STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA CANDI SUKUH DI KABUPATEN KARANGANYAR

(1)

commit to user

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN

OBJEK WISATA CANDI SUKUH DI KABUPATEN KARANGANYAR

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Progam Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

Oleh :

RAHMAT TRI WAHYUDI C9408048

PROGRAM DIII USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

1. Be My Self.

2. Hidup itu adalah sebuah perjuangan.

3. Pantang menyerah dalam menghadapi segala permasalahan dan cobaan hidup.

4. Jadikan hari ini menjadi pijakan untuk menempuh dan menjalani kembali

hari esok.

5. Lakukan apa yang dapat kamu lakukan hari ini, jangan menunggu hari esok karena hari esok belum tentu mendapatkan kesempatan seperti hari ini (Penulis).


(5)

commit to user

v Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada :

Ayahanda Kusbani dan Ibunda Tundjung Rochmini yang selalu memberikan support serta limpahan kasih sayang yang berlebih kepada penulis.


(6)

commit to user

vi

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir ini disusun untuk diajukan sebagai persyaratan guna mendapat gelar Ahli Madya Jurusan Usaha Perjalanan Wisata di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul “ Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar ”.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis mengalami banyak kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan – kesulitan yang timbul dapat terselesaiakan dengan baik. Oleh karena itu merupakan suatu kebahagian apabila dalam kesempatan ini bagi penulis dapat mengucapkan terima kasih atas segala bentuk bantuannya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh pembantu Rektor.

2. Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph. D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta serta seluruh karyawan.

3. Ibu Dra. Isnaini WW, M.Pd selaku ketua program jurusan D III Usaha Perjalanan Wisata dan seluruh dosen pengampu yang sudah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.


(7)

commit to user

vii

Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikan Tugas Akhir ini.

5. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S, M.Hum selaku pembimbing Tugas Akhir

milik penulis yang sudah dengan sabar membimbing dan memberikan arahan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

6. Ibu Umi Yuliati, S.S, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

berkenan membimbing selama masa perkuliahan penulis.

7. Ibu Syarifah Husna Barokah selaku Tata Usaha Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata, terimakasih atas segala bantuan dan saran – sarannya sehingga terselesaikan Tugas Akhir ini.

8. Bapak Ir. Soekarno, MT selaku Kepala Sub. Bagian Perencanaan di Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan banyak informasi mengenai strategi pengembangan objek wisata Candi Sukuh.

9. Bapak Soeripto, SE selaku Kepala Seksi Promosi Wisata Bidang

Pemasaran di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan banyak informasi mengenai strategi pemasaran objek wisata Candi Sukuh.


(8)

commit to user

viii

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan informasi segala sesuatu mengenai objek wisata Candi Sukuh.

11.Ayahanda Kusbani dan Ibunda Tundjung Rochmini selaku orangtua

penulis yang senantiasa selalu memberikan dukungan moril serta materi didalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

12.Sahabat–sahabat terbaikku Intan Andjasmoro K, Dwi Setyawan,

Muhamad Arif M, Icas Satria W yang selalu memotivasi penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

13.Seluruh teman Jurusan D III Usaha Perjalanan Wisata angkatan 2008, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

14.Semua teman-teman basket Culture Streetball Solo, dan team basket Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

15.Teman – teman Band Dark To Night yaitu Amak, Ricko Adirangga, Andre

Pratama A, dan Rudi Supriyono yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

16.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu demi kelancaran penulisan Tugas Akhir ini.


(9)

commit to user

ix

ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan penulis dalam pengembangan serta pengetahuan yang penulis miliki. Semoga Tugas Akhir ini berguna untuk menambah pengetahuan bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan pertolongan, anugrah yang baik dan segala berkah-Nya atas bimbingan dan bantuan semua pihak yang telah membantu penulis selama proses penyusunan Tugas Akhir ini serta semoga dapat memberi manfaat bagi semua dan ilmu pengetahuan pada saat ini dan masa yang akan datang.

Surakarta, 18 Juli 2011


(10)

commit to user

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAKSI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kajian Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 21

G. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II PROFIL DAN POTENSI CANDI SUKUH A. Profil Objek Wisata Candi Sukuh 1. Objek Wisata Candi Sukuh ... 26

2. Sejarah Singkat Candi Sukuh ... 32

3. Lokasi Candi Sukuh ... 34


(11)

commit to user

xi

1. Attraction ( Daya Tarik Wisata ) ... 48

2. Accessibility ( Aksesibilitas ) ... 50

3. Amenities ( Fasilitas ) ... 53

4. Ancilarry ( Kelembagaan ) ... 54

5. Activity ( Aktivitas ) ... 54

C. Analisis SWOT Objek Wisata Candi Sukuh ... 55

BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN CANDI SUKUH A. Strategi Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh 1. Strategi Pengembangan Candi Sukuh .. 56

2. Strategi Pengembangan Produk Wisata 63

3. Strategi Pengembangan Tata Ruang Candi Sukuh 64

4. Strategi Pengembangan Infrastruktur Candi Sukuh .. 64

5. Arahan Pengembangan WPP 65

6. Arahan Pengembangan Candi Sukuh 66

B. Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh 67

C. Strategi Pemasaran dan Promosi Objek Wisata Candi Sukuh 1. Strategi Pemasaran dan Promosi ... 74

2. Meningkatkan kegiatan promosi 75

3. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 78

4. Program Pengembangan Kemitraan 88

D. Realisasi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata 90

E. Kendala Dalam Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh 91

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN


(12)

commit to user

xii

GRAFIK Halaman

Grafik 1 Kunjungan Wisnus di Candi Sukuh ... 80


(13)

commit to user

xiii

TABEL Halaman

Tabel 1 Analisis SWOT ... 56

Tabel 2 Kunjungan Wisnus di Candi Sukuh ... 79

Tabel 3 Kunjungan Wisman di Candi Sukuh ... 82


(14)

commit to user

xiv

Lampiran 1 : Surat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar

Lampiran 2 : Surat Badan Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Karanganyar

Lampiran 3 : Surat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Karanganyar

Lampiran 4a : Daftar Informan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar

Lampiran 4b : Daftar Informan Pengunjung Wisnus dan Wisman Objek Wisata Candi Sukuh

Lampiran 5 : Gambar Relief Pertama dan Kedua

Lampiran 6 : Gambar Relief Ketiga dan Keempat

Lampiran 7 : Gambar Relief Kelima dan Prasasti Candi Sukuh

Lampiran 8 : Gambar Patung Sang Garuda dan Bangunan Lain Candi Sukuh.

Lampiran 9 : Gambar Pintu Masuk Utama Candi Sukuh

Lampiran 10 : Gambar Bangunan Utama Candi Sukuh

Lampiran 11 : Gambar Tiket Masuk Wisnus dan Wisman Candi Sukuh

Lampiran 12 : Gambar Halaman Depan dan Papan Penjelasan Candi Sukuh

Lampiran 13 : Gambar Batu Peresmian dan Taman Candi Sukuh


(15)

commit to user

xv

Rahmat Tri Wahyudi C9408048, Program DIII Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta menulis Tugas Akhir berjudul “Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar”.

Tugas Akhir ini mengkaji tentang Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh. Penyusunan ini bertujuan yaitu untuk mengetahui latar belakang dan sejarah berdirinya Candi Sukuh, untuk mengetahui profil dan potensi yang dimiliki Candi Sukuh, untuk mengetahui strategi pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Karanganyar, untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu analisis diskriptif. sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumen dan kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh sudah bagus, yaitu menyusun strategi pengembangan pariwisata dengan langkah pengembangan produk wisata, tata ruang, infrastruktur, WPP dan arahan pengembangan objek wisata Candi Sukuh. Selain itu melakukan kegiatan promosi objek wisata Candi Sukuh yaitu promosi melalui website, Karisma Pawirogo, Java Promo dan lain sebagainya.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwasanya strategi pengembangan dan pemasaran dapat dilakukan dengan baik maka suatu kawasan atau obyek wisata akan dapat berkembang dengan pesat, dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, biaya yang cukup dan masyarakat yang sadar wisata.


(16)

commit to user 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan, lebih dari itu pariwisata dengan ragam motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan persediaan-persediaan lain. Permintaan akan barang dan jasa ini terus meningkat sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia. Sebagai akibat perkembangan-perkembangan tersebut, motivasi-motivasi untuk mengadakan perjalanan menjadi lebih kuat, lebih-lebih setelah ditunjang oleh kemajuan-kemajuan di bidang teknologi, hasrat untuk mengadakan perjalanan lebih mudah terpenuhi. Serta dapat disaksikan betapa deras arus perjalanan manusia dalam rangka berwisata meski motivasi mereka kadangkala berbeda-beda.

Pada hakikatnya berwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Secara umum pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan pembangunan, membuka lapangan usaha baru, membuka lapangan kerja,


(17)

commit to user

dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli daerah, apabila dikelola dan dikembangkan secara maksimal.

Keadaan inilah yang mendorong para pelaku wisata untuk menyediakan sarana dan prasarana yang vital dalam dunia kepariwisataan. Sarana dan prasarana itu sangat diperlukan untuk menarik minat wisatawan mengunjungi suatu objek wisata. Semakin lengkapnya sarana dan prasarana yang ada di suatu objek wisata akan membuat wisatawan nyaman dan betah menikmati objek wisata tersebut.

