Minat belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I pada topic trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 20162017

(1)

i

Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe I pada Topik Trigonometri Kelas

X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Sri Wahyuni Kalumbang

NIM: 131414112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

MINAT BELAJAR DA}[ TIASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN YANG MEI\IERAPKAN MOI}EL PEMBELAJARAN KOOPERATIT'JIGSAW TIPE I PAI}A TOPIC TRIGONOMETRI KELAS

X MIPA 3 SMA FTEGERI 1 DEPOK TAHT]N AJARAN 2O16NOfi

Dosen Pembimbing


(3)

SKRIPSI

NIiNA'T BET,A.IAR DAN HASIL BTI,AJAR SIS}YA T}ALAM rEMBE LAJARA}I{ YANG MEI{EB,APIIAN 1}'I ODE L F EMBE LAJA R.AN

KOOPERA IF JIGSAW 'TIPE

I

PADA TOPIC TRIGC}I{OMETzu IIELAS X

}IIPA

3 SMA }{EGERI 1 DEPOK TATTl]}i AJARAN 24rc/2{JI7

Disus"irn cieh. Sri W ah-y-'uni Kai umbang

Ketua

Sekretaris

Anggota Anggota Anggota

yogyakarra, ..9... I L!.1... .. . ... ...., 2017

Fakultas Feguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

ii;

Srrsrrnan Panitir nenrrriii

rJUJUrlGlr r. 4rrlrrq yw, rSeJ r

Nama Lengkap

. i\,,tarcellinus Andv tr{udhito, S. I-d. . Hi:ngki.luiie. M. Si

-,.- [,,l C^ 1 1.1- lYl- 'lL

-Fitri R.ianasari, S. Fd.. M. Sc.


(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

keluarga tersayang saya Nenek Ruth (Alm), Nenek Lewa (Alm), Papa, Mama, Romo Edy, dan K beby yang selalu ada dan mendukung saya dalam segala keadaan.

Rakat PMAT 13 yang sudah menemani dari awal saya masuk kuliah

Prodi Pendidikan Matematika yang sudah membimbing dan membina saya menjadi seorang calon guru Universitas Sanata Dharma

Dan


(5)

Pernyataan Keaslian

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarla. 6 Juni 2017


(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasisw-a Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sri Wahyuni Kalumbang

Nomor

Mahasiswa

: 131414112

Demi

pengernbangan

ilmu

pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

..MINAT

BELAJAR

DAN HASIL

BELAJAR SISWA

DALAM

PEMBELAJARAN

YANG

MENERAPKAN

MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW TIPE

I

PADA TOPIK TRTGONOMETRI KELAS X MIPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2A16N8fi"

dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma

hak

untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain.

mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta iiin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 6 Juni 2017

vi Yang


(7)

vii

ABSTRAK

Sri Wahyuni Kalumbang. 2017. Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe I Pada Topic Trigonometri Kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika danIlmu Pengetahuan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017, (2) mendeskripsikan hasil belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017, dan (3) mendeskripsikan minat belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017,

Hasil penenlitian ini menunjukkan bahwa: (1) keterlaksanaannya melebihi 80%, maka dapat dikatankan model kooperatif Jigsaw tipe I telah terlaksana dengan sangat baik, (2) hasil belajar dapat dikatakan belum berhasil, karena siswa yang mencapai KKM kurang dari 75% yaitu 19 siswa atau 61,29%,dan (3) minat belajar siswa terdiri dari dua kategori yaitu 32,25% siswa memiliki minat belajar sangat tinggi dan 48,38% siswa memiliki minat belajar tinggi.


