PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X

SMA NEGERI 1 NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Fisika

Oleh

TRI PUTRA OCTA WIJAYA NPM : 1211090032

Jurusan : Pendidikan Fisika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H/2017 M


(2)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X

SMA NEGERI 1 NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Fisika

Oleh

TRI PUTRA OCTA WIJAYA NPM : 1211090032 Jurusan : Pendidikan Fisika

Pembimbing I : Sri Latifah, M.Sc Pembimbing II : Rahma Diani, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

RADEN INTAN LAMPUNG 1437 H/2016 M


(3)

ABSTRAK

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA

NEGERI 1 NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT

OLEH

TRI PUTRA OCTA WIJAYA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar Fisika peserta didik di Kelas X SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Dengan hipotesis penelitian, yaitu terdapat pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi Eksperiment Design. Desain quasi eksperimen yang digunakan adalah Non Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas X dengan jumlah 152 peserta didik, dengan sampel dari dua kelas yaitu kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan X3 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.


(4)

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, terdapat perbedaan nilai rata-rata (mean) hasil belajar (posttest) antara strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembelajaran konvensional yang di dapat oleh peserta didik. Dari perhitungan uji t dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 = ditolak dan Ha = diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Effect size dalam penelitian ini adalah 1,24, nilai tersebut termasuk dalam kategori tinggi yang berarti memberikan pengaruh yang cukup tinggi.


(5)

(6)

(7)

MOTTO

ّإ

هّل

ۗم سفنأب م ْ غ ح م ب م غ ل

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar-Rad : 11)

“Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” (Oemar Said Tjokroaminoto)

“Kunci kebahagiaan hidup hanya satu, Ilmu”


(8)

PERSEMBAHAN

هّل مسب

م ح ل نمح ل

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan skripsi ini

kepada:

1.

Abah dan ibuku tersayang yang telah membesarkanku, mendidik serta

mendo’akanku. Mohon maaf selama ini telah banyak menyusahkan dan membuat abah dan ibu kecewa. Jasa kalian takkan mungkin dapat ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat membahagiakan dan dapat membuat kalian bangga telah melahirkan ku. Khususnya buat abah yang Insya Allah ada ditempat yang layak, disisi-Nya yang selalu menunggu keberhasilan ananda...

2.

Kakak dan adikku yang tersayang (Wo Cut, Udo Aldi, dan Adek Purna, dan Meri),,,,,,,,terimakasih atas kasih sayang dan perhatiannya untukku, tawa dan canda kalian adalah semangat bagiku,,,,,,,,


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tri Putra Octa Wijaya, dilahirkan di Krui, Pesisir Barat, pada tanggal 14 Oktober 1992. Anak putra ke tiga dari empat bersaudara, pasangan bahagia Bapak Ishak Hardy (Alm) dan Ibu Dewi Yulia.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sumber Agung diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ngambur diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Ngambur diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (SNMPTAIN) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Fisika.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kegiatan dikampus, yaitu menjadi staf Divisi Minat Bakat Himpunan Mahasiswa Fisika IAIN Raden Intan Lampung. Mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2015 di Desa Sendang Asih, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah. Dan penulis juga mengikuti kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 15 Bandar Lampung.


(10)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Taburan cinta dan kasih sayang Mu telah memberikan kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan tak terhingga yang telah Engkau berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

Kelas X SMA N 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat”. Shalawat beiriring salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan kita Nabi Muahammad SAW, para shabat, keluarga, dan pengikutnya yang taat menjalankan syariat Nya.

Penulis menyusun skripsi ini, sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, dan Alhamdulillah dapat penulis selesaikan sesuai dengan rencana. Dalam upaya penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta tidak mengurangi rasa terimakash atas bantuan semua pihak, maka secara khusus penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

2. Ibu Dr. Yuberti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Fisika IAIN Raden Intan Lampung

3. Ibu Sri Latifah, M.Sc selaku pembimbing I dan Ibu Rahma Diani, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan.


(11)

4. Dosen Fakultas Tarbiyah dan keguruan, khususnya dosen Prodi pendidikan Fisika yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama menuntut ilmu di Jurusan Pendidikan Fisika IAIN Raden Intan Lampung.

5. Kepala sekolah, guru dan staf di SMA N 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat yang telah memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini

6. Rekan-rekan pendidikan fisika angkatan 2012 yang telah menemani dari awal menjadi mahasiswa hingga sekarang, terimakasih untuk semua hal yang telah kita lakukan bersama-sama selama 4 tahun ini.

7. Almamaterku tercinta IAIN Raden Intan Lampung

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Mengingat kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, Desember 2016 Penulis,

Tri Putra Octa Wijaya NPM 1211090032


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

H. Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 9


(13)

5. Hasil Belajar ... 16

6. Materi ... 17

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berfikir ... 29

D. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Jenis Penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 38

G. Uji Coba Instrumen ... 38

1. Validitas Insrumen... 39

2. Reliabilitas Instrumen ... 41

3. Tingkat Kesukaran... 42

4. Daya Pembeda ... 44

5. Kualitas Pengecoh ... 47

6. Kesimpulan Butir Soal ... 49

H. Teknik Analisis Data ... 50

1. Uji Analisis Prasyarat ... 50

a. Uji Normalitas ... 50

b. Uji Homogenitas ... 51

2. Uji Hipotesis... 52


(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 54

B. Hasil Analisis Data ... 56

1. Uji Prasyarat Analisis Data ... 56

a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... 56

b. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 57

2. Pengujian Hipotesis ... 58

3. Effect Size ... 59

C. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Presentase Ketuntasan Ulangan Harian ... 3

Tabel 3.1 Non- Randomized Control Group Pretest and Posttest Design .... 35

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 37

Tabel 3.3 Validitas Butir Soal ... 40

Tabel 3.4 Kualifikasi Koefisien Reliabilitas ... 41

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 43

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 43

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 45

Tabel 3.8 Daya Pembeda Butir Soal ... 46

Tabel 3.9 Kualitas Pengecoh ... 47

Tabel 3.10 Pengambilan Kesimpulan Butir Soal Hasil Belajar ... 49

Tabel 3.11 Kategori Effect Size ... 53

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest ... 54

Tabel 4.2 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest ... 57

Tabel 4.4 Hasil Posttest Kelas eskperimen dan Kelas Kontrol ... 59

Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest ... 60

Tabel 4.6 Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... 63

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 64

Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ... 65


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ... 14

Gambar 2.2 Gaya Berat ... 21

Gambar 2.3 Gaya Normal ... 21

Gambar 2.4 Gaya Tegangan Tali ... 22

Gambar 2.5 Gaya Sentripetal ... 23

Gambar 2.6 Gerak Benda Pada Bidang Datar ... 24

Gambar 2.7 Gerak Dua Benda Saling Bersentuhan ... 24

Gambar 2.8 Gerak Benda Pada Bidang Miring ... 25

Gambar 2.9 Gerak Benda Pada Katrol ... 25

Gambar 2.10 Gaya Tekan Kaki Pada Lift Diam ... 26

Gambar 2.11 Gaya Tekan Kaki Pada Lift Naik ... 26

Gambar 2.12 Gaya Tekan Kaki Pada Lift Turun ... 26

Gambar 2.13 Gerak Melingkar Vertikal ... 27

Gambar 3.1 Pengaruh Variabel X Terhadap Y ... 36

Gambar 4.1 Rekapitulasi Data Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 54

Gambar 4.2 Persentase Hasil Belajar Fisika Materi Dinamika Partikel (Pretest) ... 63

Gambar 4.3 Persentase Hasil Belajar Fisika Materi Dinamika Partikel (Posttest) ... 64


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Hasil Penelitian ... 74

2. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 76

a. Uji normalitas ... 78

b. Uji homogenitas ... 84

c. Uji hipotesis ... 90

d. Effect Size ... 95

3. Perangkat Pembelajaran... 96

4. Soal Pretest Dan Posttest ... 119

5. Surat Penelitian ... 124

6. Foto Kegiatan Penelitian... 126

7. Nota Dinas Bimbingan ... 127


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.1 Dalam pembelajaran strategi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Apabila proses belajar mengajar tidak menggunakan strategi yang tepat, maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu2.

