commit to user 20
5. Kecernaan Bahan Organik BO
Kecernaan BO dihitung dengan cara mencari selisih antara konsumsi BO dengan BO feses kemudian membaginya dengan BO
feses dan mengalikannya 100 . Kecernaan Bahan Organik = konsumsi BO – BO feses x 100
konsumsi BO 6.
Kecernaan Protein Kasar PK Kecernaan Protein = konsumsi PK- PK feses x 100
Konsumsi PK 7.
Nutritive Value Index
Bahan Kering NVI BK NVI BK= konsumsi BK x Kecernaan BK
8.
Nutritive Value Index
Bahan Organik NVI BO NVI BO= konsumsi BO x Kecernaan BO
9.
Nutritive Value Index
Protein Kasar NVI PK NVI PK= konsumsi PK x Kecernaan PK
D. Analisis Data
Semua data yang diperoleh meliputi konsumsi bahan kering pakan, konsumsi bahan organik pakan, kecernaan bahan kering, dan kecernaan bahan
organik dianalisis dengan menggunakan analisis variansi yaitu bujur sangkar latin dengan model matematika sebagai berikut:
Y
ijk
= µ + T
i
+ B
j
+ K
k
+ Є
ijk
Dimana : Y
ijk
= respon pengamatan dari perlakuan ke-i baris ke-j dan kolom ke-k µ
= nilai tengah umum T
i
= pengaruh perlakuan ke-i B
j
= pengaruh baris ke-j K
k
= pengaruh kolom ke-k Є
ijk
= pengaruh galatsisa karena perlakuan ke-i, baris ke-j dan kolom ke-k Supadi, 2000.
Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji beda antar mean yaitu
Duncan Multiple Range Test
DMRT Astuti,1981.
commit to user 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Konsumsi Bahan Kering
Berdasarkan hasil analisis data konsumsi bahan kering maka didapatkan tabel 4 yang menunjukkan konsumsi bahan kering sapi PO betina berfistula.
Tabel 4. Data Konsumsi Bahan Kering Sapi PO Betina Berfistula gramekorhari
Periode Perlakuan
TI MK
BS I
5223,44 6373,84
6454,91 II
6506,46 6170,63
5429,47 III
4980,15 6238,07
5161,24 Rata-rata
5570,02 6260,85
5681,87 Rata-rata konsumsi bahan kering ransum perlakuan TI, MK, BS pada
tahap I, tahap II, dan tahap III masing-masing adalah 5570,02; 6260,85 dan 5681,87 gramekorhari. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa
konsumsi bahan kering dari ketiga macam perlakuan berbeda tidak nyata P
≥0,05. Perbedaan yang tidak nyata dari konsumsi bahan kering pada perlakuan
penggunaan tepung ikan, menir kedelai dan bungkil sawit terproteksi menunjukkan bahwa penambahan formaldehid pada bahan pakan tidak
mempengaruhi palatabilitas karena pada saat tepung ikan, menir kedelai dan bungkil kelapa sawit terproteksi akan diberikan sebelumnya diangin-anginkan
terlebih dahulu untuk mengurangi bau menyengat dari formalin. Penambahan tepung ikan, menir kedelai dan bungkil kelapa sawit terproteksi dalam ransum
dilakukan mencampur dengan homogen sehingga tidak merubah rasa dan kenampakan dari konsentrat. Menurut Soebarinoto
et al.,
1991, palatabilitas mempengaruhi seleksi dan jumlah pakan yang dikonsumsi ternak. Dijelaskan
lebih lanjut oleh Reksohadiprodjo 1992 yang disitasi oleh Handayanta 2004 bahwa besarnya konsumsi pakan menunjukkan palatabilitas dan nilai
kualitas pakan tersebut.
commit to user 22
Selain itu perbedaan yang tidak nyata dari konsumsi bahan kering disebabkan oleh kandungan energi yang relatif sama antar pakan perlakuan.
Kandungan energi dalam ransum pada masing-masing perlakuan dengan kisaran 55,20 hingga 55,64 . Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju 1985
yang menyatakan bahwa ransum dengan kandungan energi yang relatif sama antar perlakuan menyebabkan tidak adanya perbedaan pada konsumsi.
Konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh kandungan energi pakan. Menurut Kamal 1994 tinggi rendahnya kandungan energi dalam pakan
berpengaruh terhadap banyak sedikitnya konsumsi pakan. Ditambahkan oleh Parakkasi 1998 bahwa yang membatasi tingkat konsumsi adalah kebutuhan
energinya yaitu ternak akan berhenti makan ketika kapasitas fisik telah tercapai atau kebutuhan energinya tercukupi.
B. Konsumsi Bahan Organik