Indonesia memiliki objek wisata budaya yang sangat terkenal di seluruh dunia. Objek wisata budaya yang dimiliki Indonesia kebanyakan berupa candi. Candi-candi yang ada di Indonesia masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda, sebab ada candi yang bercorak agama Hindu dan ada candi yang bercorak agama Budha. Meskipun telah ada beberapa candi di Indonesia yang telah terkenal di dunia Internasional. Indonesia masih memiliki beberapa candi yang belum diketahui oleh masyarakat luas atau bahkan belum tersentuh sama sekali. Hal ini disebabkan lokasinya yang sulit untuk dijangkau.

Indonesia dikenal memiliki kebudayaan dan peninggalan seni budaya yang beragam. Mulai dari seni bangunan, kriya, bahasa, norma kehidupan sosial, adat istiadat dan berbagai seni budaya yang tak terhitung jumlahnya. Kebudayaan dan peninggalan seni budaya tersebut mempunyai nilai yang tinggi dan beberapa diantaranya diakui oleh dunia sebagai warisan budaya asli “heritage of” Indonesia.


(18)

Seni budaya yang masih banyak dijumpai di Indoensia antara lain bangunan candi, keris, wayang, seni pertunjukan tari tradisional, gamelan, kethoprak kemudian batik, topeng, adat kebiasaan seperti upacara-upacara ritual, dan lainnya.

Candi merupakan peninggalan budaya bangsa Indonesia yang memiliki nilai sejarah yang sangat berharga. Peninggalan candi banyak tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah terbanyak berada di pulau Jawa. Candi Borobudur dan candi Prambanan adalah beberapa candi yang sangat dikenal bahkan sampai ke mancanegara. Tidak hanya candi Borobudur, candi Prambanan dan beberapa candi besar lainnya, namun indonesia juga memiliki banyak candi yang berukuran lebih kecil dan memiliki ciri khas yang berbeda.

Candi Muara Takus di Riau, Biaro Bahal di Sumatera Utara, atau candi Agung di Kalimantan Timur, menunjukkan candi bukan milik Pulau Jawa saja. Istilah candi digunakan untuk menyebutkan sebuah bangunan yang berasal dari masa klasik sejarah Indonesia, yaitu dari kurun waktu abad ke-5 M hingga ke-16 M. Candi dapat berupa bangunan kuil yang berdiri sendiri atau berkelompok. Dapat pula berupa bangunan berbentuk gapura beratap (Paduraksa) dan tidak beratap (Candi Bentar). Petirtaan yang dilengkapi kolam dan arca pancuran juga kerap disebut candi.


(19)

commit to user

Candi yang berada di daerah lain seperti Sumatera Utara dikenal istilah ”biaro” dan di Jawa Timur istilah ”cungkub”. Namun masyarakat lebih mengenal istilah candi, apa pun jenis bangunan kuno (termasuk reruntuhan) serta di mana pun letak candi berada. Kata ”candi” berasal dari salah satu nama yang diberikan kepada Dewi Durga, yakni permaisuri Dewa Siwa. Dewi Durga disimbolkan sebagai Dewi Maut yang disebut dengan “candika”. Istilah candi kemudian digunakan untuk menyebutkan bangunan peninggalan pada jaman Indonesia purba.

Candi merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan kuno yang pernah ada di Indonesia, seperti Mataram Hindu, Singasari, Majapahit, dan Sriwijaya. Candi Borobudur dan Candi Prambanan (Roro Jonggrang) adalah bukti-bukti kejayaan Kerajaan Mataram dari abad ke-8 hingga ke-11. Candi Singasari, Kidal, dan Jago merupakan sisa-sisa kebesaran Kerajaan Singasari, dari abad ke-11 hingga ke-13. Candi Tikus, Bajangratu, Brahu, dan Wringin Lawang adalah peninggalan Kerajaan Majapahit dari abad ke-13 hingga ke-15. Candi-candi di sekitar Muara Jambi diduga merupakan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 hingga ke-11.

Candi-candi di Indonesia umumnya bercirikan agama Budha (terutama aliran Mahayana dan Tantrayana) dan agama Hindu (terutama aliran Siwaisme). Candi bersifat Budha dikenal lewat arca Budha dan bentuk stupa, misalnya Borobudur dan Mendut. Sementara itu, Candi bersifat Hindu mempunyai arca-arca dewa-dewi di


(20)

dalamnya, misalnya Prambanan dan Dieng. Uniknya, beberapa candi bersifat campuran Siwa-Budha, antara lain Singasari dan Jawi di Jawa Timur.

Candi di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan langgam seninya menjadi tiga bagian. Pertama, langgam Jawa Tengah Utara. Contohnya Candi Gunungwukir, Badut, Dieng, dan Gedongsongo. Kedua, Langgam Jawa Tengah Selatan misalnya Candi Kalasan, Sari, Borobudur, Mendut, Sewu, Plaosan, dan Prambanan. Ketiga, langgam Jawa Timur, termasuk candi-candi di Bali, Sumatera dan Kalimantan. Contohnya Candi Kidal, Jago, Singasari, Jawi, Panataran, Jabung, Muara Takus dan Gunung Tua. Ditilik dari corak dan bentuknya, pada dasarnya candi di Jawa Tengah Utara tidak berbeda dari candi-candi Jawa Tengah Selatan. Hanya candi-candi di Jawa Tengah Selatan lebih mewah dan lebih megah dalam bentuk dan hiasan dibandingkan candi-candi Jawa Tengah Utara.Perbedaan yang nyata terdapat pada candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Umumnya candi langgam Jawa Tengah berbentuk tambun, atapnya berundak-undak, reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis, menghadap ke Timur, letak candi di halaman utama, gawang pintu dan relung berhiaskan kala makara serta berbahan batu andesit. Sementara itu, candi langgam Jawa Timur berbentuk ramping, atapnya merupakan perpaduan tingkatan, puncaknya berbentuk kubus, makara tidak ada hanya hiasan atasnya diberi kepala kara, reliefnya timbul sedikit, lukisannya simbolis menyerupai wayang kulit, letak candi di halaman belakang, menghadap ke


(21)

commit to user

barat dan berbahan batu bata. Sejumlah arkeolog menamakan gaya seni candi berdasarkan aspek zaman dan periode, yaitu gaya Mataram Kuno (abad VIII-X), gaya Singasari (abad XII-XIV), dan gaya Majapahit (abad XIII-XV).

Dahulu candi di Indonesia digunakan sebagai pemujaan terhadap nenek moyang (makam). Ada beberapa candi yang berfungsi sebagai stupa (candi Borobudur), sebagai wihara (candi Sari), sebagai istana (candi Boko), sebagai petirtaan / pemandian (taman sari) dan sebagai gapura (candi Bajang Ratu). Penggunaan candi sebagai tempat pemujaan dilakukan masyarakat (Jawa bahkan hingga sekarang) karena dianggap roh nenek moyangnya akan pergi menuju ke Yang Kuasa.

Gunung Mahameru dianggap sebagai tempat yang tinggi makna simboliknya, yakni makna-makna sakral, lebih dekat dengan Yang Kuasa dan kekuasaan yang lebih tinggi. Oleh karena itu candi-candi di Indonesia banyak yang “bersandar” di gunung yakni didirikan di tempat dataran yang tinggi, lereng atau area sekitar gunung-gunung. Lokasi candi yang berada di gunung ini membuat lokasi candi biasanya berada di luar pusat-pusat kerajaan kuno di Indonesia.


(22)

Pendirian candi-candi yang ada di Indonesia mempunyai maksud, fungsi dan tujuan. Setiap candi biasanya memiliki relief yang merupakan cerita, tuntunan nilai-nilai yang tinggi dari pendirinya, dari cerita Ramayana, Mahabarata hingga relief-relief yang melukiskan kejayaan suatu kerajaan. Setiap candi mempunyai ciri dan keunikan tersendiri, salah satunya adalah candi Sukuh. Situs candi ini sangat unik, baik dilihat dari bentuk candi secara umum maupun dari relef-relief yang dipahat di dalamnya.

Menurut sejarah, Candi Sukuh dibangun pada sekitar abad ke-15 oleh masyarakat Hindu Tantrayana. Candi ini dibangun pada masa akhir runtuhnya Kerajaan Majapahit yang berpaham Hindu. Pada waktu itu para pengikut setia Kerajaan Majapahit yang runtuh diserang Kerajaan Demak (berpaham Islam) melarikan diri ke lereng Gunung Lawu, kemudian membangun candi ini.

Penelitian ini menitikberatkan pada masalah yang menyangkut strategi pengembangan dan pemasaran objek wisata Candi Sukuh yang keberadaannya kurang mendapat perhatian dari wisatawan domestik maupun mancanegara karena lokasinya yang lumayan sulit dijangkau. Untuk itu diharapkan dalam penelitian ini bisa membantu mengulas tentang permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh.


(23)

commit to user B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah profil dan potensi yang dimiliki objek wista Candi Sukuh ?

2. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten

Karanganyar untuk mengembangkan dan memasarkan objek wisata Candi Sukuh?

3. Kendala - kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan dan pemasaran

objek wisata Candi Sukuh ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya tugas akhir ini guna untuk :

1. Untuk mengetahui profil dan potensi yang dimiliki objek wisata Candi Sukuh.

2. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten

Karanganyar dalam mengembangkan dan memasarkan objek wisata Candi Sukuh.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pengembangan dan pemasaran objek wisata Candi Sukuh.