(8)

viii

ABSTRACT

Sri Wahyuni Kalumbang. 2017. Student Learning Interest and Learning Achievement on Lesson Applying Cooperative Learning Model Jigsaw Type I on Trigonometry Topic Class X MIPA 3 Public Senior High School 1 Depok Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics education study Program, Mathematics and Science Education Department, Faculty of teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research aims to (1) describe the implementation of cooperative learning model jigsaw type I on trigonometry topic student of class X MIPA 3 in Public Senior high school academic year 2016/2017, (2) describe the students learning achievement on the lesson applying cooperative learning model jigsaw type I on trigonometry topic in class X MIPA 3 Public Senior High School 1 Depok academic year 2016/2017, and (3) describe the students learning interest on the lesson applying cooperative learning model jigsaw type I on trigonometry topic in class X MIPA 3 Public Senior High School 1 Depok year 2016/2017.

The results of this research show that: (1) the implementation reaches more than 80%, so it can be said that cooperative learning model jigsaw type I has been done very well, (2) the students learning achievement can be said has not succeeded yet, because the students who reach minimal mastery criteria less than 75% . They are 19 students or 61,29%,and (3) the learning interest of students consist by two category. They are 32,25% of students have very high interest in learning and 48, 38% of students have high interest in learning.


(9)

ix

Kata Pengantar

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe I pada Topik Trigonometri Kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2016/2017”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

4. Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak Febi Sanjaya, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, bersabar, dan membantu untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi.

6. Kepada orang tua penulis Bapak Martinus B. Kalumbang, S.Pd. dan Ibu Paulina Lailo yang sudah memberi dukungan dan doa dari awal menentukan judul sampai skripsi ini berhasil diselesaikan.


(10)

x

7. Kepada satu-satunya saudari perempuan penulis Junari fridawati Beby Tamo Ina, yang selalu memberi dukungan dan doa dari awal menentukan judul sampai skripsi ini berhasil diselesaikan.

8. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., selaku validator untuk instrument-intrumen penulis.

9. Bapak Jumadi selaku guru matematika SMA Negeri 1 depok yang sudah menjadi validator, membimbing, dan memberi semangat penulis selama melakukan penulisan.

10.Ibu Magda yang sudah memberikan satu jam pelajarannya untuk memperlancar proses penulisan yang dilakukan penulis

11.Kepada para observer dan documenter yang sudah menyediakan waktu dan tenaga untuk memperlancar proses penulisan ini.

12.Siswa X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok yang sudah menjadi subjek penulis dan mau bekerjasama untuk membantu memperlancar proses penulisan ini.

13.Prof. Dr. St. Suwarsono yang sudah mengajarkan metode penulisan dan membimbing penulis sebelum menentukan dosen pembimbing.

14.Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang sudah mendukung melalui semangat dan ilmu pengetahuannya.

15.Staf Sekretariat JPMIPA yang sudah direpotkan dengan pembuatan surat ijin untuk membantu memperlancar proses penulisan ini.

16. Keluarga Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2013

17.Rakat 13 yang selalu menjadi tempat sharing informasi dan selalu menyemangati penulis

18.Kepada anak kos Sari Ayu 1 yang sudah selalu menyemangati dan menjadi pendengar setia penulis selama melakukan penulisan


(11)

19. Kepada

Rani Karina dan

.lenilda Rosana

Louis yang

selalu menemani penulis saat ingin mencari buku atau ref'erensi baik diperpustakaan ataupun luar perpustakaan.

20. Teman

dan

sahabat yang

tidak

bisa praktikan sebutkan satu

persatu yang telah memberikan semangat. doa" ide. dan dorongan kepada penulis

untuk

menyelesaikan

skripsi

dengan

sebaik-baikn_va.

Yogyakarta,6 Juni2017

tffi"i1

sri

wrr.,ffiumbang

il


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman judul ... i

Halaman persetujuan ... ii

Halaman pengesahan ... iii

Halaman persembahana ... iv

Pernyataan keaslian karya ... v

Lembar pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Kata pengantar ... ix

Daftar Isi... xii

Daftar tabel ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Pembatasan Masalah ... 5