Alqur’an sebagai kitab suci umat Islam didalamnya memuat berbagai

informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan, termasuk strategi dalam pembelajaran.

1

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua

(Depok: Raja Grafindo Persada,2013),h.1

2

Gerlach dan Ely, (dalam Sunhaji), Strategi Pembelajaran Konsep dan Aplikasinya (Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan: P3M STAIN Purwokerto, INSANIA|Vol. 13|No. 3 Sep-Des 2008|474-492)


(19)

“Artinya :Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S Al-Ma’idah :67)

Ayat ini memuat tentang prinsip-prinsip berdakwah, mengajar, dan mendidik. Prinsip dasar ini berkembang menjadi beberapa insipirasi dalam konteks kekinian baik dalam bidang dakwah, komunikasi, dan pendidikan, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan interaksi sesama manusia. Pendidikan sebagai salah satu bagian dari dakwah yaitu mengajak manusia dalam hal kebaikan dan mencegah keburukan tidak terlepas dari penggunaan beberapa prinsip tersebut. Sehingga peserta didik bisa mendapatkan ilmu serta terjadi perubahan tingkah laku yang diharapkan dari setiap proses kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, bahwa pembelajaran mata pelajaran Fisika kelas X di SMA Negeri 1 Ngambur masih rendah. Hal ini diduga karena guru belum menemukan strategi pembelajaran yang cocok dengan karakteristik materi yang diberikan. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata presentase ketuntasan ulangan harian mata pelajaran Fisika peserta didik SMA Negeri 1 Ngambur pada materi Dinamika partikel tahun pelajaran


(20)

2015/2016 sebesar 37,06 % yang mencapai KKM dan 62,93 % yang belum mencapai KKM.

Tabel 1.1

Presentase Ketuntasan Ulangan Harian Semester Ganjil Mata Pelajaran Fisika Peserta Didik pada materi Dinamika Partikel Kelas X SMA Negeri

1 Ngambur Tahun Ajaran 2015/2016.

Kelas Jumlah Siswa

KKM

KKM

% KKM %

X1 32 70 14 43,75 18 56,25

X2 31 70 12 38,71 19 61,29

X3 32 70 13 40,63 19 59,37

X4 30 70 9 30 21 70

X5 31 70 10 32,26 21 67,74

Rata-rata 37,06%

Rata-rata 62,93%

Sumber : Nilai ulangan harian semester ganjil tahun 2015/2016 bidang studi Fisika kelas X SMA N 1 Ngambur

Data yang diperoleh dari observasi yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Ngambur pada mata pelajaran Fisika hanya sebagian peserta didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran dikelas, seperti mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan, dan sebagian lainnya peserta didik yang tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran, hanya mengikuti pembelajaran tanpa memperhatikan.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta menumbuhkan


(21)

aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi perkuliahan dan mahasiswa, metode dan teknik pembelajaran, dan media pembelajaran yaitu berupa peralatan dan bahan pelajaran, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditentukan.3 Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan strategi yang membelajarkan peserta didik melalui teman-teman sebaya dan mencipta semangat kerjasama serta memupuk suatu tanggung jawab.4

Disamping mencipta kerjasama dalam belajar dan mengetahui tentang sesuatu, peserta didik juga dihargai dan diberi kepercayaan oleh guru dan teman kelompoknya untuk menguasai suatu topik dan masalah yang kemudian akan kembali kepada kelompoknya untuk menjelaskan kepada teman-temannya. Kelebihan stategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain5.

Berdasarkan penelitian Fadliyani, Muhibbuddin, Ali Sarong dinyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan siswa yang diajarkan dengan

3

M Yamin, Strategi Dan Metode Dalam Model Pembelajaran (Jakarta: GP Press Group, 2013), h.7

4

M Yamin, Ibid, h. 91

5

Zaini, (dalam Kartika, Soeprajitno), Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi Materi Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial Kelas VIII SMP Negeri 2 Talun, Blitar, (Jurnal Unnes)


(22)

pembelajaran konvensional.6 Heni Mularsih, dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw daripada siswa yang tidak diajarkan dengan strategi kooperatif7. Atas dasar pertimbangan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Ngambur dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yang diharapkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar Fisika peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Hasil belajar Fisika peserta didik masih rendah.

2. Guru belum menemukan strategi pembelajaran yang cocok dengan karakteristik materi yang diberikan.

3. Hasil belajar siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, yaitu 70.

6

Fadliyani, Muhibbuddin, Ali Sarong, “ Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Konsep Sistem Pencernaan Makanan Manusia Terhadap Hasil Belajar Siswa Sma Negeri 1Sakti Kabupaten Pidie” (Jurnal Biotik: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, ISSN: 2337-9812, Vol. 2, No. 1, Ed. April 2014)

7

Heni Mularsih, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Smpn 07 Tangerang”, (Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008)


(23)

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat mencapai sasaran serta mendapatkan hasil yang relevan, maka penulis membatasi penelitian ini pada : 1. Pembelajaran Fisika dilakukan dengan menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

2. Hasil belajar Fisika ditinjau dari ranah kognitif peserta didik. 3. Materi pelajaran dibatasi pada pokok bahasan Dinamika Partikel.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat?”

E. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada masalah yang menjadi pokok pembahasan pada penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw


(24)

terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan memejukan polapikir peneliti dan pembaca mengenai strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai pengalaman baru bagi peneliti untuk meningkatkan pemahaman tentang strategi pembelajaran dikelas.

b. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat lebih memudahkan peserta didik dalam meningkatkan aktivitas, berfikir ilmiah dan kreatif, mengedepankan kerjasama kelompok, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan interaksi sosial. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik itu sendiri.

c. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam memilih strategi pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar Fisika


(25)

d. Mendorong guru untuk pro-aktif dalam menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan mutu pembelajaran IPA sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Fisika.

