commit to user 31
bahan kering. Sehingga NVI BO berbanding lurus dengan NVI BK. Bahan organik terdiri dari lemak, protein kasar, serat kasar dan BETN
Tillman
et al.,
1991 dan bahan kering terdiri dari lemak, protein kasar, serat kasar, BETN dan abu Kamal, 1994, sehingga NVI BO berbanding lurus
dengan NVI BK.
I. Nutritive Value Index Protein Kasar NVI PK
Berdasarkan hasil analisis
nutritive value index
protein kasar maka didapatkan tabel 12 yang menunjukkan NVI PK sapi PO betina berfistula.
Tabel 12. Data
Nutritive Value Index
Protein Kasar Sapi PO Betina Berfistula gramekorhari
Periode Perlakuan
TI MK
BS I
374,37 633,85
531,89 II
534,6 542,79
532,45 III
502,44 766,31
526,73 Rata-rata
461,47 647,65
530,36 Rata-rata
Nutritive Value Index
protein kasar NVI PK pada ketiga ransum perlakuan TI, MK dan BS masing-masing adalah 478,34; 647,00 dan
528,60 gramekorhari. Analisis variansi menunjukkan hasil berbeda tidak nyata P
≥ 0,05, hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata NVI PK pada penggunaan tepung ikan, menir kedelai dan bungkil sawit
terproteksi. NVI menunjukkan jumlah nutrien yang tercerna oleh ternak dalam
penelitian ini. NVI PK berhubungan erat dengan konsumsi protein dan kecernaan protein. Apabila konsumsi pakan dan kecernaan meningkat maka
hasil
Nutritive Value Index,
dalam hal ini protein juga akan meningkat. Pada kecernaan protein didapatkan hasil yang berbeda tidak nyata sehingga
berbanding lurus dengan besar NVI PK meskipun pada konsumsi protein didapatkan hasil yang berbeda nyata.
Angka kecernaan nutrien dapat menunjukkan banyaknya nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh seekor ternak Blakely dan Bade, 1991. Jadi NVI
commit to user 32
PK dapat digunakan untuk mengukur fungsi produktif pakan serta untuk menduga banyaknya protein kasar yang tercerna.
Berdasarkan kandungan
asam amino
bahan pakan
menurut Hartadi
et al.,
1997 didapatkan skor kimia hasil perhitungan dengan metode Tillman
et al.,
1991 untuk tepung ikan yaitu sebesar 32,77, menir kedelai 18,62 dan bungkil kelapa sawit sebesar 9,59.
Menurut Abun 2006, kualitas protein pada dasarnya ditentukan oleh komposisi asam amino dan ketersediaan biologisnya. Biasanya penentuan
pola Esensial Asam Amino EAA protein diperkirakan dari kebutuhan EAA pakan, spesies, dan nilai skor kimia hasil uji biologis. Skor kimia 100
menunjukan suatu tingkat asam amino essensial dalam protein suatu bahan pakan sama dengan tingkat kebutuhan EAA untuk ternak dinyatakan dalam
persen dari total EAA serta
cystine
dan
tyrosine
. Skor kimia protein diambil dari persentase EAA suatu bahan pakan dibandingkan dengan pola kebutuhan.
Metode penilaian kualitas protein ini didasarkan pada konsep bahwa nilai protein tergantung kepada jumlah EAA dalam protein, yang dibandingkan
terhadap referensi protein.
commit to user 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan