Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau diterjemahkan menjadi “pertanian berkelanjutan” digunakan untuk menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan Abadi, 2007. Pertanian berkelanjutan sustainable agriculture merupakan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan co-agriculture yang sering juga dikenal sebagai pertanian organis. Prinsip dasarnya adalah pertanian dilihat sebagai pengelolaan agro dan ekosistem. Prinsip dasar pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan agro dan ekosistem dengan prinsip : pertanian dilakukan dengan mengambil metafora yang benar dengan tidak mendominasi alam dan penetuan yang benar bagi alat, teknik, teknologi dan praktek pertanian Lubis, 2000. Kata ‘berkelanjutan’ sustainable, sebagaimana dalam kamus, mengacu pada makna “mengusahakan suatu upaya dapat berlangsung terus-menerus, kemampuan menyelesaikan upaya dan menjaga upaya itu jangan sampai gagal”. Dalam dunia pertanian, ‘berkelanjutan’ secara mendasar berarti upaya memantapkan pertanian tetap menghasilkan produktif sembari tetap memelihara sumber daya dasarnya. Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan Abadi, 2007. Dewangga 1995 berpendapat bahwa pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat tani yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia dan tinggal di pedesaan. Meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat petani dan commit to user 9 masyarakat pedesaan dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas usahatani. Untuk dapat mengelola usahataninya secara efisien diperlukan adanya perubahan perilaku petani untuk mampu bertani dengan baik dan berusahatani lebih menguntungkan. Dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil itu peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga tidak salah kiranya bila penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran aparat pemerintah yang menangani pembangunan pertanian. Oleh karena itu segala usaha yang ditujukan untuk mengembangkan penyuluhan pertanian sampai bentuknya yang sekarang perlu mendapatkan penghargaan yang setimpal Slamet, 2003. Pembangunan akan memberikan harapan dengan hasil yang optimal, jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Karena penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian. Pelaksanaan penyuluhan yang baik dengan disertai dengan sistem pelayanan yang teratur akan menjadi jaminan yang efektif untuk tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri. Inti kegiatan penyuluhan pertanian adalah komunikasi gagasan yang inovatif maupun produk teknologi yang inovatif yang dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih baik kapada petani dan keluarganya Levis, 1996. 2. Konsep dan Statregi Pengembangan Agropolitan Secara harafiah, “Agropolitan” berasal dari dua kata yaitu Agro berarti pertanian, dan PolitanPolis berarti kota, sehingga secara umum Program Agropolitan mengandung pengertian pengembangan suatu kawasan tertentu yang berbasis pada pertanian, yang dapat dilihat dari berbagai pengertian sebagai berikut Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, 2005 : a. Agropolitan Agro = pertanian; Politan = kota adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, commit to user 10 menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian agribisnis di wilayah sekitarnya, b. Kawasan Agropolitan, terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan, c. Pengembangan Kawasan Agropolitan, adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian dikawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah. Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan Mc.Douglass dan Friedmann dalam Syahrani 2001 sebagai siasat untuk pengembangan perdesaan. Meskipun termaksud banyak hal dalam pengembangan agropolitan, seperti redistribusi tanah, namun konsep ini pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan pedesaan atau dengan istilah lain yang digunakan oleh Friedmann adalah “kota di ladang”. Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu harus pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang berhubungan dengan masalah produksi dan pemasaran maupun masalah yang berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan setiap hari. Pusat pelayanan diberikan pada setingkat desa, sehingga sangat dekat dengan pemukiman petani, baik pelayanan mengenai teknik berbudidaya pertanian maupun kredit modal kerja dan informasi pasar. Soleh 1998, besarnya biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil dengan meningkatkan faktor-faktor kemudahan pada kegiatan produksi dan pemasaran. Faktor-faktor tersebut menjadi optimal dengan commit to user 11 adanya kegiatan pusat agropolitan. Jadi peran agropolitan adalah untuk melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara lain berupa input sarana produksi pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan, dan lain-lain, sarana penunjang produksi lembaga perbankan, koperasi, listrik, dan lain-lain, serta sarana pemasaran pasar, terminal angkutan, sarana transportasi, dan lain-lain. Dalam konsep agropolitan juga diperkenalkan adanya agropolitan district, suatu daerah perdesaan dengan radius pelayanan 5 – 10 km dan dengan jumlah penduduk 50 –150 ribu jiwa serta kepadatan minimal 200 jiwakm2. Jasa-jasa dan pelayanan yang disediakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan ekonomi dan sosial budaya setempat. Agropolitan district perlu mempunyai otonomi lokal yang memberi tatanan terbentuknya pusat-pusat pelayanan di kawasan perdesaan telah dikenal sejak lama. Pusat-pusat pelayanan tersebut dicirikan dengan adanya pasar- pasar untuk pelayanan masyarakat perdesaan. Mengingat volume permintaan dan penawaran yang masih terbatas dan jenisnya berbeda, maka telah tumbuh pasar mingguan untuk jenis komoditi yang berbeda Anwar, 1999. 3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya. Kota pertanian berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian sentra produksi pertanian. Kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut, termasuk kotanya disebut dengan kawasan agropolitan Bappeda Karanganyar, 2005. commit to user 12 Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Karanganyar diawali dari tahun 2006 sampai pada tahun kelima ini pemerintah Kabupaten Karanganyar telah melakukan pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti terbangunnya konstruksi jalan dan jaringan irigasi. Ketersediaan sarana dan prasarana terbesut berguna sebagai fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan masyarakat di pedesaan. Fasilitas tersebut bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan usaha pertanian, meningkatkan kelancaran pengangkutan sarana produksi ke lahan petani, mempermudah proses pemasaran produkkomoditas pertanian, dan meningkatkan intensitas ketersediaan air dalam rangka mendukung produksi pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, 2009. Pengembangan kawasan agropolitan adalah bertujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing. Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agropolitan. Melalui pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian. Pemberdayaan yang dilakukan dengan cara pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien, penguatan kelembagaan petani, serta pengembangan kelembagaan sistem agribisnis penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran dan penyedia jasa; pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan terpadu; pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi Bappeda Karanganyar, 2005. Program agropolitan di Kabupaten Karanganyar merupakan program dari pemerintah yang ditujukan untuk daerah-daerah yang memiliki potensi atau keunggulan di bidang pertanian. Penetapan kawasan ini didasarkan pada potensi Kabupaten Karanganyar terutama di bidang commit to user 13 tanaman hortikultura. Strategi yang diterapkan di Kabupaten Karanganyar diawali dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti memperbaiki jalan usahatani, dan saluran irigasi. Kemudian setelah dua program tersebut berjalan lancar, Kabupaten Karanganyar membuka penyediaan Sub Terminal Agribisnis STA di Watusambang Tawangmangu. Sub Terminal Agribisnis STA ini dapat mendukung berjalannya program agropolitan. Keberadaan STA diharapkan dapat memperbaiki teknik pemasaran bagi hasil produksi pertanian, tidak hanya untuk komoditas yang diunggulkan seperti wortel tetapi untuk komoditas yang lainnya. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan agropolitan juga didukung dengan pengembangan sumberdaya manusia yaitu dengan mengembangkan kelompok tani Bappeda Karanganyar, 2005. Beberapa Kecamatan di Kabupaten Karanganyar antara lain Ngargoyoso Sukuh, Jenawi Cetho, Tawangmangu, Karangpandan dan Matesih memiliki produk unggulan sendiri untuk dijadikan pelopor tumbuh kembangnya agropolitan. Kecamatan Ngargoyoso berpacu pada peningkatan penerapan teknologi pertanian perkebunan. Kegiatan yang dilakukan antara lain pembuatan pestisida organik, pengadaan Alat Pengolah Pupuk organik APPO, pengadaan biogas, pengadaan hand sprayer, alat pengayak kompos, dan berbagai macam alat pendukung usahatani lainnya. Kecamatan Jenawi berpusat pada peningkatan mutu intensifikasi gandum. Kegiatan ini dilakukan supaya terpeliharanya tanaman tumpang sari gandum. Kecamatan Tawangmangu terdapat program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan. Sosialisasi ini dilakukan supaya masyarakat senantiasa merubah perilakunya tentang pelestarian Sumber Daya alam. Kecamatan Karangpandan merupakan kota tani utama dan kecamatan lain yang termasuk dalam Kawasan Agropolitan akan bermuara ke Kecamatan Karangpandan. Hal ini dikarenakan tidak hanya dari bidang pertanian yang dikembangkan tetapi juga bidang pariwisata. Kemudian yang terakhir di Kecamatan Matesih lebih mengacu kepada peningkatan ketahanan pangan pertanian dan commit to user 14 perkebunan. Pengadaan alat ice cream maker dan pengadaan freezer diharapkan dapat meningkatkan pengolahan hasil pertanian. Selain itu dikembangkan juga alat mesin pertanian dan alat pengolahan pasca panen hasil