G. Definsi Operasional

Agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, yaitu:

1. Strategi pembelajaran Jigsaw yaitu strategi pembelajaran berkelompok, setiap kelompok anggotanya 5-6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Langkah pembelajaran dengan strategi Jigsaw antara lain;

a. Pembagian kelompok

b. Setiap peserta didik dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama

membentuk kelompok baru (kelompok ahli)

d. Setiap anggota kembali ke kelompok asli dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai


(26)

f. Penutup

2. Hasil belajar, berarti ulangan, ujian atau tes. Tes tersebut ialah untuk memperoleh suatu indeks dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pretest dan postest. Instrumen tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Fisika

Pembelajaran ialah proses atau upaya yang dilakukan seseorang agar orang lain melakukan belajar. Pembelajaran tidak identik dengan belajar sebagaimana yang dipahami sebagian orang selama ini.8 Kegiatan mengajar dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya.9 Jadi subyek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki krakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan, atau kejadian, dan hubungan sebab

8

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Edisi kedua (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 215

9

Agus Suprijono , Cooperativ Learning Teori & Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015), hal. 13


(28)

akibatnya.10 Cabang ilmu yang termasuk anggota rumpun IPA saat ini

antara lain Biologi, Fisika,

10


(29)

Astronomi/Astrologi, dan Geologi. Subiyanto, mendefinisikan IPA sebagai berikut :

a. Suatu cabang pengetahuan yang menyangkut fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum. b. Pengetahuan yang didapatkan dengan jalan studi dan praktik.

c. Suatu cabang ilmu yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta, terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis.11

2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan cara sistematik mengkomunikasikan isi pelajaran kepada peserta didik yang meliputi perpaduan dari komponen; urutan kegiatan pembelajaran, metode atau cara pengorganisasian pembelajaran ke peserta didik, media pembelajaran yakni peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.12

Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan salah satu hal penting yang harus dipahami oleh setiap guru, mengingat proses pembelajaran merupakan proses komunikasi multiarah antarsiswa, guru, dan lingkungan belajar13. Karena itu pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga akan diperoleh dampak pembelajaran secara langsung ke

11

Subiyanto (dalam Asih, Eka Sulistyowati), Ibid, h.23 12

Suparman, (dalam Abdul Halim), Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat, (Jurnal Tabularasa) PPS UNIMED Vol.9 No.2, Desember 2012

13

Hamzah, Nurdin, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.4


(30)

arah perubahan tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

3. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Satretegi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial.14 Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.15 Dari definisi tersebut dapat dipahami, bahwa strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar. Dalam strategi pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam PBM, tetapi berperan

14

Ibrahim, (dalam Syaiful Bahri), Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.356

15

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada media, 2011), h.243


(31)

sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran.16 Sintaks strategi pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sintaks strategi pembelajaran kooperatif17

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar Fase 2: Present Information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasikepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien Fase 4: Assist team work and

study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenal berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 : Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Seperti diketahui bahwa tidak ada satu strategi pembelajaran pun yang paling baik diantara strategi yang lain. Demikian halnya dengan strategi pembelajaran kooperatif. Ada sejumlah keunggulan dan keterbatasan yang dimiliknya.

a. Keunggulan strategi pembelajaran kooperatif 18:

1) Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

2) Optomalisasi partisipasi siswa

16

Syaiful Bahri, Op.Cit, h.358

17

Agus Suprijono, Op.Cit, h.84

18


(32)

3) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan dengan sesama siswa dalam susasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

4) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

5) Meningkatkan penerimaan. 6) Meningkatkan hubungan positif. 7) Motivasi Instrinsik makin besar. 8) Percaya diri yang tinggi.

9) Perilaku dalam tugas lebih.

10)Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah 11)Siswa bertanggung jawab dengan belajarnya

12)Siswa mengartikan “apa yang guru bicarakan” kepada “apa

yang dikatakan siswa” untuk peer mereka

13)Siswa meningkat dalam “kolaborasi kognitif”. Mereka mengorganisasi pikirannya untuk dijelaskan ide pada teman-teman sekelas mereka.

b. Keterbatasan strategi pembelajaran kooperatif adalah19:

1) Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

2) Jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

19


(33)

4. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam perkembangannya, pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe. Tiap tipe mempunyai perbedaan dalam hakekat pembelajaran, bentuk kerjasama, peranan dan komunikasi antar peserta didik, serta peranan guru. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson, Slavin, dan Kagan.

Pembelajaran tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.20 Blaney, Stephan, Resenfield, Aronson, dan Sikes menyatakan bahwa penerapan strategi Jigsaw akan mencipta peserta didik menyenangi teman-teman antara satu dan lainnya.21 Pembelajaran tipe Jigsaw dikenal juga dengan pembelajaran kooperatif para ahli. Menurut Arends hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:22

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw

20

Isjoni, Cooperativ Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok (Jakarta: Alfhabeta, 2013), h. 54

21

Blaney, dkk (dalam Martinis Yamin), Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. (Jakarta: GP Press Group,2013), h. 91

22


(34)

Kunci strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.23

Stephen, sikes dan Snapp, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran koperatif tipe Jigsaw sebagai berikut24 :

a. Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim; b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda; c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan; d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari

bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama;

f. Tiap tim asal mempresentasikan hasil diskusi; g. Guru memberikan evaluasi

h. Penutup.

Jhonson dan Jhonson melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak.25 Pengaruh positif tersebut adalah:

a. Meningkatkan hasil belajar; b. Meningkatkan daya ingat;

23

Robert E Slavin. Cooperativ Learning. Teori, Riset, Dan Praktik (Bandung: Nusa Media.2009), h. 237

24

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Depok: Rajagrafindo Persada,2013), h.220

25


(35)

c. Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi; d. Mendorong tumbuhnya motovasi intrinsik (kesadaran individu); e. Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;

f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru;

h. Meningkatkan harga diri anak;

i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif;dan j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

5. Hasil Belajar

Proses kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari hasil belajar. Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar26. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya27. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, digunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.28 Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diukur hanya dalam ranah kognitif, yaitu pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4).

26

Kunandar, Penilaian Autentik Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 62

27

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009), h. 22

28


(36)

6. Materi

Dinamika Partikel

a. Hukum Newton

1) Hukum II Newton

Hukum 1 Newton disebut juga hukum kelembaman atau hukum kemalasan. Benda yang mula-mula diam akan mempertahankan keadaan diamnya (malas bergerak), dan benda yang mula-mula bergerak akan mempertahankan keadaaan bergeraknya (malas berhenti). Sifat benda yang cenderung mempertahankan keadaan geraknya (diam atau bergerak) disebut sebagai kelembaman atau inersia (kemalasan).29 Sedangkan ukuran kuantitas kelembaman suatu benda adalah besaran massa. Makin besar massa benda, makin besar kelembaman benda (makin sukar digerakkan atau dihentikan). Bunyi hukum 1 Newton :

“Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan

kecepatan tetap”30 ∑F = 0

Jadi jika benda tersebut ingin bergerak, harus ada gaya yang mengenai benda tersebut. Itu juga diajarkan dalam Islam. Untuk membuat suatu pergerakan, dibutuhkan pula gaya. Dorongan dari diri sendiri atau dari

29

Sri Handayani & Ari Damari, Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X BSE (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h.77

30

Setya Nurachmandani, Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X BSE (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h.82


(37)

orang lain. Sebagaimana fiman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’d ayat 11 yang berbunyi:

هل

عم

هفّخ نم ه ن ب نم

هن ظفح

مأ نم

ۗهّل

ّإ

هّل

م غ ل

د أ ٓ إ ۗم سفنأب م ْ غ ح م ب

هّل

م ب

ءٓ س

هل د م ّف

ۚ

نم م ل م

هن د

ل نم

Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”

2) Hukum II Newton

Hukum II Newton berkaitan dengan hubungan antara percepatan benda dengan massa dan gaya yang mempengaruhinya. Menurut Newton percepatan suatu benda di pengaruhi oleh gaya (F) dan massa (m). Bunyi hukum II Newton sebagai berikut :

“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”31

31


(38)

Berarti, semakin besar gaya yang kita berikan maka pergerakan benda semakin besar. Begitu juga pergerakan hidup, semakin besar gaya yang kita berikan pada hidup kita, maka pergerakan dan kemajuan hidup kita akan lebih cepat. Sebagaimana, firman Allah SWT dalam surat Al-Jatsiyah ayat 22 yang berbunyi:

قّخ هّل مسل ض أل

ب قحل ّ مّظ ل مه س مب سفن ّ زج ل

Artinya : “Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan”

Satuan SI untuk gaya adalah Newton. Satuan F = (satuan m). (satuan a) 1 N = (1 kg). (1 m/ ) 1 N = 1 kg m/

“satu Newton didefinisikan sebagai gaya yang menghasilkan

percepatan 1 m/ ketika gaya ini diberikan pada benda bermassa 1 kg. 3) Hukum III Newton.

Gaya hadir jika sedikitnya ada dua benda yang berinteraksi. Gaya pertama dapat disebut sebagai aksi dan gaya kedua sebagai reaksi. Hukum III Newton dapat dinyatakan sebagai berikut :

“Jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, benda B akan mengerjakan gaya pada benda A, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan”. Secara matematis, hukum III Newton dinyatakan sebagai :


(39)

Berarti gaya yang kita berikan pada benda atau sesuatu akan dibalas dengan gaya yang sama besar, yang berlawanan arah. Jika kebaikan merupakan suatu gaya yang kita berikan, dan dibalas dengan kejahatan, maka kejahatan tersebut merupakan gaya yang sama besar yang telah kita berikan, namun berlawanan arah dengan kebaikan. Penjelasan tentang hukum Newton III juga terdapat dalam Al-Qur’an surat QS. Fushilat: 34-35

ل

س

نسحل

ل

ۚ سل

عفد

ب

ل

إف نسحأ ه

ل

هن ب ن ب

ع

هنأ

م مح ل

Artinya : “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

b. Jenis-jenis Gaya

1) Gaya berat

Gaya berat sering disebut juga dengan berat. Massa adalah banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda. Atau massa adalah ukuran kelembaman (kemampuan mempertahankan keadaan gerak) suatu benda. Berat (diberi lambang w dari kata “weight”) adalah gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada suatu benda. Dengan menggunakan hukum II Newton pada benda jatuh bebas ini diperoleh hubungan antara berat dan massa.


(40)

Vektor berat selalu berarah tegak lurus pada permukaan Bumi menuju ke pusat Bumi. Vektor berat suatu benda di Bumi selalu berarah tegak lurus ke bawah dimanapun posisi benda diletakkan.

W= mg w=mg w=mg w=mg

Gambar 2.2 : Arah vektor berat selalu tegak lurus kebawah bagaimanapun posisi benda diletakkan.

2) Gaya Normal

Gaya normal didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua permukaan yang bersentuhan, yang arahnya selalu tegak lurus pada bidang sentuh.

N N

N

N

Gambar 2.3 : Gaya normal adalah gaya sentuh yang arahnya selalu tegak lurus pada bidang sentuh.

3) Gaya Gesekan

Gaya gesekan termasuk gaya sentuh, yang muncul jika permukaan dua benda bersentuhan langsung secara fisik. Arah gaya


(41)

gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. Gaya gesekan yang dikerjakan permukaan bidang pada sebuah benda sewaktu benda tidak bergerak disebut gaya gesekan statis.

4) Gaya Tegangan Tali

Tegangan tali adalah gaya yang bekerja pada ujung-ujung tali karena tali tersebut tegang, sebagai reaksi dari gaya luar yang bekerja padanya.. Pada kedua ujung tali yang tegang timbul tegangan tali (diberi lambang T). Jika tali dianggap ringan (beratnya dapat diabaikan), gaya tegangan tali pada kedua ujung tali untuk tali yang sama dianggap sama besar. Pada gambar, A dan B dihubungkan oleh tali yang sama (sebut tali 1). Tegangan tali pada kedua ujung tali 1 sama besar, yaitu T1. B dan C dihubungkan oleh tali yang sama (sebut tali 2). Tegangan tali pada kedua ujung tali dua sama besar, yaitu T2.

Tali 1 Tali 2

T1 T1 T2 T2 P

Gambar 2.4 : Tiga benda A, B, dan C dihubungkan oleh dua utas tali. Diujung-ujung tali 1 muncul tegangan T1 dan diDiujung-ujung-Diujung-ujung tali 2 muncul T2

5) Gaya Sentripetal


(42)

Suatu benda yang bergerak melingkar beraturan mengalami percepatan sentripetal (diberi lambang ), dan besarnya dinyatakan oleh :

Percepatan sentripetal disebabkan oleh gaya sentripetal (diberi lambang ). Sesuai dengan hukum II Newton, hubungan antara percepatan sentripetal dan gaya sentripetal adalah :

Arah gaya sentripetal tegak lurus terhadap vektor kecepatan, menuju pusat lingkaran. Gaya sentripetal yang menarik bola menuju ke pusat lingkaran adalah gaya tegangan tali T.

Asal gaya sentripetal adalah gaya tegangan tali T

Rumus gaya sentripetal

Bola

Jadi,

Gambar 2.4 : Gaya Sentripetal

c. Penerapan Hukum Newton


(43)

1) Gerak benda pada bidang datar

F

θ F cos

θ

a b

Gambar 2. 6 (a) balok pada bidang datar ditarik horizontal. (b) balok pada bidang datar ditarik dengan membentuk sudut

Sebuah benda yang terletak di atas bidang datar licin ditarik horizontal dengan gaya F. Benda tersebut bergerak dengan percepatan a. benda bergerak pada sumbu X (horizontal), maka gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah F = m a.

Jika gaya tarik F membentuk sudut, maka komponen yang menyebabkan benda bergerak di atas bidang licin adalah komponen F, yaitu Fx.

, maka

2) Gerak dua benda yang saling bersentuhan F ma mb

Gambar 2.7 dua benda ma dan mb bersentuhan dan diletakkan pada bidang datar licin

Persamaannya adalah :


(44)

N

mg sin θ

mg cos θ

θ mg

Gambar 2.8 gerak pada bidang miring

Gaya-gaya yang bekerja pada sumbu y :

Gaya-gaya yang bekerja pada sumbu x :

Percepatan benda :

4) Gerak benda yang dihubungkan dengan katrol

T T

a

a mb g

ma g Gambar 2.9 Katro


(45)

Tegangan tali benda mb :

Percepatan benda :

5) Gaya tekan kaki pada lift

N

Gambar 2.10 Lift diam

N a a

Gambar 2.11 Lift Naik Gambar 2.12 Lift turun

6) Gerak benda melingkar A


(46)

B

C

D

Gambar 2.13 gerak melingkar vertikal

Pada semua keadaan berlaku :

Saat benda di posisi A berlaku :

Saat beda di posisi B berlaku :

Saat benda di posisi C berlaku :

Saat benda berada di posisi D berlaku :


(47)

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar peserta didik yang diberi penerapan Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis macromedia flash materi pokok Hukum-hukum Newton tentang Gerak dan Gravitasi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.32

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooerpatif tipe Jigsaw pada materi hakikat Biologi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Rambah Hilir tahun pelajaran 2014/2015.33

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu siswa untuk lebih antusias serta bertanggung jawab dalam belajar sehingga membantu siswa untuk menyerap materi lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang diperoleh bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran

32

Pohan D & Simamora P, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Macromedia Flash Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hukum-Hukum Newton (Jurnal Inpafi)

33

Miftahul Sani,Afifah,Afniyanti, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Hakikat Biologi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rambah Hilir Tahun Pembelajaran 2014/2015 (Jurnal Universitas Pasir Pengaraian)


(48)

kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.34

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran seni musik pada materi lagu Nusantara di kelasVIII E SMPN 3 Sidayu Gresik.35

5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan Strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan siswa yang diajarkan dengan Strategi pembelajaran konvensional.36

C. Kerangka Berfikir

Secara umum hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Fisika masih dikategorikan rendah. Harus disadari bahwa dewasa ini dalam proses pembelajaranFisika,guruhanyamenyampaikanproduktanpa memperhatikan proses kejadian. Hal tersebut berpengaruh aktivitas peserta didik dan hasil belajaryangakandicapai.

34

Marthina, Gunowibowo, Djalil, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Jurnal Pendidikan Matematika Unila)

35

Muhammad Wendy Fathur Rahman, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Seni Musik Pada Materi Lagu Nusantara Kelas VIII E SMPN 3 Sidayu Gresik (Jurnal Universitas Negeri Surabaya)

36

Fadliyani, Muhibbuddin dan M. Ali Sarong, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Konsep Sistem Pencernaan Makanan Manusia Terhadap Hasil Belajar Siswa Sma Negeri 1Sakti Kabupaten Pidie (Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 2, No. 1, Ed. April 2014)


(49)

Padaprosespembelajaranpeserta didikakanlebihmudahmemahami materi yang disampaikan, apabila mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi keadaan demikian adalah pemilihan Strategi dan metode pembelajaran yang dapat meningkatakn aktivitas dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dengan lingkungan dan juga lebih diarahkan kepada kegiatan yang mendorong peserta didik belajar aktif baik secarafisik,sosialmaupunmentaldalam memahamikonsep dan memecahkan masalah.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw membuatpeserta didik dapat bekerjasama dalam kelompok. Dengan Strategi pembelajaran ini akan melatih peserta didik mengembangkan keterampilan sosialnya, menghargai perbedaan, meningkatkan motivasi, sikap positif, dan mengurangi kecemasan, serta dapat memecahkan masalah secara bersama-sama, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Selama Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw peserta didik dikelompokkan dengan jumlah anggota 4-6 orang dengan kemampuan yang heterogen. Anggota dari setiap kelompok mempelajari secara singkat materi yang diberikan oleh guru dalam kelompok asal. Setelah semua anggota dari kelompok asal mempelajari secara singkat materi yang diberikan oleh guru, mereka membentuk kelompok ahli dan mendiskusikan materi yang sama dengan anggota kelompok ahli tersebut. Selanjutnya anggota kelompok ahli


(50)

kembali ke kelompok asal serta mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru berupa tugas, dan dituntut untuk memecahkan masalah dari tugas tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah, serta mengacu pada kajian teoritis yang telah peneliti kemukakan diatas, selanjutnya dapat disusun suatu kerangka pemikiran guna menghasilkan hipotesis dari 2 variabel yang diteliti, 2 variabel tersebut adalah :

1. Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (X) sebagai variabel bebas

2. Hasil belajar Fisika peserta didik (Y) sebagai variabel terikat.

Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut :

Keterangan :

X = Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Y = Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

D. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

a. Hipotesis Penelitian


(51)

Terdapat pengaruh pada strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

b. Hipotesis Statistik

, tidak ada pengaruh pada strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

, terdapat pengaruh pada strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.37 Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA N 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat dengan jumlah 152 orang peserta didik.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.38 Sampelyangdigunakandalampenelitianiniterdiridari2kelas, yaitu:

a. Kelaseksperimen, yaitukelompok siswa yang mendapat pembelajaran Fisika secara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas X1.

37

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2014), h.61

38


(53)

b. Kelaskontrol, yaitu kelassiswa yangmendapatkanpembelajaranFisika secarakonvensional. Kelas kontrol pada penelitian ini adalah kelas X3.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster Sampling. Cluster sampling merupakan teknik memilih sampel lainnya dengan menggunakan prinsip probabilitas.39

Memilih sampel dengan menggunakan teknik ini mempunyai beberapa langkah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi populasi yang hendak digunakan 2) Menentukan besar sampel yang di inginkan

3) Menentukan dasar logika untuk menentukan klaster.

4) Memperkirakan jumlah rata-rata subjek yang ada pada setiap klaster.

5) Membagi antara jumlah sampel dengan jumlah klaster yang ada. 6) Secara random, memilih anggota sampel yang diinginkan untuk

setiap klaster.

7) Jumlah sampel adalah, jumlah klaster dikalikan jumlah anggota populasi per klaster.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian ekseprimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

39


(54)

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan40. Dalam penelitian ini, desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi Eksperiment Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain quasi eksperimen yang digunakan adalah Non Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Pada design ini terdapat pretest dan post test untuk kelompok eksperimen dan kontrol.

Tabel 3.1

non-Randomized Control Group Pretest and Postest Design.41

Keterangan :

: Prestest ( tes awal sebelum proses belajar mengajar dimulai dan belum diberikan perlakuan)

: Posttest ( tes akhir setelah proses belajar mengajar berlangsung dan diberikan perlakuan)

: Pemberian proses belajar mengajar untuk kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

40

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 107

41

Sukardi, Opcit, h.186

Kelompok Tes Awal Perlakuan (x) Tes Akhir

Eksperimen X


(55)

: Proses belajar mengajar untuk kelompok kotrol dengan pembelajaran konvesional.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang diteliti oleh seseorang peneliti, jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi kemudian tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya.42 Dalam hal ini penulis mendefinisikan operasional variabel:

1. Variabel Independent (Variabel penyebab atau variabel bebas) Variable independent atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (X). 2. Variabel Dependent (Variabel Terikat)

Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Fisika peserta didik (Y). Dimana variabel independent atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel dependent atau variabel terikat.

(Gambar 3.1. Pengaruh variable X terhadap Y)

Keterangan : X = Pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

42 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta. 2013), h. 38


(56)

Y = Hasil belajar Fisika peserta didik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tes

Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid43. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, sedangkan nilai post tes diambil setelah pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan ganda.

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data Tes

Sumber data Jenis data Teknik

Pengumpulan data

Instrumen

Kelas

Eksperimen & Kelas Kontrol

Hasilbelajarsiswasebelum diterapkanstrategi

pembelajarankooperatif dan konvensional

Pretest Butir pilihan

ganda

Kelas

Eksperimen & Kelas Kontrol

Hasilbelajarsiswasesudah diterapkan strategi

pembelajarankooperatif dan konvensional

Post test Butir pilihan

ganda

43

Muchtar Bukhori, (dalam Suharsimi A), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2


(57)

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mengambil data berbentuk tulisan, nama siswa, gambar kegiatan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pembahasan peneliti.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, instrumen tes. Intrumen tes yang digunakan adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu44. Instrumen tes hasil belajar berupa pilihan ganda.. Tes dilakukan sebelum pembelajaran (prestest) dan sesudah pembelajaran (post test). Skor yang digunakan dalam pilhan ganda adalah bernilai satu (1) untuk jawaban yang benar, dan bernilai nol (0) untuk jawaban yang salah.

G. Uji Coba Instrumen

Sebelum soal digunakan untuk memperoleh data hasil belajar Fisika peserta didik pada penelitian ini, terlebih dahulu soal diuji cobakan untuk mengetahui validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran, serta kualitas pengecoh. Uji coba soal yang dilaksanakan dikelas XI IPA di SMA

44


(58)

Negeri 1 Ngambur sebanyak 30 peserta didik. Soal yang di ujikan sebanyak 25 soal dengan empat alternatif jawaban pada setiap butir soal (multiple choice).

1. Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.45 Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal dengan cara membandingkan skor siswa untuk tiap butir soal dengan skor total. Perhitungan validitas butir soal dengan

korelasi “pearson product moment”46 sebagai berikut : ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dimana :

= koefisien korelasi suatu butir/item

n = jumlah subyek; x = skor suatu butir/item y = skor total

√ √

Nilai t kemudian dikonsultasikan dengan t-tabel (t-kritis). Bila t-hitung dari rumus diatas lebih besar dari t-tabel, maka butir tersebut valid, dan sebaliknya. Pada penelitian ini, soal yang akan digunakan adalah soal

45

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Op.Cit, h. 173

46

Riduwan & Sunarto,Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, ekonomi, Kominikasi, dan Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2013),h.80


(59)

yang valid. Berdasarkan hasil perhitungan validitas terhadap 30 soal uji coba, semua soal dinyatakan valid, kecuali soal nomor 22, 24, 27, 28, 30. Perhitungan validitas butir soal pada penelitian ini menggunakan program Anates 4.0 (Lampiran 3). Berikut hasil perhitungan validitas butir soal yang telah di uji coba.

Tabel 3.3 Validitas Butir Soal

No Butir Soal Korelasi Keterangan

1 0,386 Valid

2 0,480 Valid

3 0,492 Valid

4 0,437 Valid

5 0,421 Valid

6 0,525 Valid

7 0,354 Valid

8 0,480 Valid

9 0,413 Valid

10 0,499 Valid

11 0,468 Valid

12 0,610 Valid

13 0,399 Valid

14 0,481 Valid

15 0,691 Valid

16 0,698 Valid

17 0,698 Valid

18 0,743 Valid

19 0,593 Valid

20 0,602 Valid

21 0,454 Valid

22 0,216 Tidak Valid

23 0,531 Valid

24 0,073 Tidak Valid


(60)

26 0,698 Valid

27 0,100 Tidak Valid

28 0,150 Tidak Valid

29 0,530 Valid

30 0,045 Tidak Valid

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu alat evaluasi atau tes dikatakan reliabel jika, tes tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil produktif. Teknik yang digunakan dalam menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus “Spearman-Brown”47. Dengan rumus sebagai berikut:

Dimana :

reliabilitas internal seluruh instrumen

korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Dengan kualifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kualifikasi Koefisien Reliabilitas48

Koefisien Reliabilitas (r) Interpretasi

47

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), h .216

48

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 257


(61)

0,00 ≤ r < 0,20 Sangat Rendah

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah

0,40 ≤ r < 0,60 Cukup

0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi

0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas terhadap 30 soal uji coba, diperoleh nilai reliabilitas (r) tes sebesar 0,94. Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan program Anates 4.0 (Lampiran 3.1).

Berdasarkan kualifikasi reliabilitas tes, jika 0,80 ≤ r ≤ 1,00, maka

reliabilitas tes instrumen sangat tinggi. Dengan demikian, reliabilitas pada instrumen tes yang telah di uji coba dapat disimpulkan mempunyai interpretasi sangat tinggi.

3. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.49 Oleh karena itu soal yang dibuat untuk mengukur tes hasil belajar sebaiknya adalah soal yang dapat menjangkau semua kemampuan siswa. Untuk mengetahui tingkat kesukaran yang dibuat, sebaiknya pembuat soal

49


(62)

harus melakukan perhitungan tingkat kesukaran soal. Adapun perhitungan tingkat kesukaran soal menggunakan rumus berikut50 :

Dimana :

= banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

= banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar

= jumlah siswa kelompok atas

Interprestasi mengenai tingkat kesukaran yang diperoleh menggunakan tabel klasifikasi berikut :

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal51

Tingkat Kesukaran Klasifikasi

0,00-0,15 Sangat Sukar

0.15-0,30 Sukar

0,30-0,70 Sedang

0,70-0,85 Mudah

0,85-1,00 Sangat Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran terhadap 30 soal uji coba, diperoleh 1 soal sangat mudah, 5 soal mudah, 12 soal sedang, 6 soal sukar, dan 6 soal sangat sukar. Perhitungan tingkat kesukaran pada penelitian ini menggunakan program Anates 4.0

50

Rostina Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta), h.76

51

Arikunto (Dalam Lian G. Otaya), “Analisis Kualitas Butir Soal Pilihan Ganda Menurut Teori Tes KlasikDengan Menggunakan Program Iteman”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam


(63)

(Lampiran 3.2). Berikut hasil perhitungan tingkat kesukaran soal pada instrumen setelah di uji coba.

Tabel 3.6 Tingkat kesukaran butir soal

No Butir Soal Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Keterangan

1 26 86,67 Sangat Mudah

2 22 73,33 Mudah

3 22 73,33 Mudah

4 14 46,67 Sedang

5 23 76,67 Mudah

6 21 70 Sedang

7 22 73,33 Mudah

No Butir Soal Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Keterangan

8 19 63,33 Sedang

9 17 56,67 Sedang

10 24 80 Mudah

11 15 50 Sedang

12 18 60 Sedang

13 19 63,33 Sedang

14 17 56,67 Sedang

15 15 50 Sedang

16 12 40 Sedang

17 12 40 Sedang

18 8 26,67 Sukar

19 9 30 Sukar

20 16 53,33 Sedang

21 5 16,67 Sukar

22 9 30 Sukar

23 1 10 Sangat Sukar

24 4 13,33 Sangat Sukar

25 1 10 Sangat Sukar

26 1 10 Sangat Sukar

27 9 20 Sukar


(64)

29 2 6,67 Sangat Sukar

30 6 20 Sukar

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda adalah mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya52. Artinya, apabila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi ; dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah.

Tes dikatakan tidak memilii daya pembeda apabila tes tersebut, jika di ujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah, dtetapi bila diberikan kepada anak yang lemah hasil nya tinggi. Untuk mengetahui daya pembeda instrumen tes adalah dengan menggunakan rumus berikut53:

Dengan klasfikasi daya pembeda sebagai berikut :

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda54

52

Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.141

53

Rostina Sundayana, Op.Cit. h,76

54Suwarto, “Tingkat Kesulitan, Daya Beda, dan Reliabilitas Tes Menurut Teori Tes Klasik”,


(65)

Daya Pembeda Klasifikasi

0 - 0,20 Item soal memiliki daya pembeda lemah 0,20 - 0,40 Item soal memiliki daya pembeda sedang 0,41 - 0,70 Item soal memiliki daya pembeda baik 0.71 - 1,00 Item soal memiliki daya pembeda sangat baik Bertanda negatif Item soal memiliki daya pembeda sangat lemah

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda terhadap 30 soal uji coba, diperoleh 1 soal dengan daya pembeda sangat lemah, 4 soal dengan daya pembeda lemah, 8 soal dengan daya pembeda sedang, 10 soal dengan daya pembeda baik, dan 7 soal dengan daya pembeda sangat baik. Perhitungan daya pembeda pada penelitian ini menggunakan program Anates 4.0 (Lampiran 3.3). Berikut hasil perhitungan daya pembeda item soal pada instrumen setelah di uji coba.

Tabel 3.8 Daya Pembeda Butir Soal

No Butir Soal Indeks DP (%) Keterangan

1 37,5 Daya pembeda item soal sedang

2 62,5 Daya pembeda item soal baik

3 62,5 Daya pembeda item soal baik

4 62,5 Daya pembeda item soal baik

5 50 Daya pembeda item soal baik

6 62,5 Daya pembeda item soal baik

7 37,5 Daya pembeda item soal sedang

8 50 Daya pembeda item soal baik

9 37,5 Daya pembeda item soal sedang

10 62,5 Daya pembeda item soal baik

11 87,5 Daya pembeda item soal sangat baik


(66)

13 50 Daya pembeda item soal baik

14 62,5 Daya pembeda item soal baik

15 100 Daya pembeda item soal sangat baik

16 87,5 Daya pembeda item soal sangat baik

17 87,5 Daya pembeda item soal sangat baik

18 75 Daya pembeda item soal sangat baik

19 50 Daya pembeda item soal baik

20 75 Daya pembeda item soal sangat baik

21 25 Daya pembeda item soal sedang

22 12,5 Daya pembeda item soal lemah

23 25 Daya pembeda item soal sedang

24 0 Daya pembeda item soal lemah

25 37,5 Daya pembeda item soal sedang

26 37,5 Daya pembeda item soal sedang

27 0 Daya pembeda item soal lemah

28 0 Daya pembeda item soal lemah

29 25 Daya pembeda item soal sedang

30 -12,5 Daya pembeda item soal sangat lemah

5. Kualitas Pengecoh

Pada soal bentuk pilihan ganda ada alternatif jawaban (opsi) yang merupakan pengecoh. Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Indeks pengecoh dihitung dengan rumus55 :

IP = P x 100% (N - B) (n - 1) IP = indeks pengecoh

P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh N = jumlah peserta didik yang ikut tes

B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal

55


(67)

n = jumlah alternatif jawaban 1 = bilangan tetap

Berdasarkan hasil perhitungan kualitas pengecoh terhadap 25 soal uji coba, diperoleh hasil pengecoh dari setiap soal berfungsi dengan indeks pengecoh tergolong baik dan sangat baik. Perhitungan kualitas pengecoh pada penelitian ini menggunakan program Anates 4.0 (Lampiran 3.4). Berikut hasil perhitungan kualitas pengecoh soal pada instrumen setelah di uji coba.

Tabel 3.9 Kualitas Pengecoh

No Butir Soal a B c d

1 1+ 26** 1+ 2+

2 2+ 2+ 2** 4+

3 3++ 22** 3++ 2+

4 5++ 5++ 14** 6++

No Butir Soal a B c d

5 23** 2++ 2++ 3+

6 21** 3++ 3++ 3++

7 22** 2+ 3++ 3++

8 3++ 4++ 19** 4++

9 5++ 6++ 17** 4++

10 23** 2++ 2++ 3+ 11 5++ 6++ 15** 4++ 12 5++ 4++ 18** 3+

13 3++ 5+ 3++ 19**

14 17** 6+ 3+ 4++

15 5++ 5++ 15** 5++

16 12** 9+ 5++ 4+

17 8+ 5++ 5++ 12**

18 8++ 10+ 4+ 8**

19 5+ 10+ 9** 6++

20 4++ 16** 5++ 5++

21 7++ 5** 10++ 8++

22 10+ 9** 6+ 5+


(68)

24 9++ 4** 10++ 7++

25 5+ 11++ 3** 11++

26 10++ 10++ 3** 7++

27 8++ 7++ 9++ 6**

28 10++ 2** 9++ 9++

29 12+ 2** 11++ 5+

30 6** 7++ 9++ 8++

Keterangan:

** : Kunci Jawaban ++ : Sangat Baik

+ : Baik - : Kurang Baik

-- : Buruk --- : Sangat Buruk

6. Kesimpulan Butir Soal

Untuk memperoleh instrumen tes yang baik, telah dilakukan uji coba tes yang terdiri dari 30 soal plihan ganda. Instrumen yang dinyatakan baik apabila instrumen tersebut valid, reliabel, memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), daya pembeda baik, dan kualitas pengecoh baik. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis uji validitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan kualitas pengecoh dapat dirangkum dal tabel berikut :

Tabel 3.10


(69)

No Soal

Validitas Tingkat kesukaran

Daya pembeda Kualitas pengecoh

Kesimpulan

1 Valid Sangat Mudah Sedang Baik Diterima

2 Valid Mudah Baik Baik Diterima

3 Valid Mudah Baik Baik Diterima

4 Valid Sedang Baik Baik Diterima

5 Valid Mudah Baik Baik Diterima

6 Valid Sedang Baik Baik Diterima

7 Valid Mudah Sedang Baik Diterima

8 Valid Sedang Baik Baik Diterima

9 Valid Sedang Sedang Baik Diterima

10 Valid Mudah Baik Baik Diterima

11 Valid Sedang Baik Baik Diterima

12 Valid Sedang Baik Baik Diterima

13 Valid Sedang Baik Baik Diterima

14 Valid Sedang Baik Baik Diterima

15 Valid Sedang Baik Baik Diterima

16 Valid Sedang Baik Baik Diterima

17 Valid Sedang Baik Baik Diterima

18 Valid Sedang Baik Baik Diterima

19 Valid Sukar Baik Baik Diterima

20 Valid Sukar Baik Baik Diterima

21 Valid Sedang Sedang Baik Diterima

22 Tidak Valid Sukar Lemah Baik Ditolak

23 Valid Sukar Sedang Baik Diterima

24 Tidak Valid Sangat Sukar Lemah Baik Ditolak

25 Valid Sangat Sukar Sedang Baik Diterima

No Soal

Validitas Tingkat kesukaran

Daya pembeda Kualitas pengecoh

Kesimpulan

26 Valid Sangat Sukar Sedang Baik Diterima

27 Tidak Valid Sangat Sukar Lemah Baik Ditolak

28 Tidak Valid Sukar Lemah Baik Ditolak

29 Valid Sangat Sukar Sedang Baik Diterima

30 Tidak Valid Sangat Sukar Sangat Lemah Baik Ditolak

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Analisis Prasyarat


(70)

Sebelum menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors. Pada metode Lilliefors setiap data x diubah menjadi bilangan baku z, dengan rumus56 :

Langkah-langkah Uji Lilliefors :

1) Menghitung nilai rata-rata dan simpangan bakunya;

2) Susunlah data dari yang terkecil sampai data terbesar pada tabel; 3) Mengubah nilai x pada nilai z, dengan rumus ;

̅

4) Menghitung luas z dengan menggunakan tabel z ;

5) Menentukan nilai proporsi data yang lebih kecil atau sama dengan data tersebut ;

6) Menghitung selisih luas z dengan nilai proporsi ; 7) Menentukan luas maksimum (Lmaks) ;

8) Menentukan luas tabel Lilliefors (Ltabel) ; Ltabel = Lα(n-1)

9) Kriteria kenormalan : jika L maks ≤ Ltabel maka data berdistribusi normal.

Hipotesis

56


(71)

H0 : sampel berdistribusi normal H1 : sampel tidak berdistribusi normal Kriteria kenormalan :

Jika Lmaks≤ Ltabel, maka sampel berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas, dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dua varians digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen. Langkah-langkah uji homogrnitas dua varians sebagai berikut57 :

1) Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya : H0 : kedua varians homogen (v1 = v2 )

H1 : kedua varians tidak homogen (v1 ≠ v2 ) 2) Menentukan nilai Fhitung dengan rumus :

3) Menentukan nilai Ftabel dengan rumus : Ftabel = Fα (dk nvarians besar, -1/ dk nvarians kecil -1)

4) Kriteria uji : jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima (varians homogen)

2. Uji Hipotesis

57


(72)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t. Langkah-langkah uji t sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya ; b. Menentukan nilai thitung dihitung dengan rumus 58:

̅̅̅ ̅̅̅ √ (

√ ) ( √ )

c. Menentukan nilai ttabel = tα (dk = n1 + n2– 2) d. Kreteria pengujian hipotesis :

Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima

3. Effect Size

Untuk mengetahui besarnya efektivitas strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar fisika peserta didik adalah

58


(73)

dengan kriteria cohen dalam hake dengan rumus effect size.59 Rumus yang digunakan yaitu:60

Keterangan: d = effect size

mA = nilai rata-rata kelas eksperimen

mB = nilai rata-rata kelas kontrol

sdA = standar deviasi kelas eksperimen sdB = standar deviasi kelas control

Kriteria besar kecilnya effect size diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.1161 Kategori Effect Size

Effect Size Kategori

d < 0,2 Kecil

0,2 < d < 0,8 Sedang

d > 0,8 Tinggi

59Festi Arista, Marzuki, Hery Kresnadi, ”Dampak Pembelajaran Tematik Terhadap Perolehan

Belajar Peserta Didik Di Sekolah Dasar” Jurnal Pendidikan Dan Pembeajaran FKIP Untan Vol. 3 No. 8 (2014), h. 5.

60 Richard R. Hake, “Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in

Mechanics with Gender, High-School Physich, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization” Journal International Indiana University Vol. 1 No. 1 (2002), h.3.

61

Erpina. Maridjo Abdul Hasjimy, Asmayani Salimi, “ Pengaruh Kooperatif Teknik Talking Stick Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 9 2014, h. 13


(74)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest

Berdasarkan hasil perhitungan Pretest dan Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang terdiri dari 60 siswa, diperoleh rekapitulasi data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Distribusi Frekuensi

Pretest Posttest

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

1 Nilai Tertinggi 68 60 100 80

2 Nilai Terendah 24 24 48 28

3 Mean 43,5 42,14 71,37 54,42

4 Median 44 40 72 56

5 Standar Deviasi

10,54 8,54 13,17 14,12

Selain dalam bentuk tabel, untuk lebih jelasnya rekapitulasi data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam bentuk grafik berikut :

Gambar 4.1 Rekapitulasi data pretest dan posttest kelas Eksperimen dan kelas kontrol

0 50 100 150

Nilai Tertinggi Nilai Terendah Mean Median Standar Deviasi

Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


(1)

3. Sebuah balok bermassa 20 kg berada di atas lantai mendatar kasar. μs = 0,6 dan μk = 0,3. Kemudian balok ditarik gaya sebesar F mendatar. g = 10 m/s2. Tentukan gaya gesek yang dirasakan balok dan percepatan balok jika:

a. F = 100 N b. F = 140 N

Jawab :

... ... ... ... ... ... ... ... 4. Berikan contoh gaya sentripetal dalam kehidupan sehari-hari serta berikan

kesimpulan atas jawaban anda! Jawab :

... ...

... ...

... ... ...

...

5. Sebuah benda bermassa 200 g diikat pada ujung sebuah tali kemudian diputar secara vertikal sehingga benda bergerak melingkar dengan jari-jari 30 cm dan kecepatan 6


(2)

m/s. Tentukan perbandingan tegangan tali di titik tertinggi dengan tegangan tali di titik terendah.

Jawab :

... ...

... ...

... ... ...


(3)

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

(Penerapan hukum newton dalam kehidupan sehari-hari) Kelas Kontrol

Nama : ... Kelas : ...

Tujuan Pembelajaran Siswa dapat :

1. Mengidentifikasi penerapan hukum newton pada gerak benda di bidang datar 2. Mengidentifikasi penerapan hukum newton pada gerak dua benda yang

bersentuhan

3. Mengidentifikasi penerapan hukum newton pada gerak benda di bidang miring 4. Mengidentifikasi penerapan hukum newton pada gerak benda dengan katrol 5. Mengidentifikasi penerapan hukum newton pada gerak lift

6. Mengidentifikasi penerapan hukum newton pada benda gerak melingkar

Ringkasan Materi

Gerak benda-benda yang ada di alam banyak keadaannya yang memenuhi hukum II Newton. Gabungan benda-benda yang diberi gaya atau sebuah benda yang dipengaruhi beberapa gaya dinamakan sistem benda. Pada sistem benda inilah banyak berlaku hukum II Newton. Contoh-contoh sistem benda yang dapat dipelajari di kelas X ini antara lain : Sistem katrol, sistem benda mendatar dan sistem benda gerak vertikal dan sistem gerak melingkar. Sistem katrol melibatkan hubungan dua benda atau lebih yang melalui sebuah katrol. Penerapan hukum II Newton pada sistem benda

yang bergerak vertikal selalu dipengaruhi berat bendanya.

Untuk menyelesaikan permasalahan yang menggunakan hukum I dan II Newton pada suatu benda, ada beberapa catatan. Pertama, gambarlah diagram secara terpisah yang menggambarkan semua gaya yang bekerja pada benda tersebut (gambar diagram bebas). Kedua, gaya yang searah dengan perpindahan benda dianggap positif, sedangkan gaya yang berlawanan arah dengan perpindahan benda dianggap negatif.


(4)

Jawablah soal berikut dengan baik dan benar!

1. Dua balok A = 4 kg dan balok B = 2 kg ditarik gaya F =16 N di atas lantai mendatar licin seperti pada gambar.Tentukan percepatan sistem benda dan tegangan tali T!

A T B F = 16 N

Jawab

... ...

... ...

... ... ... ...

2. Sebuah balok yang massanya 6 kg meluncur ke bawah pada sebuah papan licin yang dimiringkan 30° dari lantai. Jika jarak lantai dengan balok 10 m dan besarnya gaya gravitasi ditempat itu 10 ms-2, maka tentukan percepatan dan waktu yang diperlukan balok untuk sampai di lantai!

Jawab

... ... ... ...

... ... ... ...


(5)

3. Perhatikan gambar di samping!

T T m1

T T

m2.g

Dua buah benda masing-masing memiliki massa 5 kg dan 10 kg dihubungkan dengan katrol. Gesekan antara benda pertama dengan meja lantai diabaikan. Jika gaya gravitasi di tempat itu sebesar 10 m/s2, maka tentukan percepatan yang dialami kedua benda dan tegangan talinya!

Jawab

... ...

... ...

... ... ...

... 4. Oneng yang bermassa 30 kg berdiri di dalam sebuah lift yang bergerak dengan

percepatan 3 m/s2. Jika gravitasi bumi 10 m/s2, maka tentukan berat Oneng saat lift bergerak ke atas dipercepat dan bergerak ke bawah dipercepat!

Jawab

... ... ...

... ... ...

... ...


(6)

5. Sitompul mengikat bolpointnya yang bermassa 0,1 kg dengan seutas tali dan diputar vertikal dengan kecepatan tetap 4 m/s2. Jika panjang tali 1 m dan gaya gravitasi bumi 10 m/s2, maka tentukan tegangan tali saat bolpoint berada di posisi terendah dan posisi tertinggi!

Jawab

... ... ...

... ... ... ... ...


Dokumen yang terkait

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Strategi Peta Konsep (Concept MAP) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa

0 25 295

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI DI

1 14 253

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN

0 5 115

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa.

0 4 16

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NEGERI KABUPATEN GROBOGAN.

0 0 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA ASPEK KOGNITIF DAN AFEKTIF PESERTA DIDIK KELAS X SMA N 2 BANTUL.

0 0 287

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X MIA PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW IV DAN JIGSAW I DI SMA NEGERI 1 MERTOYUDAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 3 222

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR DASAR – DASAR KELISTRIKAN SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 PUNDONG.

1 9 227

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK PESERTA DIDIK MTs ITTIHAD NGAMBUR KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT - Raden Intan Repository

0 1 137