E. Penjelasan Istilah ... 5


(13)

xiii BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12

C. Trigonometri ... 17

D. Belajar ... 34

E. Hasil Belajar ... 35

F. Minat ... 36

G. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Subjek Penelitian ... 40

C. Objek Penelitian ... 40

D. Metode Pengumpulan Data ... 40

E. Instrumen dalam Penelitian ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 45

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Data Penelitian ... 48

C. Analisis Data ... 52

D. Pembahasan ... 58

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 67


(14)

xiv

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN ... 72


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 4. Kategori keterlaksanaan RPP ... 44

Tabel 3. 5. Skor kuesioner minat siswa... 44

Tabel 3. 6. kriteria penilaian kecakapan akademik ... 44

Tabel 3. 7. Kriteria penilaian kecakapan akademik ... 45

Tabel 4. 1. Keterlaksanaan RPP ... 48

Tabel 4. 2. Data minat belajar siswa ... 48

Tabel 4. 3. Tabel nilai kuis 1 ... 49

Tabel 4. 4. Tabel nilai kuis 2 ... 50

Tabel 4. 5. Nilai tes akhir belajar siswa ... 51

Tabel 4. 6. Data minat belajar siswa ... 52

Tabel 4. 7. Statistika minat belajar siswa ... 53

Tabel 4. 8. Interpretasi minat belajar siswa... 53

Tabel 4. 9. Kategori minat belajar dan hasil belajar ... 54

Tabel 4. 10. Nilai kuis 1 ... 54

Tabel 4. 11. Kriteria pemahaman siswa kuis 1 ... 55

Tabel 4. 12. Nilai kuis 2 ... 56

Tabel 4. 13. Kriteria pemahaman kuis 2 ... 57

Tabel 4. 14. Nilai tes akhir siswa ... 57

Tabel 4. 15. Persentase siswa berdasarkan tes akhir ... 58

Tabel 4. 16. Statistika kuis 1 ... 63

Tabel 4. 17. Statistika kuis 2 ... 64

Tabel 4. 18. Perbandingan kuis 1 dan kuis 2 ... 64


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Trigonometri adalah salah satu materi yang dipelajari dalam pembelajaran matematika. Trigonometri banyak digunakan pada bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya selain ilmu matematika maupun ilmu pendidikan matematika, misalnya seperti ilmu astronomi, ilmu geografi, musik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan dasar yang baik bagi para siswa sebelum memasuki jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan data empiris yang peneliti miliki, mahasiswa angkatan 2013 yang pernah duduk di kelas IPA SMA, berpendapat bahwa materi trigonometri adalah materi yang paling sukar bagi mereka. Tetapi, setelah duduk dibangku kuliah trigonometri menjadi salah satu materi yang cukup mudah untuk dipahami. Berdasarkan data ini peneliti menyadari keruntutan, rincian materi, dan model pengajaran guru ikut serta menentukan tingkat pemahaman seseorang.

Pada saat inipun, ketika peneliti bertanya pada anak SMA mereka akan memberikan jawaban yang sama bahwa trigonometri adalah materi yang sukar dipahami. Salah satu faktor yang melatarbelakangi jawaban ini adalah informasi dari kakak tingkat atau orang terdekat bahwa tigonometri adalah salah satu materi pelajaran matematika yang sukar. Pernyataan tersebut dapat mensugesti seseorang untuk berpikir bahwa pelajaran trigonometri sukar bahkan sebelum orang tersebut mulai mempelajarinya. ini tidak tersedia juga mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran.

Pada bulan Juli-September 2016 peneliti melakukan PPL (Program Pengalaman Lapangan). Saat PPL berlangsung, peneliti cukup banyak mendengar pendapat siswa tentang bagaimana cara pengajaran yang mereka inginkan, mereka dengan berterus terang memberitahu peneliti


(17)

bahwa cara mengajar guru sangat menentukan tingkat pemahaman mereka. Pengajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran tersebut.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa aktif dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. Dari pengertiannya sudah dijelaskan, bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif mau melibatkan siswa untuk turut berperan aktif dalam proses pembelajaran yang dilangsungkan. Model kooperatif Jigsaw Tipe I dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Model kooperatif Jigsaw Tipe I adalah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, dimana awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisnya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Jadi, melalui model kooperatif Jigsaw Tipe I ini siswa tidak hanya belajar dari guru saja tetapi juga dari teman-teman kelompoknya. Adapun Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif Jigsaw Tipe I adalah pertama siswa dibagi kedalam satu kelompok yang yang beranggotakan ± 4 orang. Tiap orang dalam kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru. Kelompok baru ini disebut kelompok ahli. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai. Setiap kelompok akan diberikan kesempatan untuk maju mempresentasikan ke depan kelas yang dilanjutkan dengan pembahasan bersama.

Menurut Sukardi (Ahmad Susanto, 2013), minat belajar dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, keragaman atau kesenangan akan sesuatu. Menurut W. S Winkel (1983: 30), minat adalah kecenderungan


(18)

yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Makna belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegaiatan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Peneliti melakukan wawancara dan observasi di SMA Negeri 1 Depok. Peneliti melakukan observasi di kelas X MIPA 3. Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa SMA Negeri 1 Depok merupakan salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013, lingkungannya bersih dan asri, dan fasilitas yang tersedia sudah cukup memadai untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru matapelajaran matematika diperoleh bahwa siswa X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok mudah menerima pembelajaran tetapi masih kurang aktif dalam berpendapat, bertanya, maupun berbagi informasi. Siswa cenderung hanya menerima setiap materi yang diberikan oleh guru. Melihat hal tersebut peneliti berharap adanya kesadaran dari siswa untuk turut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, pembelajaran dengan model kooperatif Jigsaw Tipe I ini membantu memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berpendapat, mengelola informasi yang didapat, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, meningkatkan tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap siswa pada kelompoknya, dan meningkatkan kemampuan berbagi informasi dengan kelompok lain.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017, menggambarkan hasil belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas


(19)

X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017, dan menggambarkan minat belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti meneliti tentang “MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF JIGWAS TIPE I PADA TOPIK TRIGONOMETRI KELAS X MIPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah untuk membantu kelancaran penelitian, yaitu:

1. Bagaimana keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017?

3. Bagaimana minat belajar siswa dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah di atas peneliti merumuskan beberapa tujuan untuk membantu kelancaran penelitian, yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017.


(20)

2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017.

3. Untuk mendeskripsikan minat belajar siswa dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, keterbatasan waktu, dana, dan tenaga maka penelitian ini dikhususkan pada penerapan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran dengan topik trigonometri siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017. Pada penelitian ini topik trigonometri yang dipelajari adalah menjelaskan rasio trigonometri (sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan, dan cotangen) pada segitiga siku-siku dan menggeneralisasi rasio trigonometri untuk sudut – sudut di berbagai kuadran dan sudut – sudut berelasi.

E. Penjelasan Istilah

Untuk mencegah terjadinya perbedaan pandangan dan pemikiran, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang berhubungan dengan penelitian ini.

1. Model pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok heterogen untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok.

2. Pembelajaran model kooperatif Jigsaw Tipe I

Pembelajaran model kooperatif Jigsaw Tipe I adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa membentuk kelompok yang bertanggungjawab dari materi yang ditugaskan


(21)

guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota lain dalam kelompoknya. Yang membedakan Jigsaw tipe I dengan tipe lainnya adalah tidak ada penjelasan materi di awal pertemuan.

3. Trigonometri

Trigonometri adalah ilmu ukur tentang sudut dan segitiga.

4. Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, meniru, dan lain sebagainya.

5. Minat Belajar

Minat belajar adalah dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam diri sendiri.

6. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan kognitif yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dibuuat, diharapkan memberikan manfaat:

1. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan wawasan baru, yang dapat digunakan dalam pengelolaan kelas.


(22)

2. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran yang dilakukan. Siswa diharapkan lebih aktif dan kritis dalam mencari informasi terkait pembelajaran trigonometri.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi peneliti sebelum terjun ke lapangan kerja nantinya, dan dapat mengetahui hasil yang diperoleh dengan menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran trigonometri.