(24)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan informasi yang berguna bagi pembaca pada khususnya dan juga pelaku usaha pariwisata pada umumnya.

2. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

3. Guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta.

E. Kajian Pustaka

1. Landasan Teori

a. Pengertian Pariwisata:

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. (UU no.10/2009)


(25)

commit to user

Pengertian Pariwisata adalah Perjalanan untuk bersenang-senang. Sedangkan definisi pariwisata di dalam “ Ensiklopedi Nasional Indonesia “ dikatakan

bahawa pariwisata atau tourism merupakan kegiatan perjalanan seseorang atau serombongan orang dari tempat tinggal asal ke suatu tempat di kota lain atau negara lain. Secara umum pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wistawan. Secara teknis pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain.

4 (empat) kriteria perjalanan pariwisata:

1) Tujuannya semata-mata untuk bersenang-senang;

2) Dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain;

3) Dilakukan minimal 24 jam;

4) Perjalanan tidak dikaitkan dengan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi dan orang melakukan perjalanan itu semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjunginya.

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan perjalanan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pengertian wisata itu megandung beberapa unsur yaitu , kegiatan perjalanan, dilakukan secara sukarela, dan bersifat sementara. Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian


(26)

bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. (undang – undang kepariwisataan No. 10 tahun 2009).

Berdasarkan ketentuan WATA ( World Assosiation of Travel Agents )

wisata adalah perjalanaan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalannan di dalam kota dan yang acaranya antara lain mencakup melihat-lihat di berbagai tempat atau kota, baik di dalam maupun luar negeri.

Setelah memahami tentang istilah dan pengertian tentang pariwisata berikutnya dikemukakan bentuk dan jenis pariwisata.

1) Bentuk Pariwisata

Nyoman S.Pendit dalam bukunya Ilmu Pariwisata Sebuah

Pengantar Perdana mengemukakan bentuk pariwisata dapat dibagi

menurut beberapa kategori antara lain:

1. Menurut asal wisatawan:

a. Dari dalam negeri disebut juga pariwisata domestik atau pariwisata nusantara.

b. Dari luar negeri disebut juga pariwisata internasional atau pariwisata mancanegara.


(27)

commit to user

2. Menurut akibat terhadap neraca pembayaran:

a. Pariwisata aktif yaitu kedatangan wisatawan dalam negeri memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negeri.

b. Pariwisata pasif yaitu warga negara yang keluar negeri memberi efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri.

3. Menurut jangka waktu:

a. Pariwisata jangka pendek apabila wisatawan yang

berkunjung ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) hanya beberapa hari saja.

b. Pariwisata jangka panjang apabila wisatawan yang

berkunjung ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) waktunya sampai berbulan-bulan.

4. Menurut jumlah wisatawan:

a. Pariwisata tunggal apabila wisatawan yang bepergian hanya seorang atau sekeluarga.

b. Pariwisata rombongan apabila wiasatwan yang bepergian satu kelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai 20 orang atau lebih.


(28)

5. Menurut alat angkut: a. Pariwisata Udara. b. Pariwisata Laut. c. Pariwisata Kereta Api. d. Pariwisata Mobil. 2) Adapun pariwisata dibagi menjadi :

a. Wisata Budaya

Perjalanan wista yang bertujuan untuk mempelajari adat istiadat, budaya, tata cara kehidupan masyarakat dan kebiasaan yang terdapat didaerah atau negara yang dikunjungi.

b. Wisata Kesehatan

Perjalanan wisata dengan tujuan untuk sembuh dari suatu penyakit atau untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani. Wisata ini disebut juga Wisata Pulih Sembuh.

c. Wisata Olahraga

Perjalanan wisata dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan olahraga misalnya; Olympiade, Thomas Cup, Pra Piala Dunia dan SeaGames.


(29)

commit to user

d. Wisata Komersial

Perjalanan wisata untuk tujuan yang bersifat komersial ataupun dagang.

e. Wisata Kuliner

Perjalanan wisata yang bertujuan untuk menikmati

keanekaragaman makanan yang terdapat di daearah atau negara yang dikunjungi.

f. Wisata Pertanian

Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan

mengunjungi pertanian, perkebunan untuk tujuan study, dan riset atau study banding.

g. Wisata Maritim atau Bahari

Wisata yang sering dikaitkan dengan olahraga air, seperti berselancar, menyelam, berenang, dan lain sebagainya. Objeknya adalah pantai, laut, sungai, kepulauan, termasuk taman laut. Karena kegiatannya di air, wisata ini disebut juga wisata Tirta.


(30)

h. Wisata Cagar Alam

Kegiatan berkunjung ke daerah cagar alam. Di samping itu untuk mengunjungi binatang atau tumbuhan yang langka juga, untuk tujuan menghirup udara segar dan menikmati keindahan alam.

i. Wisata Industri

Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa untuk berkunjung ke suatu industri yang besar guna mempelajari atau meneliti industri tersebut.

j. Wisata Bulan Madu

Perjalanan dalam jenis wisata ini adalah orang yang sedang berbulan madu atau pengantin baru. Agen perjalanan atau Biro perjalanan yang menyelenggarakan wisata ini biasanya menyediakan fasilitas yang istimewa atau khusus. Diharapkan agar wistawan benar-benar menikmati bulan madu dengan kesen-kesan khusus, indah dan meninggalkan kenangan yang istimewa bagi bulan madu mereka.


(31)

commit to user b. Strategi Pengembangan Pariwisata :

Pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia, memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara, atau hasil

kerja mengembangkan, sedangkan mengembangkan berarti membuka, memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik. Selain itu pengembangan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan suatu objek / hal agar menjadi lebih baik dan mempunyai hasil guna bagi kepentingan bersama. Pengembangan pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perjalanan wisata, tamsya, dan rekreasi agar menjadi lebih baik dan memberi manfaat bagi publik yang mengkonsumsinya.

Berdasarkan UU No. 10 tahun 2009 tentang pokok-pokok kepariwisataan pasal 12 dinyatakan bahwa penyelenggaraan atau pengembangan kepariwisataan adalah bertujuan untuk :

(1) Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan

memperhatikan aspek:

a. sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata;


(32)

c. lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;

d. perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

e. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;

f. kesiapan dan dukungan masyarakat; dan

g. kekhususan dari wilayah.

(2) Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi

dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(3) Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat.


(33)

commit to user

Dalam mengembangkan pariwisata ada pula beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Wisatawan

Harus diketahui karateristik dari wisatawan, dari negara mana mereka datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan wisata.

2. Transportasi

Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju. 3. Atraksi / objek wisata

Bagaimana atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat berikut, apa yang dilihat, apa yang dapat dilakukan, dan apa yang dapat dibeli di ODTW yang dikunjungi.

4. Fasilitas Pelayanan

Fasilitas apa yang tersedia di ODTW tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum seperti bank / money


(34)

5. Informasi dan Promosi

Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflet / brosure harus disebarkan sehingga calon wisatawan dapat mengetahui tiap paket wisata agar cepat mengambil keputusan.

(Oka A. Yoeti, 1997 ; 3). c. Pemasaran Pariwisata :

Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.

Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini.

Definisi yang diberikan sering berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan para ahli tersebut dalam memandang dan meninjau pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan kegiatan pemasaran, seseorang berusaha menawarkan sejumlah barang atau jasa dengan sejumlah nilai ke berbagai macam kelompok sosial untuk memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Definisi


(35)

commit to user

pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands).

d. Pengertian Manajemen Pemasaran

Penanganan proses pertukaran memerlukan waktu dan keahlian yang banyak. Manajemen pemasaran akan terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang diinginkannya.

Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait.

Manajemen pemasaran dapat diterapkan pada semua bidang usaha. Dalam manajemen terdapat fungsi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan atau penerapan serta pengawasan. Tahap perencanan merupakan tahap yang menentukan terhadap kelangsungan dan kesuksesan suatu organisasi pemasaran. Proses perencanaan merupakan satu proses yang selalu memandang ke depan atau pada kemungkinan masa akan datang termasuk dalam pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk mencapai tujuan pemasaran.


(36)

Beberapa pengertian pemasaran dapat dimengerti dalam mendukung pemasaran, secara teoritis yaitu berkaitan dengan permasalahan manajemen pemasaran pariwisata;

Adapun pengertian-pengertian tentang pemasaran antara lain :

1) Menurut Salah Wahab, dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran Pariwisata, pemasaran adalah suatu cara dalam menjalankan

suatu usaha, dan menitikberatkan perhatian terhadap pelanggan dari pada produk ( Salah Wahab, 1997 ; 28).

2) Menurut Ating Tedjasutisna dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran memberikan pengertian bahwa pemasaran adalah usaha

peningkatan tentang keinginan dan kebutuhan para konsumen terhadap produk maupun jasa. Dengan kata lain pemasaran merupakan usaha menciptakan dan mengarahkan standar hidup untuk kepentingan konsumen terhadap barang-barang dan jasa dengan tujuan memperoleh kepuasan (Ating Tedjasutisna, 1987 ; 20).

3) Menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian

yaitu; pemsaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan nama perorangan atau kelompok melalui perbuatan dan pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain (Philip Kotler, 1997 ; 5).


(37)

commit to user

F. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Objek Wisata Candi Sukuh di kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dan kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam melakukan pengumpulan data ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu ;

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara atau tatap muka secara langsung dengan kepala bagian objek wisata Dinas Pariwisata dan Kebudyaan Kabupaten Karanganyar yang bertugas sebagai pengurus Candi Sukuh yaitu dengan Sarjono, dan karyawan Dinas Pariwisata dan Kebudyaan Kabupaten Karanganyar yaitu Soeripto selaku Kepala Seksi Promosi Wisata dan Soekarno selaku Kepala Sub. Bag Perencanaan.


(38)

b. Observasi

Observasi merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan informasi ( data primer ) secara langsung pada kegiatan yang berhubungan dengan strategi pengembangan dan pemasaran pariwisata objek wisata Candi Sukuh, serta mencatat hal-hal penting yang mendukung penelitian pada tanggal 20 - 28 Mei 2011.

c. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu penelitian dalam memahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu interpretasi data. Selain itu, dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun analisis dan melakukan validitas data. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar buku tamu yang berisi nama dan asal wisatawan untuk memperoleh data dalam penyusunan tabel kunjungan wisata di objek wisata Candi Sukuh, buku Profil Budaya Kabupaten

Karanganyar tahun 2010, buku Target dan Realisasi PAD (Pendapatan

Asli Daerah) tahun 2001-2010, dan juga tabel kunjungan wisatawan Kabupaten Karanganyar yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar mengenai objek wisata Candi Sukuh.


(39)

commit to user

d. Kepustakaan

Sumber data kepustakaan diperlukan untuk melengkapi data yang belum diperoleh dalam penyusunan tugas akhir yang diambil dari perpustakaan lab tour prodi DIII Usaha Perjalanan Wisata, berupa buku tentang kepariwisataan dan juga Tugas Akhir mahasiswa dan mahasiswi prodi DIII Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Teknik Analisa Data

Setelah mengumpulkan dan melihat data-data yang terkumpul selanjutnya data dianalisis dengan metode analisis deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta-fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah difahami dan disimpulkan. Analisis deskripsi ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu dan kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan pada data yang diperoleh.


(40)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam mengerjakan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan laporan.

Bab II Gambaran Umum Objek Wisata Candi Sukuh, bab ini berisikan

tentang profil sejarah dan potensi yang dimiliki oleh objek wisata candi sukuh.

Bab III Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh bab ini membahas tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar dalam mengembangkan dan memasarkan Candi Sukuh dan juga kendala-kendala yang dihadapi oleh dalam proses pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh tersebut.


(41)

commit to user 26

PROFIL DAN POTENSI OBJEK WISATA CANDI SUKUH

A. Profil Objek Wisata Candi Sukuh 1. Candi Sukuh

Candi Sukuh adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Dusun Sukuh, di lereng Gunung Lawu, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Bagi masyarakat modern, candi sukuh termasuk candi yang luar biasa. Di gerbang utama candi ini dilukiskan secara vulgar alat kelamin laki-laki (penis) dan alat kelamin perempuan (vagina) dalam keadaan “siap tempur”. Oleh sebab itu, orang sering menyatakan Candi Sukuh sebagai “candi jorok, candi porno, candi saru, atau candi norak, candi seks”. Namun pandangan seperti itu adalah sebuah pandangan yang sama sekali tidak benar.

Candi Sukuh adalah sebuah candi sakral dengan bentuk arsitek mirip piramida. Kehadiran lukisan penis dan vagina di dasar pintu masuk candi merupakan ajaran bahwa manusia harus mengenal ”asal-usul dumadi” yang tidak lain berasal dari air mani yang kemudian berproses di rahim ibu. Hal inilah yang hampir diajarkan oleh setiap ajaran agama di dunia manapun agar manusia tidak sombong karena berasal dari setitik air mani yang memancar. Candi Sukuh adalah candi yang menarik dari segi tata arsitektur. Candi tersebut mengambil bentuk piramida mirip dengan bentuk kuil di Inca, Meksiko atau piramit Mesir.


(42)

commit to user

tergambar dalam relief-relief yang relief-relief tersebut bersumber dari teks-teks Jawa Kuna dan Jawa Tengahan (Garudeya, Wirataparwa, Sudamala,

Bima Suci, dan Gatotkacasraya). Candi Sukuh adalah candi dari masa Hindu

yang di dalamnya bercampur antara kebudayaan prasejarah Jawa dengan kebudayaan Hindu. Di dalam Candi Sukuh muncul unsur-unsur Indonesia asli yang pada masa kejayaan Majapahit tenggelam akibat dominasi kebudayaan Hindu.

Bentuk arsitektur dan tata ruang Candi Sukuh berkaitan dengan makna simbolis yang menunjukan adanya pergeseran filosofi dari pemujaan dewa-dewa India ke pemujaan dewa-dewa-dewa-dewa kesuburan dalam kepercayaan lokal. Sebagai misal, pergeseran pemujaan dewa Siwa ke tokoh manusia (Sadewa) yang tercermin dalam teks Sudamala (Jawa Tengahan) yang kemudian

dijadikan dasar cerita ruwatan. Pergeseran ini juga tampak pada

kemenonjolan tokoh garuda daripada tokoh Wisnu dalam teks Garudeya

(Wirataparwa). Pergeseran lain tampak pula pada piktogram Bima dan Dewa

Ruci yang merupakan teks tentang kemenonjolan perjuangan spiritual Bima dalam mencari air suci (her banyu adi tirta wening) dibanding perjuangan lahiriah (peperangan).


(43)

commit to user masanya, di antaranya seperti:

1. Teks Samodramantana yang mengisahkan para dewa menguras

lautan untuk mendapatkan air amerta.

2. Teks Sudamala yang mengisahkan Sudamala atau Sadewa yang

berhasil meruwat Uma (Istri dewa Siwa) yang dikutuk menjadi Durga (raksasa siluman perempuan yang menakutkan).

3. Teks Gatotkacasraya yang mengisahkan Gatotkaca ketika membantu

perkawinan Abimanyu.

4. Nawa Ruci (Bima Suci) yang mengisahkan Bima ketika mencari air

suci dan ditengah lautan harus mengalahkan naga Sembur Nawa. Setelah tewasnya naga semburnawa, maka Dewa dijumpai Dewa Ruci yang menjelaskan tentang asal-usul dumadi.

5. Cerita Panji yang mengisahkan Panji berjuang untuk menemukan

istrinya sehingga terjadilah suatu kisah romantis penuh liku-liku (Zoetmulder, 1985 ; 56).

Sebagian besar candi-candi di Jawa, khususnya yang dibangun mulai abad ke-9, di dinding-dindingnya selalu dipahatkan relief dari teks-teks darmasastra. Relief yang paling spektakuler adalah relief Candi Prambanan yang memahatkan teks darmasastra Ramayana. Relief Candi Sukuh menyajikan relief dari teks-teks yang memiliki nilai lokal dan bukan teks


(44)

commit to user

sebagai teks carangan. Pergeseran relief dari teks darmasastra ke teks-teks carangan berkaitan dengan pergeseran nilai dalam masyarakat Jawa abad ke-15. Di antara teks-teks yang kemudian disebut sebagai teks-teks Jawa Tengahan dalam ekspresi kidung (bukan kakawin) adalah Dewaruci, Sudamala, Kidung Subrata, Panji Anggraeni, dan Sri Tanjung. (Sutarjo, 2008 ; 15).

Candi Sukuh sudah banyak dikaji para ahli sejak awal abad ke-19. Penelitian tentang Candi Sukuh dirintis oleh Raflles pada tahun 1817 dalam bukunya History of Java. Penelitian ini dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain, di antaranya sebagai berikut. Kajian tentang candrasengkala dan prasasti yang terdapat pada Candi Sukuh telah dilakukan oleh Van der Vlis pada tahun 1843. Menurut Vlis dalam bukunya Incription van de Candi Sukuh, relief-relief tertentu di Candi Sukuh mengandung angka tahun Saka yang dikenal dengan candrasengkala. Di antaranya, di awal gapura paling bawah terdapat relief raksasa yang memakan manusia yang dapat dinyatakan sebagai candrasengkala “gapura buto amangan wong” yang bermakna 1359 Saka atau 1437 Masehi.

Dari candrasengkala tersebut diketahui bahwa Candi Sukuh tidak dibangun bersamaan, melainkan setahap demi setahap. Hal ini tampak pada candra sengakala di candi utama yang berbunyi “katur karungu kram purusa

yang bermakna tahun 1362 Saka tau1440 Masehi. Menurut kajian Van der Vlis, di Candi Sukuh ditemukan candrasengkala berupa patung manusia


(45)

commit to user

dua buah berbetuk burung garuda. Akan tetapi, kedua patung itu berbeda. Patung yang satu bersayap, berbadan, berkaki, seperti manusia (

manusia-garuda) serta ada angka tahun 1362 Saka (1440 M) sedangkan yang lainnya

berstilir manusia, tetapi tidak bertangan serta tidak mengandung inskripsi (Diparta Karanganyar, 2010 ; 18). Penelitian tentang Candi Sukuh tersebut dilanjutkan oleh Muusses (1929) yang meneliti Sang Awikramawardhana sebagai saat-saat akhir Majapahit yang kemungkinan membangun Candi Sukuh.

