahkan selalu hadir dalam mengikuti kegiatan penyuluhanpelatihan yang diadakan baik oleh
kelompok tani, PPL maupun aparat desa. Selain itu setiap responden sering bertemu, bertanya dan mencari informasi dari petani lain, PPL, dan
aparat pemerintah. Waktu di rumah pun responden juga bertanya dan mencari informasi dari tetangganya yang mengikuti kegiatan
penyuluhanpelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan non formal tergolong baik
dikarenakan responden selalu berusaha bersikap positif terhadap program pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Penyuluhan pertanian tidak
sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan tetapi juga mengubah perilaku responden agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani
commit to user
68 yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan
inovatif terhadap inovasi baru dan terampil mnerapkan kegiatannya. 4.
Hubungan Pengaruh Media Massa dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara media massa dengan sikap masyarakat
sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung t tabel
-1,082
2,021 pada taraf signifikansi 95,
α=0,05
dengan nilai rs sebesar -0,173 serta arah hubungan yang negatif. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang nyata
antara banyaknya responden mengakses media massa dengan informasi, petunjuk, serta nasehat tentang program pengembangan kawasan
agropolitan yang didapatkan oleh responden. Ketidaksignifikanan dikarenakan media massa yang ada belum bisa
memberikan informasi yang rinci tentang adanya program pengembangan kawasan agropolitan. Hanya media massa dalam bentuk buletin seperti
Intanpari yang selama ini yang dijadikan sumber informasi terutama bagi PPL terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan. Sehingga
informasi tersebut belum bisa menjangkau keseluruh petani. Pengetahuan tentang adanya program pengembangan kawasan agropolitan hanya
sebatas pengertian dari PPL saja belum ada tidak lanjut ke arah tujuan yang sebenarnya. Selain itu, walaupun terdapat buletin bulanan maupun
leaflet yang diakses oleh responden, namun hal ini tidak mempengaruhi sikap responden. Hal ini dikarenakan media massa yang diakses tidak
mempeberikan pengetahuan yang bagus dan secara komplit tentang pengembangan maupun kegiatan yang berhubungan dengan agropolitan.
Menurut Sastraatmadja 1993, memang pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun
dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
commit to user
69 memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya. Hal ini seringkali
berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya. Teori tersebut sesuai dengan kondisi dilapang. informasi tentang
program pengembangan kawasan agropolitan yang didapatkan dari media massa selayaknya dapat menambah pengetahuan. Sehingga informasi yang
didapat oleh responden dapat diterapkan di lapangdi hutan, misalnya : pelatihan pembibitan tanaman, sistem tanam, dan sistem tumpang sari. Hal
ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah media massa dan frekuensi menyimak informasi tentang program pengembangan kawasan agropolitan
yang diakses rendah tetapi responden bersikap positif terhadap program pengembangan kawasan agropolitan tersebut.
5. Hubungan Pengaruh Kebudayaan Dengan Sikap Petani Terhadap Program
Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kebudayaan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan
agropolitan. Sebagaimana tersaji pada Tabel 20 bahwa nilai t hitung t tabel
-1,443
2,021 pada taraf signifikansi 95,
α=0,05
dengan nilai rs sebesar -0,228 serta arah hubungan yang negatif. Hal ini menunjukkan
bahwa kebudayaan tidak berhubungan dengan sikap petani terhadap pembangunan agropolitan.
Kondisi ini sesuai dengan teori Peursen 1988 yang mengemukakan bahwa suatu tradisi bukanlah sesuatu yang dapat diubah, tradisi justru
dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu: ia
menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-perubahan: riwayat
manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan yang sudah ada.
commit to user
70
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN