commit to user
3. Teropong Panggung teropong Galileo
Teropong panggung terdiri atas susunan lensa cembung-cekung. Lensa cembung sebagai lensa objektif dan lensa cekung sebagai lensa okuler. Lensa
cekung di sini juga berfungsi sebagai pembalik sehingga bayangan yang dihasilkan tidak terbalik.
Cara kerja teropong panggung sebagai berikut. Sinar-sinar sejajar yang mengenai lensa objektif akan dibiaskan dan membentuk bayangan di titik fokus
lensa objektif atau di belakang lensa okuler. Bayangan merupakan benda maya bagi lensa okuler. Selanjutnya, sinar-sinar sejajar keluar dari lensa dan masuk ke mata
dan menghasilkan bayangan tegak di titik tidak terhingga.
Gambar 2.56 Pembentukan Bayangan pada Teropong Panggung dengan Mata Tidak Berakomodasi
Gambar diatas memperlihatkan jalannya sinar pembentukan bayangan pada teropong panggung. Agar mata tidak cepat lelah, benda maya harus tepat di
titik fokus okuler, sehingga perbesaran bendanya adalah: .......................................................2.51
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori tersebut, salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah penerapan teori belajar kognitif.
Metode konfensional yang diterapkan tiap sekolah dirasa kurang memacu keaktifan dari setiap siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung.
Salah satu yang termasuk teori belajar kognitif adalah teori belajar konstruktivisme, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Model
pembelajaran kooperatif sebagai salah satu implikasi dari teori belajar kontruktivisme menjadi suatu alternatif dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam
Lensa konvergen Lensa divergen
Bayangan pada jarak tak terhingga
f
ob
f
ok
F F
o
ok
o
ob
commit to user
pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah memahami dan menemukan jawaban atas kesulitan-kesulitan yang dialami melalui diskusi mengenai suatu
masalah tersebut dengan teman-teman kelompoknya. Dari diskusi yang dilakukan akan terbangun komunikasi dimana antara siswa satu dengan yang lain saling
berbagi ide atau pendapat sehingga dapat melatih daya nalar, meningkatkan keterlibatan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar serta memberi
kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif. Dalam penerapan model pembelajaran dengan tipe Jigsaw ini semua aktivitas belajar dilakukan oleh siswa sendiri dalam
kelompoknya, sedangkan guru hanya sebagai pembimbing atau fasilitator serta menjadi pengarah. Pada proses belajar seperti ini, inisiatif dan kemauan untuk
aktif harus datang dari siswa sendiri. Dalam hal ini beberapa faktor ikut mempengaruhi aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar, salah satu faktor
tersebut adalah minat dimana minat yang ada pada diri siswa akan mempengaruhi hasil belajarnya. Biasanya minat minat siswa terhadap suatu mata pelajaran akan
mempengaruhi hasil belajarnya. Minat belajar pada suatu pelajaran ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu minat kategori tinggi, kategori sedang, dan
kategori rendah. Tanpa adanya minat terhadap apa yang akan dipelajari maka siswa akan meras bahwa belajar sebagai sesuatu yang tidak menarik dan
membosankan bahkan terkadang menimbulkan tekanan tersendiri. Dalam model pembelajaran tipe Jigsaw ini, interdependensi atau saling ketergantungan antar
angota kelompok menjadi hal yang terpenting karena dari saling ketergantungan ini maka antar siswa satu dengan yang lain harus saling bertukar informasi untuk
mencapai tujuan kelompok. Setiap siswa memiliki tanggung jawab masing- masing dalam belajar dan membelajarkan teman kelompoknya terhadap suatu
materi yang dipelajari. Jadi dalam model pembelajaran tipe Jigsaw, keberhasilan kelompok dipengaruhi oleh peran semua anggota dalam proses belajar yang
dilakukan.
commit to user
Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan paradigma pemikiran yang akan dilakukan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.57 Paradigma Pemikiran
C. Hipotesis