Stutterheim (1925) meneliti tentang relief Ramayana di Indonesia. Sesuatu yang menarik perhatian Stutterheim di Candi Sukuh adalah relief tentang garuda yang mencengkeram gajah dan kura-kura untuk dimakan. Kisah ini adalah kisah garuda dalam mencari air (amrta) yang dalam tradisi Jawa terjelma juga dalam kisah Bima mencari air suci (Nawa Ruci). Tindakan garuda memakan gajah dan kura-kura ternyata merupakan bentuk ruwatan karena gajah dan kura-kura adalah sebuah makhluk yang terkena kutukan kemudian dimakannya gajah dan kura-kura tersebut justru menjadikannya kembali ke bentuk aslinya sebagai dewa (hlm 23). Candi Sukuh juga

mempertemukan tradisi Mahabharata dan Ramayana. Menurut kajian

Stuterheim, di Candi Suku terdapat relief yang menggambarkan Arjuna dengan bendera perangnya bergambar kera. Di pihak lain, terdapat relief Hanoman yang sedang menghadapi seseorang yang sedang tafakur.


(46)

commit to user

(1959). Dijelaskan bahwa relief vagina dan phalus secara naturalistik di Candi Sukuh adalah gambaran peristiwa mistik yang berkaitan dengan kesuburan dan kemakmuran. Di Candi Sukuh digambarkan juga adanya Dwarapala yang menyimpang dari gaya India dan muncul dengan langgam prasejarah Casparis tentang inskripsi (1950) yang di dalamnya Casparis membahas sedikti tentang prasasti di dalam Candi Sukuh yang pada umumnya prasasti tersebut sudah rusak dan sulit dibaca, meskipun prasasti tersebut muncul pada abad ke-14. Kesadaran tentang keunikan Candi Sukuh dengan candi-candi lainnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Plaosan dan candi-candi di Jawa Tengah pada umumnya telah dikemukanan oleh Sri Sugiyanti (2006).

Menurut Sri Sugiyanti, yang membedakan Candi Sukuh dengan candi lainnya terutama terletak pada bentuk arsitektur, tokoh-tokoh, dan relief-relief yang dipahatkan. Dari uraian di atas tampak bahwa aspek arsitektur dan tata ruang Candi Sukuh belum banyak dikaji orang. Unsur yang banyak dikaji adalah aspek naratif / relief. Kesulitan pengkajian aspek arsitektur dan tata ruang Candi Sukuh karena candi tersebut sudah menyimpang dari tuntunan percandian India.

Percandian India diatur dalam Vastusastra yang dihitung berdasar diagram-diagram yang disebut vastupursamandala. Sementara itu, Candi Sukuh menunjukkan konsep-konsep lokal mengenai ruwatan dan sangkan paran yang di dalamnya banyak dipengaruhi oleh paham filosofi asli Jawa.


(47)

commit to user

pola India memiliki alasan sosial dan kultural. Sukatno (2003) menjelaskan bahwa konsep mandala suatu candi tidak hanya berkait dengan konteks arsitektural bangunan candi yang suci.

Bangunan ini segera terasa pada amplifikasi penokohan relief-relief Candi Sukuh yang mengangkat tokoh Sadewa. Padahal, tokoh tersebut di

dalam Mahabharata (India) adalah tokoh pendukung setelah Arjuna.

Mengenai cerita yang mendasari relief, Candi Sukuh pernah dibahas oleh Callenfels (1925) yang membahas relief-relief yang ada hubungannya dengan Kisah Sudamala. Cerita Sudamala tersebut kemudian juga dibahas panjang lebar oleh Zoetmulder (1974) dalam bukunya Kalangwan yang menyoroti secara mendalam Kisah Sudamala dari sisi filologis dan sastra. Relief Candi Sukuh dan Kisah Sudamala pernah juga dibahas oleh Sri Mulyono (1978) ketika membahas mengenai tokoh Semar. Menurut Sri Mulyono, di Candi Sukuh tokoh Semar pertama-tama muncul dalam relief. Candi Sukuh juga disinggung oleh Holt (1967/2000) bahwa di kedua candi tersebut muncul unsur-unsur prehistoris dan penyajian alat seks secara vulgar. Arca-arca di Candi Sukuh mencerminkan nenek moyang masa purba.

2. Sejarah Singkat Penemuan Candi Sukuh

Situs candi Sukuh ditemukan kembali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan


(48)

commit to user

pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, yang berwarganegara Belanda melakukan penelitian. Pada tahun 1928, pemugaran dimulai. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam buku Van der Vlis yang berjudul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto. Penelitian terhadap Candi Sukuh kemudian dilanjutkan oleh Hoepermans pada tahun 1864-1867 dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java. Pada tahun 1889, Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap Candi Sukuh, yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada tahun 1910. (Diparta Karanganyar, 2010 ; 20)

Candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu dan diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-15 M. Berbeda dengan umumnya candi Hindu di Jawa Tengah, arsitektur Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya. Menurut ketentuan, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat yang paling suci terletak di tengah. Adanya penyimpangan tersebut diduga karena Candi Sukuh dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa. Memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa rupanya menghidupkan kembali unsur-unsur budaya setempat dari zaman Megalitikum.

Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan Candi Sukuh yang merupakan teras berundak. Bentuk semacam itu mirip dengan bangunan punden berundak yang merupakan ciri khas bangunan suci pada masa


(49)

pra-commit to user

paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang.

3. Lokasi Candi Sukuh

Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat 07o37, 38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111o07,. 52’65’’ Bujur Barat. Candi ini terletak di dukuh Berjo, desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta. Kurang lebih 4 kilometer mendaki gunung Lawu lagi, terdapat situs Candi Cetho.

Dari titik terakhir yang bisa dijangkau kendaraan roda empat (mobil/bis), wisatawan masih harus menempuh perjalanan sejauh 1,9 km untuk mencapai Candi Sukuh. Kecuali jika wisatawan membawa kendaraan roda dua (motor) sendiri, akan lebih enak untuk menyewa ojek, dikarenakan jalannya yang sangat menanjak. Namun jangan khawatir, wisatawan tidak perlu repot-repot bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan harga dengan tukang ojek. Di sini terpampang jelas tarif resmi ojek ke berbagai tujuan. Untuk ke Candi Sukuh cukup membayar Rp 5.000,-.


(50)

commit to user Denah Candi Sukuh.

Gambar 1. Denah Candi Sukuh (photo: silhouette@navigasi.net)

Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan trap (teras), semakin ke belakang semakin tinggi. Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah candrasangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.


(51)

commit to user

phallus berhadapan dengan vagina. Relief ini mengandung makna yang mendalam. Relief ini mirip lingga-yoni dalam agama Hindu yang melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya (Dewi Parwati).

a. Teras Pertama

Pada teras pertama terdapat pintu gerbang (gapura) utama. Bentuk gapuranya amat unik yakni dibuat miring seperti trapezium, layaknya

pylon (gapura pintu masuk ke tempat suci) di Mesir. Pada sisi gapura

sebelah utara terdapat relief “manusia ditelan raksasa” yakni sebuah “sengkalan rumit” yang bisa dibaca “Gapura buta mangan wong “ (gapura raksasa memakan manusia). Gapura dengan karakter 9, buta karakternya 5, mangan karakternya 3, dan wong mempunyai karakter 1.

Jadi candrasangkala tersebut dapat dibaca 1359 Saka atau tahun 1437 M, menandai selesainya pembangunan gapura pertama ini. Dilantai dasar dari gapura ini terdapat relief yang menggambarkan phallus (penis) berhadapan dengan vagina dengan di kelilingi oleh kalungan sperma. Sepintas relief ini mempunyai kesan porno, namun relief ini mengandung makna yang mendalam, lingga-yoni ini merupakan lambang kesuburan.

Relief tersebut dipahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna sebab sudah terkena “suwuk”. Relief tersebut


(52)

commit to user

kotoran yang melekat di hati setiap manusia. Relief-relief yang ada di Candi Sukuh tersebut merupakan suatu sengkalan yang cukup rumit yaitu :

Wiwara Wiyasa Anahut Jalu“. Wiwara artinya gapura yang suci dengan

karakter 9, Wiyasa diartikan daerah yang terkena “suwuk” dengan karakter

5, Anahut (mencaplok) dengan karakter 3, Jalu (laki-laki) berkarakter 1. Jadi bisa di ketemukan angka tahun 1359 Saka.

b. Teras kedua

Gapura yang terletak di teras kedua kondisinya telah rusak. Di kanan dan kiri gapura yang biasanya terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak memiliki atap dan pada teras ini tidak dijumpai banyak pathjung-patung. Pada bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan Ganesya dengan tangan yang memegang ekor.

Relief ini terdapat sebuah candrasangkala pula yang dalam bahasa Jawa berbunyi “gajah wiku anahut buntut”, artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Jika angka tahun ini benar menunjukkan pembangunan gapura ini, maka ada selisih hampir duapuluh tahun antara gapura di teras kedua ini dengan gapura di teras pertama.