pertanian, seperti tersedianya hand tractor, vacuum frying, slicer, power threser, alat pencuci wortel dan pompa air. Semua alat tersebut digunakan untuk peningkatan penggunaan teknologi tepat guna oleh petani Bappeda Karanganyar, 2009. Strategi pengembangan kawasan sentra produksi pangan berorientasi pada kekuatan pasar atau market driven, atau melalui pengembangan masyarakat yang tidak saja diarahkan pada upaya pengembangan usaha budidaya on-farm tetapi juga meliputi pengembangan agribisnis hulu penyediaan sarana pertanian dan agribisnis hilir proses dan pemasaran dan jasa-jasa pendukungnya. Memberi kemudahan melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung pengembangan agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh, mulai dari subsistem budidaya, subsistem agribisnis hulu, hilir, dan jasa pendukung. Pengembangan suatu kawasan sentra produksi pangan nasional dan daerah agropolitan harus mengikuti pengelolaan kawasan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tata ruang kawasan sentra produksi pangan agropolitan, arahan pengembangannya sebagai berikut: a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis setempat b. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri pertanian secara lokalita. c. Pembangunan prasarana dan infrastruktur fisik yang menunjang kegiatan di kawasan sentra produksi pangan agropolitan. d. Adanya keterpaduan rencana tata ruang kawasan sentra produksi pangan agropolitan dengan rencana tata ruang wilayah, khususnya aspek kawasan permukiman dan industri Dirjen Ruang, 2006. Pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan pendekatan Action plan rencana tindak yang melibatkan berbagai stakeholder terkait. commit to user 15 Dengan pelibatan ini stakeholder secara intensif diharapkan dapat dihasilkan kesepakatan program pembangunan prasarana dan sarana kawasan agropolitan yang memberikan nilai lebih pada aspek dukungan masyarakat dan dengan kesadaran sense belonging rasa memiliki yang cukup tinggi. Tahapan action plan yang dilakukan dalam rangka pengembangan fasilitas prasarana dan sarana yang diharapkan sebagai stimulan pengembangan kawasan agropolitan, meliputi sosialisasi program temu muka, pembentukan stakeholder agribisnis, survai dan analisa, inventarisasi permasalahan prasarana dan sarana, usulan dan perumusan program serta penyepakatan pentahapan program. Semua tahapan tersebut dilakukan dalam forum sosialisasi dan penyepakatan kegiatan Bappeda Karanganyar, 2005. 4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan atraksi wisata pertanian. Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata dengan tujuan untuk memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha dibidang pertanian Tirtawinata, 1999. Berkembangnya dunia pertanian mendapat tanggapan dari masyarakat, pada umumnya tanggapan masyarakat terhadap berkembangnya dunia pariwisata berkaitan dengan harapan-harapan yang mengacu kepada kebutuhan ekonomis misalnya adanya kesempatan kerja, majunya usaha mereka dan sebagainya. Hal ini dapat terlihat terutama pada masyarakat yang tinggal disekitar daerah yang terkena proyek pengembangan wisata Tashadi, 1994. Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi iklim udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman, kesunyian, pemandangan alam panorama pegunungan yang indah, air terjun, danau dan sungai yang khas, dan sumber air kesehatan air mineral, air panas. Objek wisata buatan manusia dapat berupa commit to user 16 fasilitas atau prasarana, peninggalan sejarah dan budaya, pola hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olahraga. Objek agrowisata pada umumnya masih berupa hamparan suatu areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang dikelola secara modernala barat dengan orientasi objek keindahan alam dan belum menonjolkan atraksi keunikanspesifikasi dari aktivitas lokal masyarakat Bappeda Karanganyar, 2005. Tashadi 1994 mengemukakan bahwa timbulnya dampak sosial budaya sebagai konsekuensi dari pembangunan pariwisata itu dapat dilihat sebagai dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif merupakan keuntungan berkembangnya pariwisata yang antara lain mendatangkan pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja yang berarti mengurangi jumlah pengangguran serta adanya kemungkinan bagi masyarakat di daerah wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standart hidup mereka. Sedangkan dampak negatif yang merupakan kerugian tampak menonjol dalam bidang sosial. 