Sapi Peranakan Ongole PO Sistem Pencernaan Ruminansia

commit to user 4 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Peranakan Ongole PO

Sapi Ongole merupakan keturunan sapi zebu dari India. Berwarna dominan putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir di bawah leher dan berpunuk. Sapi Ongole diintroduksi oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-19 untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Sifatnya yang mudah beradaptasi dengan lingkungan menyebabkan sapi ini mampu tumbuh secara murni di pulau Sumba, sehingga disebut sapi Sumba Ongole SO. Persilangan antara sapi jawa asli Madura dan sapi Ongole secara grading up keturunan hasil persilangan dikawinkan kembali dengan sapi Ongole menghasilkan sapi yang disebut sapi Peranakan Ongole PO. Penyebaran sapi PO ini hampir merata di Pulau Jawa. Ciri umum sapi PO adalah posturnya menyerupai sapi Ongole. Perbedaannya terletak pada kemampuan produksinya yang sedikit lebih rendah Abidin, 2002. Menurut Murtidjo 2003 sapi Ongole masuk ke Indonesia mulai abad ke 19 dan dikembangkan cukup baik di Pulau Sumba, sehingga lebih dikenal sebagai sapi Sumba Ongole. Sistematika Sapi Ongole menurut Church 1988 adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Supperclassis : Tetrapoda Classis : Mammalia Subclassis : Ungulata Ordo : Arthiodactyla Subordo : Ruminansia Familia : Bovidae Sub famili : Bovinae Genus : Bos Species : Bos indicus. commit to user 5

B. Sistem Pencernaan Ruminansia

Proses utama dari pencernaan ruminansia adalah secara mekanik, fermentatif, dan enzimatik. Pencernaan mekanik terdiri dari mastikasi pengunyahan makanan dalam mulut dan gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi sepanjang usus. Pencernaan fermentatif dilakukan mikrobia yang hidup dalam beberapa bagian saluran pencernaan ternak ruminansia. Pencernaan secara enzimatis dilakukan enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan berupa getah pencernaan Tillman et al. , 1991. Rumen dan retikulum bekerja bersama-sama sebagai tempat utama bagi berlangsungnya proses fermentasi. Kedua bagian lambung ini berisi berjuta- juta mikrobia yang terdiri atas bakteri dan protozoa yang kegiatannya melakukan fermentasi pakan tertentu yang berupa serat kasar seperti selulosa dan hemiselulosa. Serat kasar tersebut akan dicerna atau dihancurkan menjadi bagian- bagian yang halus sampai berwujud cairan dan mensintesa beberapa vitamin dan membentuk protein Anggorodi, 1990. Pencernaan pakan di dalam ruminoretikulum dilakukan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau bakteri dan protozoa yang ada disitu. Jumlah bakteri di dalam rumen ada sebanyak 10 9 -10 10 untuk setiap ml isi rumen. Banyak sedikitnya jumlah bakteri tersebut antara lain tergantung dari macam pakan, makin banyak proporsi pakan konsentrat dan karbohidrat yang mudah larut maka akan semakin baik pertumbuhan bakteri sehingga jumlahnya semakin banyak. Jumlah protozoa lebih sedikit yaitu sekitar 10 6 untuk setiap ml isi rumen Kamal, 1994. Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum , dan ileum . Usus halus mengatur aliran ingesta ke dalam usus besar dengan gerakan peristaltik. Di dalam lumen, getah pankreas, getah usus, dan empedu, mengubah zat makanan dari hasil fermentasi mikroba menjadi manomer yang cocok diabsorbsi secara aktif atau secara pasif atau keduanya. Sejumlah enzim- enzim proteolitik seperti tripsinogen, kemotripsinogen, prokarboksi peptidase, aminopeptidase pada lumen usus menghidrolisa protein yaitu lipase usus commit to user 6 menghidrolisa lipid dan amilase serta disakarida, sedangkan nukleosidase bekerja pada asam nukleat Arora, 1989. Protein murni yang terdegradasi di dalam retikulorumen dirombak oleh peptidase dan proteinase yang dihasilkan bakteri proteolitik dan protozoa ordo oligothrica menjadi asam amino yang akan dipakai untuk sintesa protein mikroba dan dideaminasi untuk membentuk asam-asam organik, amonia dan CO 2 Arora, 1989 dan Tillman et al., 1991.

C. Pakan Ruminansia

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK PADA RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PO

0 6 47

Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik, dan Protein Kasar Ransum yang Mengandung Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) sebagai Substituti Tepung Ikan pada Broiler

0 2 43

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, PROTEIN, pH DAN NH3 CAIRAN RUMEN SAPI PO BERFISTUL

0 5 50

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN L CARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN KECERNAAN SERAT KASAR DOMBA LOKAL JANTAN

0 10 90

PENGARUH PENGGUNAAN MENIR KEDELAI, TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP pH, KONSENTRASI NH3, VFA DAN PROTEIN MIKROBA RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE BERFISTULA

0 2 52

PENGARUH SUPPLEMENTASI PROBIOTIK BIOPLUS PADA RANSUM BERBASIS LIMBAH KELAPA SAWIT TERHADAP KECERNAAN INVITRO BAHAN KERING (BK), BAHAN ORGANIK (BO) DAN PROTEIN KASAR (PK).

0 2 5

PEMANFAATAN KOMBINASI PELEPAH SAWIT, DAUN SAWIT, LUMPUR SAWIT DAN BUNGKIL INTI SAWIT TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR SECARA In-Vitro.

0 0 6

PENGARUH PENGOLAHAN DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, PROTEIN KASAR SECARA IN-VITRO.

0 1 6

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai dan Minyak Ikan Lemuru Terproteksi terhadap Kecernaan Bahan Organik dan Protein Kasar Sapi Simmental Peranakan Ongole.

0 0 13

PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DALAM RANSUM INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DITINJAU DARI KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR.

0 2 3