(53)

commit to user

yang lebih luas. Terdapat jejeran tiga tembok dengan pahatan-pahatan relief yang menggambarkan peristiwa sosial yang menonjol di masyarakat sekitar pada saat pembangunan Candi Sukuh, relief ini disebut relief Pande Besi. Relief sebelah selatan menggambarkan seorang wanita berdiri di depan tungku pemanas besi, kedua tangannya memegang tangkai

ububan” (peralatan mengisi udara pada pande besi). Pande besi adalah

pengrajin yang membuat peralatan untuk menunjang kehidupan, seperti alat-alat pertanian, alat rumah tangga dan lain-lain.

c. Teras ketiga

Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Apabila ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan berundak yang relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya harus dilalui. Selain itu lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini sengaja dibuat demikian, sebab candi induk yang mirip dengan bentuk vagina ini, memang dibuat untuk menguji keperawanan para gadis.

Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.


(54)

commit to user

duduk dengan kaki selonjor. Di depannya tergolek senjata-senjata tajam seperti keris, tumbak dan pisau. Trap Ketiga ini trap tertinggi yang merupakan trap paling suci. Tepat di bagian tengah candi utama terdapat sebuah bujur sangkar yang merupakan tempat menaruh sesajian, untuk membakar kemenyan, dupa dan hio.

Dengan struktur bangunan seperti ini, Candi Sukuh dikatakan menyalahi pola dari buku arsitektur Hindu Wastu Widya. Di dalam buku arsitektur Hindu Wastu Widya diterangkan bahwa bentuk candi harus bujur sangkar dengan pusat persis di tengah-tengahnya, dan yang ditengah itulah tempat yang paling suci. Sedangkan ikwal Candi Sukuh ternyata menyimpang dari aturan-aturan itu, hal tersebut bukanlah suatu yang mengherankan, sebab ketika Candi Sukuh dibuat, era kejayaan Hindu sudah memudar, dan mengalami pasang surut, sehingga kebudayaan asli Indonesia terangkat ke permukaan lagi yaitu kebudayaan prahistori jaman Megalithic, sehingga mau tak mau budaya-budaya asli bangsa Indonesia tersebut ikut mewarnai dan memberi ciri pada candhi Sukuh ini.

Karena trap ketiga ini trap paling suci, maka ditempat ini banyak terdapat petilasan-petilasan. Seperti halnya trap pertama dan kedua, pelataran trap ketiga ini juga dibagi dua oleh jalan setapa yang terbuat dari batu. Jalan batu di tengah pelataran candi ini langka ditemui di candi-candi


(55)

commit to user prasejarah jaman Megalithic.

Kemudian pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian relief-relief yang merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah diidentifikasi sebagai relief cerita Kidung Sudamala. Sudamala adalah salah satu 5 ksatria Pandawa atau yang dikenal dengan Sadewa. Disebut Sudamala (suda artinya: bersih, mala berarti: dosa) sebab Sadewa telah berhasil “ngruwat” Bathari Durga yang mendapat kutukan dari Batara Guru karena perselingkuhannya.

Sadewa berhasil “ngruwat ” Bethari Durga yang semula adalah raksasa betina bernama Durga atau sang Hyang Pramoni kembali ke wajahnya yang semula, yakni seorang bidadari di kayangan dengan nama bethari Uma Sudamala. Sehingga cerita Sudamala ini kemudian disebutkan dalam sebuah buku / kidung, yakni Kidung Sudamala.

Urutan relief dalam fragmen Sudamala adalah sebagai berikut:

1) Relief pertama

Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan merupakan yang termuda dari para Pandawa Lima. Keduanya adalah putra Prabu Pandu dari istrinya yang kedua, Dewi Madrim. Madrim meninggal dunia ketika Nakula dan Sadewa masih kecil dan keduanya diasuh oleh Dewi Kunti, istri pertama


(56)

commit to user

dari Pandu, yaitu: Yudhistira, Bima dan Arjuna.

Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan diikuti oleh seorang punakawan atau pengiring. Berhadapan dengan Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai seorang punakawan. Relief ini menggambarkan ketika Dewi Kunthi meminta pada Sadewa agar mau “ngruwat” Bethari Durga namun Sadewa menolak.

2) Relief kedua

Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan Kalanjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalanjaya adalah jelmaan bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga harus terlahir sebagai raksasa berwajah buruk.

Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga. Di belakangnya terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud hantu yang melayang-layang dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor burung hantu. Lukisan mengerikan ini kelihatannya ini merupakan lukisan di hutan


(57)

commit to user diusir dari sorga karena pelanggaran.

3) Relief ketiga

Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama punakawan-nya, Semar berhadapan dengan pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya Ni Pradapa di pertapaan Prangalas. Atas perintah Batari Durga yang telah dibebaskannya, Sadewa harus mengawini anak seorang pendeta buta. Pertapa buta itu pun disembuhkannya dari kebutaan.

4) Relief keempat

Relief keempat menggambarkan Sadewa berhasil “ngruwat” Sang Durga. Sadewa kemudian diperintah pergi kepertapaan Prangalas, di situ Sadewa menikah dengan Dewi Pradapa. Adegan di sebuah taman indah tempat sang Sadewa sedang bercengkerama dengan Tambrapetra dan putrinya Dewi Pradapa serta seorang punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.


(58)

commit to user

Relief ini melukiskan adegan adu kekuatan antara Bima dan kedua raksasa Kalantaka dan Kalanjaya. Bima dengan kekuatannya yang luar biasa sedang mengangkat kedua raksasa tersebut untuk dibunuh dengan kuku pancanakanya.

Pada sebelah selatan jalan batu ada terdapat candi kecil, yang didalamnya terdapat arca dengan ukuran yang kecil pula. Di lokasi ini terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian Tirta Amerta yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti yang menandai tahun saka 1363.

Cerita ikwal Garudeya adalah sebagai berikut: Garuda mempunyai ibu bernama Winata yang menjadi budak salah seorang madunya yang bernama Dewi Kadru. Dewi Winata menjadi budak Kadru karena telah kalah bertaruh tentang warna ekor kuda uchaiswara. Dewi Kadru menang dalam bertaruh sebab dengan curang dia menyuruh anak-anaknya yang berwujud ular naga yang berjumlah seribu yang menyemburkan bisa-bisanya di ekor kuda Uchaiswara sehingga warna ekor kuda berubah hitam. Dewi Winata dapat diruwat Sang Garuda dengan cara memohon “tirta amerta” (air kehidupan) kepada para Dewa.


(59)

commit to user

kehidupan) di dekat candi kecil terdapat kura-kura yang cukup besar sejumlah tiga ekor sebagai lambang dari dunia bawah yakni dasar Gunung Mahameru, ini berkaitan dengan kisah suci agama Hindhu yakni “samudra samtana” yaitu ketika Dewa Wisnu menjelma menjadi kura-kura raksasa untuk membantu para dewa-dewa lain mencari air kehidupan (Tirta Perwita Sari).

Bentuk kura-kura ini menyerupai meja yang kemungkinan didesain sebagai tempat menaruh untuk sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari Tirta Amerta (kisah Pemutaran Laut Mencari Amerta).

d. Bangunan Dan Patung Lainnya

Di komplek candi induk terdapat sebuah prasasti yang menyiratkan bahwa candi Sukuh dalam candi untuk Pengruwatan, yakni prasasti yang diukir dipunggung relief sapi. Sapi tersebut digambarkan sedang menggigit ekornya sendiri dengan kandungan sengkalan rumit: “Goh wiku anahut buntut” maknanya tahun 1379 Saka. Sengkalan ini makna tahunnya persis sama dengan makna prasasti yang ada dipunggung sapi yang artinya kurang lebih demikian: untuk diingat-ingat ketika bersujud di kahyangan (puncak gunung), terlebih dulu agar datang di pemandian suci.


(60)

commit to user

sama dengan ruwatan di sini yaitu kata: “pawitra” yang artinya pemandian suci. Di kompleks Candi Sukuh tidak terdapat pemandian atau kolam pemandian maka pawitra dapat diartikan air suci untuk “ngruwat” seperti halnya kata “tirta sunya”. Tempat suci untuk pengruwatan, seperti yang sudah diutarakan, dengan bukti-bukti relief cerita Sudamala, Garudeya serta prasasti-prasasti, maka dapat dipastikan candi Sukuh pada jamannya adalah tempat suci untuk melangsungkan upacara-upacara besar (ritus) ruwatan.

Selain candi utama dan patung-patung kura-kura, garuda serta relief-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana gajah untuk sarana transportasi. Bentuk bangunan lain adalah relief tapal kuda yang menggambarkan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kira dan kanan yang berhadapan satu sama lain.

Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Kemudian ada sebuah bangunan kecil di depan candi utama yang disebut candi pewara. Di bagian tengah bangunan ini berlubang dan terdapat patung kecil tanpa kepala.


(61)

commit to user

Lalu pada bagian kanan terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti.

Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian amerta tersebut di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bentuk kura-kura ini menyerupai meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari tirta amerta.

2) Kegunaan Candi Sukuh

Candi Sukuh dibangun pada abad XV mempunyai banyak fungsi bagi pemeluk agama Hindu baik untuk tempat upacara keagamaan atau pemujaan. Adapun kegunaan candi tersebut yaitu :

1. Sebagai Tempat Pemujaan

Menurut cerita jika umat Hindu sedang melakukan pemujaan mereka akan dapat berkomunikasi dengan para arwah leluhur.