5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan Budaya atau kebudayaan yaitu system pengetahuan yang meliputi sistem idegagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak Soeranto, 2003. Sedangkan menurut Soekanto 1983, budaya diartikan dalam bentuk perilaku kehidupan keseharian. Kebudayaan merupakan sistem pola perencanaan kehidupan yang eksplisit maupun implisit yang terbentuk secara historis, dan yang dianut oleh semuaanggota-anggota tertentu dari suatu kelompok. Tradisi merupakan kebudayaan yang telah menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat Hardiman, 2003. Tradisi bukanlah sesuatu yang dapat diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu: ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan- commit to user 17 perubahan: riwayat manusia yang selalu member wujud baru kepada pola- pola kebudayaan yang sudah ada Peursen, 1983. Dalam hakekat hidup ada kecendrungan yang kuat sangat untuk menekankan pada nilai keakhlakan atau spiritualisme semata-mata Soekanto, 1983. Orang Jawa itu tidak dapat melepaskan diri dari lilitan tradisinya, masyarakat Jawa menempatkan individu yang sekunder saja, sedangkan masyarakat itu sendiri berperan primer, sedemikian rupa sehingga aksi-aksi yang dipandang akan mengganggu keselarasan umum tak seharusnya dilakukan Sutrisno, 1985. 6. Sikap dan Perilaku Masyarakat a. Pengertian Sikap dan Perilaku Attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan. Tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikapnya terhadap obyek tadi itu. Jadi sikap itu tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal. Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek. Tidak ada sikap tanpa ada obyeknya Gerungan, 1999. Sears et all 1997 mendefinisikan bahwa sikap merupakan suatu mental dan neural status dari kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui pengalaman, menggunakan suatu arahan atau pengaruh dinamis atas setiap tanggapan kepada semua obyek dan situasi yang terkait. Hal serupa juga diungkapkan G. W. Allport 1935 dalam Taylor 1997, yang juga mendefinisikan bahwa sikap adalah suatu mental dan status kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui pengalaman, menggunakan suatu pengaruh yang dinamik ketika individu menjawab semua obyek dan situasi yang terkait. Mar’at 1984 menyatakan sikap merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa commit to user 18 penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk berekasi dari orang tersebut terhadap obyek. Seperti halnya dengan Myers 1992 yang menyebutkan bahwa sikap sebagai bentuk evaluasi yakni sikap merupakan pengorganisasian terakhir secara relatif dari kepercayaan dimana terdapat kecenderungan untuk merespons benda-benda dalam keadaan yang nyata. Sikap tidak pernah dilihat secara langsung. Seseorang harus mengambil kesimpulan keberadaan sikap dari apa yang dilakukan orang lain. Sedangkan Van Den Ban dan Hawkins 1999 mendefinisikan sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap. Soedjito dalam Mardikanto 1993 mengatakan bahwa sikap sebenarnya merupakan fungsi dari kepentingan, artinya sikap seseorang sangat ditentukan oleh kepentingan-kepentingan yang dirasakan. Semakin ia memiliki kepentingan, atau semakin banyak kepentingan yang dirasakan, maka sikapnya semakin baik dan sebaliknya semakin merasa tak memiliki kepentingan atau kepentingannya tidak dipenuhi maka sikapnya semakin buruk. Manifestasi sikap tidak bisa langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan penggunaan praktis, sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional Mar’at, 1984. Perilaku behavior dalam Psikologi dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada semua makhluk umumnya, memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif yang disadari oleh kodrat commit to user 19 mempertahankan kehidupan. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam kenormalan dan merupakan respon atau reaksi terhadap rangsangan lingkungan sosial. Salah satu karakteristik perilaku manusia adalah sifat diferensialnya. Artinya, suatu stimulus yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk reaksi yang sama dari individu. Sebaliknya, suatu reaksi yang sama juga belum tentu timbul akibat adanya stimulus yang serupa Azwar, 1991. Skinner dalam Walgito 2003 membedakan perilaku menjadi perilaku yang alami innate behavior dan perilaku operan operant behavior. Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yakni yang berupa refleks-refleks dan insting-insting, sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku yang reflektif merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme yang bersangkutan. Pada manusia perilaku psikologis atau operan inilah yang dominan, sebagian besar perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, diperoleh, dipelajari melalui peroses belajar. b. Pembentuk Sikap dan Perilaku Komponen sikap ada tiga yaitu, komponen kognisi yang hubungannya dengan belief, ide dan konsep. Komponen afektif yang menyangkut kehidupan emosional seseorang. Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku Mar’at, 1984. Begitu juga dengan Ahmadi 1999 yang menyatakan bahwa sikap mempunyai tiga aspek. Antara lain aspek kognitif dimana aspek tersebut berhubungan dengan gejala mengenal fikiran, aspek afektif yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu, dan aspek konatif yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek. Tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga komponen sikap yang melekat pada diri seseorang. Antara lain komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. commit to user 20 Demikian halnya Wortman 2004 yang mengemukakan bahwa sikap mempunyai tiga komponen, antara lain komponen kognisi yaitu apa yang kita percaya atau kita pikirkan, komponen emosional tentang bagaimana kita merasakan, dan komponen tingkah laku tentang bagaimana kita bertindak. Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan action, belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu obyek, berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang bergunaberharga sikap positif atau tidak berhargaberguna sikap negatif. Sikap merupakan sesuatu yang bersifat agak kompleks, yang mengandung komponen-komponen atau aspek-aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspekkonatif Winkel, 1991. Sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku, karena sikap itu berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar, dan motivasi. Sikap attitude adalah kesiap-siagaan mental, yang diorganisasi melalui pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, obyek, dan situasi yang berhubungan dengannya Gibson et all, 1994. Menurut Azwar 1991, sikap sosial tertentu dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interkasi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama. Walgito 2003 memaparkan bahwa sikap tidak dibawa sejak dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh commit to user 21 individu pengalaman, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan dan pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semua ini akan berpengaruh pada sikap yang ada dalam diri seseorang. Sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif terhadap obyek tersebut berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan penghayatan individu. Sikap dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia mengamati suatu obyek psikologik dari kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Sedangkan obyek psikologik ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar dan sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadapapa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan belief terhadap obyek tersebut Mar’at, 1984. Ahmadi 1999 mengemukakan bahwa sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Kemudian terdapat tiga hal penting dalam pembentukan sikap dalam masa adolesen. Antara lain media massa, kelompok sebaya, dan kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagaaman, organisasi kerja, dan sebagainya. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap terbentuk karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terdiri dari: 1 Pengalaman pribadi Pengalaman kita sendiri menunjukkan bahwa mereka yang merasa bisa memahami orang lain dengan baik itu sebenarnya tidak mengerti apa-apa, baik orang lain maupun dirinya sendiri. commit to user 22 Seringkali ada hubungan ironis antara pendapat dan tabiatnya sendiri. Seringkali terjadi bahwa apa yang diyakininya benar tentang diri orang lain biasanya juga benar tentang dirinya sendiri. Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak bisa terlepas dari adanya pengalaman sensoris terdahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah satu kebiasaan. Karena kebanyakan aktivitas kita sehari-hari bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita mereaksi kepada isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan stimulus aslinya. Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman- pengalaman masa lampau Mahmud, 1990. Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat Azwar, 1991. Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan skill dengan situasi yang baru Susanto, 1974. Selain itu pengalaman juga dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya pengetahuan yang dimiliki petani. 2 Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tindak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempenagruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasa dianggap commit to user 23 penting bagi kita adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau suami. Pada umumnya individu bersikap kompromis atau searah dengan seseorang yang dianggap penting Azwar, 1991. Sebagaimana kita ketahui bahwa lingkungan masyarakat yang tradisional masih tertanam penghormatan yang besar terhadap pemimpin masyarakat. Sesungguhnya demi untuk suksesnya pembangunan dan tercapainya kemakmuran dalam masyarakat sendiri, maka sikap hidup tradisional itu perlu diubah dan disesuaikan dengan cara yang tepat. Disinilah pentingnya peranan daripada faktor kepemimpinan sebagai perluasan komunikasi massa, penyuluhan, dan pendidikan masyarakat Kamaluddin, 1998. Kebanyakan keputusan tentang pertanian masih dibuat petani secara perorangan. Akan tetapi, ia membuat keputusan- keputusan tersebut dalam rangka memenuhi hasrat untuk memberikan sesuatu yang lebih baik bagi keluarganya. Oleh karena itu, mereka tergantung kepada hasil yang didapat dari usahatani. Anggota-anggota keluarganya mungkin memberikan tekanan kepada petani dalam mengambil keputusan. Di pihak lain hasrat petani untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya meruapkan dorongan yang efektif dalam banyak hal untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Keputusan-keputusan yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat di mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat di sekitarnya mempunyai arti yang penting Soetriono et all, 2006. 