(62)

commit to user

Bila ada seorang wanita Hindu yang akan melangsungkan pernikahan, maka untuk membuktikan bahwa ia masih perawan atau tidak dapat dilakukan di candi ini tepatnya pada gapura pertama. Caranya yaitu wanita harus berdiri di depan relief Lingga yang kemudian melangkahkan kaki melewati relief tersebut, maka ada dua kemungkinan bila wanita itu msih suci, maka segala pakaian yang menutupi bagian terpenting akan sobek dan mengeluarkan darah tapi bila wanita itu sudah tidak suci, maka pakaian yang dikenakan akan tetap utuh dan tidak mengeluarkan darah meski diulang berkali-kali.

Di lantai dapat dilihat dengan adanya relief Lingga (alat kelamin laki-laki) berhadapan dengan lawan jenisnya Yoni (alat kelamin perempuan), mungkin suatu gambaran yang ada hubungannya dengan kenyataan bahwa Candi Sukuh dengan relief alat kelamin itu bertalian upacara-upacara kesuburan.

(Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Sukuh.html. (diakses pada tanggal 26 Juni 2011 pukul 14.00 wib)).


(63)

commit to user 1. Potensi Candi Sukuh Melalui Analisis 4A

Kawasan Candi Sukuh mempunyai potensi yang sangat baik dan bagus untuk prospek kedepan. Selain didukung oleh latar belakang lingkungan yang sangat menarik juga didukung dengan jaraknya yang berdekatan dengan objek wisata Candi Cetho, serta Objek wisata Candi Sukuh ini mempunyai kekayaan yang berlimpah yang dapat diolah sebagai:

a. Attraction ( Daya Tarik Wisata )

Candi Sukuh merupakan satu-satunya candi yang erotik dan unik di Indonesia, hampir menyamai candi yang ada di Guatemala (AS), berbentuk limas terpotong yang merupakan gambaran keterbatasan ilmu manusia, dibangun pada abad 15. Bangunan Candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang menyolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bahkan bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir.


(64)

commit to user

Belanda W.F. Stutterheim pada tahun 1930. Stutterheim kemudian menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen: pertama, kemungkinan pemahat candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton, kedua candi dibuat dengan agak tergesa-gesa sehingga kurang rapi atau ketiga, keadaan politik kala itu dengan menjelang keruntuhannya Majapahit karena didesak oleh pasukan Islam Demak tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah.

Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat bentuk arsitektur khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya. Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit.

Atraksi utama dan daya tarik wisata di objek wisata Candi Sukuh ini adalah daya tarik yang dapat mengundang wisatawan baik domestik dan mancanegara khususnya untuk mengunjungi lokasi objek wisata Candi Sukuh ini. Atraksi utama dari Candi Sukuh yaitu dapat dilihat dari keunikan atau keeksotisannya yang terdapat di bangunan utama, relief-relief yang terdapat di samping jalan menuju bangunan utama dan juga bangunan lainnya seperti tempat upacara keagmaan dan tempat ritual ruwatan yang berada tepat di depan bangunan utama Candi Sukuh. Atraksi pendukung di Kawasan Objek wisata Candi Sukuh ini terdiri atas


(65)

commit to user Festival Seni Candi, dan Grebeg lawu.

Candi Sukuh mempunyai beberapa hiburan pendukung seperti pertunjukan kesenian berupa tarian tradisional berupa tari Reog, tari Tayub dan juga pergelaran sendratari yang menceritakan cerita Sudhamala dan Garudeya yang merupakan isi relief Candi Sukuh, dan pergelaran ini harus disajikan secara rutin setiap bulan sekali atau tiap hari pasaran.

Selain atraksi utama dan pendukung yang ditawarkan untuk menarik wisatawan masih ada lagi keunggulan yang bisa ditawarkan yaitu Desa Berjo yang letaknya berdekatan dengan Candi Sukuh. Desa Berja adalah desa wisata yang memiliki daya tari tersendiri oleh sebab itu untuk dapat menarik wisatawan harus segera dibuat akses jalan yang baik dan mudah dari Candi Sukuh ke Desa Berjo ataupun sebaliknya. Agar wisatawan tidak kesulitan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut.

b. Accessibility ( Aksesibilitas )

Aksesibilitas adalah sarana yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai daerah tujuan wisata. Aksesibilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi wisatawan tetapi juga menyangkut tentang waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke objek.


(66)

commit to user

baik secara fisik maupun sosial. Aksesibilitas fisik pada umumnya terdiri atas jalan, jembatan, dan signage yang berupa tanda petunjuk arah ( sign

board ). Aksesibilitas sosial adalah penerimaan masyarakat setempat atau

masyarakat sekitar (local community acceptance) terhadap pembangunan pariwisata di daerah mereka. Aksesibilitas fisik, khususnya jalan menuju kawasan objek wisata sudah cukup baik dan kondisi jalan sudah beraspal.

Selain itu alat transportasi yang tersedia di sana masih minim yaitu hanya mini bus yang hanya beroprasi pada hari-hari tertentu saja dan ojek yang berada di pertigaan jalan arah menuju Candi Sukuh dan Candi Cetho.

Komponen aksesibilitas fisik lainnya di kawasan objek wisata Candi Sukuh seperti papan penujuk ( sign board ) sudah memadai. Aksesibilitas sosial yang berupa penerimaan masyarakat terhadap rencana pengembangan pariwisata di wilayah mereka sudah cukup baik. Aksesibilitas menuju objek wisata Candi Sukuh, dapat di jabarkan antara lain:

a) Kondisi Jalan

Kondisi jalan menuju objek wisata Candi Sukuh sudah beraspal semua akan tetapi jalannya terlalu curam, sudut kemiringannya hampir mencapai 45º sehingga harus berhati-hati. Selain itu kondisi kendaraan yang digunakan juga harus dalam keadaan prima agar bisa mencapai objek dengan selamat.


(67)

commit to user

Untuk menuju Candi Sukuh dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi pribadi maupun trasportasi umum.

i) Pesawat Terbang dari Bandara Adi Soemarmo wisatawan

hanya dapat menggunakan taksi untuk kemudian naik bus

jurusan Solo-Kemuning. Setelah sampai wisatawan

melanjutkan dengan berjalan kaki, atau menyewa mini bus yang biasa beroprasi di jalan menuju candi. Perjalan tersebut ditempuh selama 1 ½ jam untuk sampai di Candi Sukuh.

ii) Wisatawan yang menggunakan Kereta Api :

1) Dari stasiun Balapan bisa menggunakan becak ataupun taksi untuk menuju ke terminal Tirtonadi yang kemudian berganti menggunakan bus jurusan Solo-Kemuning.

2) Dari stasiun Purwosari bisa menggunakan bus antar kota atau taksi menuju terminal Tirtonadi kemudian berganti transportasi menggunakan bus jurusan Solo-Kemuning.

3) Dari stasiun Jebres bisa menggunakan bus atau taksi menuju terminal Tirtonadi kemudian dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Kemuning kemudian berganti dengan ojek. Perjalanan dari stasiun-stasiun tersebut menuju ke Candi Sukuh ditempuh selama 1½ jam.


(68)

commit to user

Solo-Kemuning kemudian berganti naik ojek, dan waktu yang ditempuh untuk menuju Candi Sukuh tersebut 1 jam.

iv) Kendaraan pribadi dari arah Solo, Wonogiri, Boyolali, Sragen, Sukoharjo menuju ke Kemuning Kabupaten Karanganyar dan mengikuti papan petunjuk (sign board) untuk menuju Candi Sukuh.

v) Menggunakan Travel atau Rent Carr di Solo atau Karanganyar,

yang sudah dipesan jauh hari sebelumnya. Bisa langsung menuju ke objek wisata candi Sukuh karena sopir sudah mengetahui jalan untuk menuju objek.

c. Amenities ( Fasilitas )

Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan pariwisata yang juga ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan. Amenitas terdiri atas akomodasi, layanan pemanduan, dan lain-lain. Pada saat ini sebagian besar komponen amenitas tersebut sudah tersedia di kawasan objek wisata Candi Sukuh terutama di sekitar lokasi yang akan dikembangkan seperti :

a) Akomodasi

b) Transportasi

c) Rumah Makan / Warung / Restaurant


(69)

commit to user f) Area Parkir / Parking Area

g) Toko Sovenir / Souvenir Shop

h) Taman Candi Sukuh

i) Pemandu Wisata / Guide

j) Papan Keterangan Objek

k) Asuransi

l) Pelayanan

m) MCK

n) Penerangan

d. Ancilarry ( Kelembagaan )

Kelembagaan yang menaungi dan mengurusi objek wisata Candi Sukuh ini adalah Dinas Sejarah dan Purbakala Propinsi Jawa Tengah yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar. Lembaga-lembaga tersebutlah yang selalu mengawasi, menjaga keamanan serta menjaga kelestarian budaya Candi Sukuh. Apabila Candi Sukuh mengalami kerusakan maka yang berkewajiban merenovasi adalah lembaga-lembaga tersebut dan dibantu juga oleh Pemerintah Pusat.


(70)

commit to user

Aktivitas adalah kegiatan apa saja yang dapat dilakukan oleh wisatawan pada saat berkunjung ke daerah tujuan wisata. Kegiatan wisata di sekitar Kawasan objek wisata Candi Sukuh masih bersifat insidental yang hanya dilakukan pada waktu tertentu saja.