3 Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dewasa ini dipengaruhi oleh suatu perkembangan yang pesat, dan manusia modern sadar akan hal ini. Lebih dari dulu manusia dewasa ini sadar akan kebudayaannya. commit to user 24 Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong manusia agar dia secara kritis menilai kebudayaan yang sedang berlangsung. Menurut Peursen 1988 terdapat tiga tahap dalam kebudayaan kita. Antara lain tahap mitis dimana sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib sekitarnya, tahap ontologis dimana sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal ikhwal, kemudian tahap fungsionil yaitu sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam manusia modern. Kebudayaan adalah cara berfikir, cara merasa, cara meyakini dan menganggap. Kebudayaan adalah pengetahuan yang dimiliki warga kelompok yang diakumulasi dalam memory manusia, dalam buku dan obyek-obyek untuk digunakan di masa depan. Suatu kebudayaan diperoleh melalui proses belajar oleh individu-individu sebagai hasil interaksi anggota-anggota kelompok satu sama lain, sehingga kebudayaan juga bersifat dimiliki bersama Suparlan, 1984. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang yang memberikan corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya Azwar, 1991. Kebudayaan culture berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan, dan lain-lain kepandaian Shadily,1999. commit to user 25 Dalam Mardikanto 1996 kebudayaan, diartikan sebagai pola perilaku yang dipelajari oleh setiap warga masyarakat baik oleh setiap individu maupun oleh kelompok-kelompok sosial yang ada dan diteruskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan dan moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Sebagai pola perilaku sudah sewajarnya jika kebudayaan akan merupakan suatu kekuatan yang mempengaruhi efektifitas inovasi yang direncanakan untuk mengubah perilaku petani. 4 Media massa Shannon dalam Saleh 2004 menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang membuat pengetahuan kita berubah, yang secara logis mensahkan perubahan, memperkuat atau menemukan hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki. Seperti Yusup 1995 yang mengungkapkan bahwa fungsi informasi bisa berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya. Namun, setidaknya yang utama adalah sebagai data dan fakta yang dapat membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelas hal- hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi untuk peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang. Nyatanya, informasi itu banyak fungsinya. Tidak terbatas pada salah satu bidang atau aspek saja, melainkan menyeluruh, hanya bobot dan manfaatnya yang berbeda karena disesuaikan dengan kondisi yang membutuhkannya. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabat, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang Azwar, 1991. Media massa commit to user 26 merupakan salah satu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya Ahmadi, 1999. Media massa mempunyai pengaruh dalam membentuk suatu wacana publik. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur-unsur subyektif itu, terbentuklah sikap Sastraatmadja, 1993. 5 Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduannya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu Azwar, 1991. Tujuan pendidikan adalah untuk menawarkan pengalaman yang akan mengubah sesorang ke arah yang lebih baik. Hal tersebut dicontohkan dengan adanya kesopanan siswa, atau mungkin digambarkan sebagai bentuk kesuksesan seseorang dalam masyarakat tertentu Krasner dan Ullman, 1973. Seperti diketahui, lembaga pendidikan sifatnya bermacam- macam diantaranya bersifat formal, informal dan non formal. Pendidikan formal, dapat dilihat dari pendidikan yang pernah dialami dalam hal ini petani melalui sekolah-sekolah, dari jenjang tertinggi dari suatu tingkatan pendidikan formal yang tersedia Mardikanto, 1993. commit to user 27 Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir yang berada diluar system pendidikan sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar yang terkontrol Mardikanto dan Sutarni, 1982. Begitu juga Azwar 1995 yang mengemukakan bahwa pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah. Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non formal. Menurut Suhardiyono 1992, pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang yang memenuhi keperluan khusus. Salah satu contohnya adalah penyuluhan pertanian. Demikian halnya dengan Azwar 1995 yang menyatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah perilaku sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap inovasi sesuatu informasi baru, serta terampil melaksanakan kegiatan.

B. Kerangka Pemikiran