Kegiatan wisata yang dilakukan wisatawan di kawasan objek wisata Candi Sukuh ini adalah penelitian, kegiatan religi ataupun magis serta dapat juga menikmati pemandangan alam berlatar belakang panorama pegunungan yang sangat indah dan berhawa sejuk di sekitar objek wisata Candi Sukuh ini.

C. Potensi dan Daya Tarik Objek Wisata Candi Sukuh Berdasarkan Analisis SWOT

( Strength, Weaknesses, Opportunity,Threats )

Untuk dapat menyusun strategi yang tepat dalam rangka mencapai sasaran atau strategi yang telah diterapkan, maka perlu dilakukan faktor-faktor intern dan ekstern yang dapat mempengaruhi kedatangan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara pada khususnya dan pada perkembangan industri pariwisata pada umumnya. Analisis semacam ini ditujukan untuk melakukan identifikasi kekuatan-kekuatan ( strength ) dan kelemahan-kelemahan ( weaknesses ) yang ada dalam industri pariwisata Indonesia, dalam menghadapi kesempatan-kesempatan ( opportunities ) yang ada serta ancaman-ancaman ( threats ) yang disebut sebagai analisis SWOT. Dari hasil identifikasi


(71)

commit to user

serta peluang atau kesempatan dan ancaman yang datang dari luar atau lingkungan usaha ( Oka A. Yoeti, 1996 : 139 – 140 ).

Pengamatan dengan menggunakan analisis SWOT dapat juga memberikan suatu gambaran yang lebih jelas mengenai objek wisata Candi Sukuh sehingga dapat diketahui potensi apa saja yang dimiliki oleh objek wisata Candi Sukuh secara lebih jelas lagi.

Hasil Analisis SWOT objek wisata Candi Sukuh dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Analisis SWOT

Analisis Hasil Analisis

Strength

( Kekuatan )

1. Kondisi yang masih alami dan asli.

2. Keunikan dan kelangkaan bentuk bangunan.

3. Adanya dukungan dari Pemerintah setempat dalam

pengembangan serta memasarkan Candi Sukuh.

4. Latar belakang pemandangan alam yang indah.

Weaknesses

(Kelemahan)

1. Lemahnya pendukung atrraksi dan daya tarik wisata. 2. Sarana dan prasarana yang kurang representative. 3. Tidak adanya souvenir shop di sekitar candi Sukuh. 4. SDM dibidang kepariwisataan yang sangat lemah dan


(1)

commit to user

D. Realisasi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

Pengembangan dan pembangunan pariwisata di Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun diharapkan mengalami peningkatan baik dari segi pembangunan infrastruktur maupun strategi pengembangan dan pemasarannya sehingga dapat mencapai target dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan hal itu telah dituangkan dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Kabupaten Karanganyar. Di dalam perjalanannya ada banyak kendala dan permasalahan krusial yang menghambat proses tersebut sehingga secara umum keberhasilan dan penerapan RIPP sampai saat ini kurang lebih hanya mencapai 20% dari yang ditargetkan hal ini dikarenakan didalam pelaksanaannya terkendala kurangnya pendanaan yang bersumber dari APBD maupun DAU Kabupaten Karanganyar.


(2)

commit to user

E. Kendala Dalam Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh.

Beberapa kendala yang muncul dan dihadapi selama ini, dalam pelaksanaan pola pengembangan kawasan objek wisata Candi Sukuh adalah sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang kurang mendukung. Kurangnya daya tarik serta atraksi wisata yang ada setiap hari yang mengakibatkan kejenuhan pengunjung. Kurangnya promosi mengenai keberadaan objek wisata Candi Sukuh ini dalam tingkat lokal maupun non lokal. SDM dibidang pariwisata masih sangat lemah dan kurang. Hak kepemilikan tanah yang kebanyakan dimiliki oleh masyarakat sekitar Candi Sukuh. Lemahnya kepedulian masyarakat terhadap keberadaan Candi Sukuh. Kesulitan pendanaan dalam usaha pengembangan kawasan objek wisata Candi Sukuh. Kemauan atau keinginan orang untuk memiliki / membeli arca, patung, serta relief secara ilegal.

Berdasarkan permasalahan yang ada dan strategi untuk mengatasi segala permasalahan berikut ini adalah program-program yang dibuat untuk mengatasi segala kendala dan permasalahan yang ada yaitu organisasi pengelola membentuk lembaga pengelola dan menyusun struktur organisasi pengelola objek wisata Candi Sukuh. Pengelolaan kepariwisataan membuat petunjuk jalur wisata dan papan informasi serta pengembangan Candi Sukuh yang lebih informatif, interaktif, dan representative. Meningkatkan kualitas SDM, melakukan penyebar luasan informasi dan promosi melalui media cetak, internet maupun elektronik.


(3)

commit to user

Dari pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar merangkul masyarakat agar bersedia memberikan sedikit tanahnya guna pengembangan infrastruktur Candi Sukuh. Masyarakat diberikan bekal membuat kerajinan tangan untuk dijadikan souvenir yang dijajakan kepada para wisatawan agar membantu perkonomian masyarakat sekitar Candi Sukuh. Pemkab dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar berusaha memberikan penyuluhan dan pengarahan akan pentingnya pariwisata guna memajukan perekonomian daerah maupun negara. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang bekarjasama dengan Dinas Purbakala Propinsi Jawa Tengah menambah lagi petugas yang bekerja menjaga dan merawat Candi Sukuh agar kelestarian dan keaslian dari Candi Sukuh akan tetap terjaga dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang berusaha untuk memiliki barang-barang yang ada di objek wisata Candi Sukuh.


(4)

commit to user

93

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Objek wisata Candi Sukuh merupakan salah satu objek wisata budaya yang bernilai tinggi. sejarah berdirinya Candi Sukuh sendiri belum dapat diketahui secara pasti namun dapat diperkirakan bahwa Candi Sukuh berasal dari abad XV yang didukung dengan adanya relief “ Candra Sengkala “ yang

ada di gapura pintu masuk teras pertama yang dibaca “ Gapura Aban Wong

yang mengandung arti 1359 C atau 1437 M. Candi Sukuh memiliki relief yang sangat exotis dan mengandung nilai-nilai sex education. Relief seks Lingga dan Yoni yang menggambarkan lambang kesucian antara hubungan laki-laki dan perempuan yang merupakan cikal bakal kehidupan manusia.

Potensi-potensi yang bisa dikembangkan dari objek wisata Candi Sukuh antara lain jajan pasar, pasar seni, hiburan yang berupa tarian-tarian tradisional. Selain itu sarana dan prasarana yang dapat mendukung seperti akomodasi, transportasi, dan juga sarana parkir yang tak kalah penting dalam pengembangan objek wisata Candi Sukuh.

Oleh sebab itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar melakukan dan menyusun strategi pengembangan pariwisata dengan langkah pengembangan produk wisata, pengembangan tata ruang, pengembangan infrastruktur, arahan pengembangan WPP dan arahan


(5)

commit to user

pengembangan objek wisata Candi Sukuh. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar juga melakukan kegiatan promosi untuk memasarkan objek wisata Candi Sukuh melalui surat kabar, radio, biro perjalanan wisata, kedutaan, perusahaan penerbangan, iklan dan pameran (Java Promo dan Jateng Expo).

Beberapa kendala yang muncul dan dihadapi selama ini, dalam pelaksanaan pola pengembangan Candi Sukuh adalah sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang kurang mendukung. Kurangnya daya tarik serta atraksi wisata yang ada setiap hari yang mengakibatkan kejenuhan pengunjungdan kurangnya promosi mengenai keberadaan Sukuh.

Berdasarkan permasalahan yang ada dan strategi untuk mengatasi segala permasalahan berikut ini adalah program-program yang dibuat untuk mengatasi segala kendala dan permasalahan yang ada yaitu organisasi pengelola membentuk lembaga pengelola dan menyusun struktur organisasi pengelola objek wisata Candi Sukuh. Pengelolaan kepariwisataan membuat petunjuk jalur wisata dan papan informasi serta pengembangan Candi Sukuh yang lebih informatif, interaktif, dan representative. Meningkatkan kualitas SDM, melakukan penyebar luasan informasi dan promosi melalui media cetak, internet maupun elektronik.


(6)

commit to user

B. Saran

Dalam pembahasan ini terdapat beberapa saran-saran yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi pengawasan / pemantauan dalam peningkatan pembangunan dan pengembangan objek wisata Candi Sukuh sebagai berikut :

a) Untuk dapat memperkenalkan Candi Sukuh perlu diadakan suatu promosi yang baik dan tepat pada sasaran.

b) Pemantauan terhadap objek wisata Candi Sukuh khususnya masalah kebersihan, kenyamanan dan keamanan.

c) Mengalokasikan anggaran dari APBD untuk menangani sektor pariwisata sehingga dapat meningkatkan pengembangan dan promosi pariwisata.

d) Pelayanan yang lebih baik lagi dari pengelola dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar.

Untuk itu dalam mengatasi hal tersebut diperlukan koordinasi yang baik antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Masyarakat harus diberi penyuluhan dan pengertian tentang kepariwisataan dan kegiatannya serta dampak sosial ekonomi budaya bagi masyarakat itu sendiri, serta diberi kesadaran dan ditanamkan rasa memiliki terhadap objek-objek wisata yang ada di sekitarnya sehingga akan turut bertanggung jawab dan memeliharanya.