(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009), teori yang mempelajari kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme sendiri menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok. Kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembagian kelompok akan dilakukan oleh guru,agar dapat mencapai pembagian kelompok yang heterogen. Pembagian kelompok siswa dapat ditentukan dengan berdasarkan pada: (1) minat dan bakat siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3) perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi


(24)

way traffic communication). Pelaksanaan prinsip dasar poko sistem pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Johnson & Johnson (Trianto, 2009) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Johnson & Jonhson dan Sutton (Trianto, 2009), mengatakan terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. 2) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin

meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena


(25)

kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini,siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3) Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan emnyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan emncapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Roger dan David Johson (Anita Lie, 2008:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mempunyai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:


(26)

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoklompoknya. Tugas kelompok tidak akan bisa diselesaikan saat ada satu anggita yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Diperlukan kerja sama yang baik antar anggota kelompok, maka setiap anggita kelompok akan merasa saling ketergantungan. b. Tanggung jawab perseorangan

Setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab pribadi sehingga siswa merasa memiliki tanggung jawab untuk dapat melakukan yang terbaik. c. Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan bagi setiap anggotanya untuk bertatap muka saling memberi informasi dan saling belajar. Pada setiap interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan maasing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan komunikatif. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Komunikasi yang baik antar anggota kelompok tentunya dapat memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam komunikasi yang baik tersebut, siswa harus dapat saling mempercayai, saling


(27)

menerima, saling mengeluarkan pendapat dan mendukung serta mampu menyelesaikan masalah. e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi dalam kelompok sangat diperlukan agar para siswa dapat mengetahui kinerja mereka selama berada dalam kelompok dan hasil kerja sama mereka. Sehingga guru perku menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan hasilnya agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temanya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle

yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam model ini guru memilah informasi yang besar menjadi beberapa bagian kecil. Setelah itu, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar (kelompok asal) yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap subtopik (bagian kecil) yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama (kelompok ahli) berkumpul dalam satu kelompok untuk mendiskusikan subtopik tersebut yang nantinya akan dijelaskan kembali pada kelompok asalnya.

Siswa-siswa ini bekerjasama untuk menyelesaikan tugas kelompoknya dalam: (1) Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik yang menjadi tanggung jawabnya; (2) merancang rencana bagaimana menjelaskan subtopik tersebut kepada kelompok asalnya.


(28)

Setelah belajar, menjadi ahli, dan merancang siswa kembali ke kelompok asalnya sebagai “ahli” dalam suptopiknya dan mengajarkan subtopik tersebut kepada teman-temanya. Dengan demikian, seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasannya (sebagai ahli) terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru dan setiap siswa harus menguasai topik dari setiap “ahli”. Ada tiga model Jigsaw yaitu (1) model Jigsaw Tipe I, (2) model Jigsaw Tipe II, dan (3) model Jigsaw Tipe III. 1. Jigsaw Tipe I

Pada jenis ini siswa sangat dituntut untuk bertanggung jawab terhadap penguasaan materi siswa lain di luar kelompoknya. Pada model kooperatif Jigsaw tipe I ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok asal. Materi pembelajaran dibagi dalam beberapa bagian, kemudian dibagikan kepada setiap siswa dalam kelompok asal dengan sub bagian yang berbeda. Siswa dalam satu kelas yang mendapatkan materi yang sama, berkumpul, dan berdiskusi, kelompok baru ini disebut kelompok ahli. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan materi ke anggota kelompok asalnya. Kemudian guru memberikan evaluasi berupa kuis yang dikerjakan oleh siswa secara individual.

2. Jigsaw Tipe II

Menurut Trianto (2009), Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen, 1996) dengan sedikit perbedaan. Perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep-konsep yang akan menjadi spesialisnya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini siswa memperoleh kesempatana belajar secara keseluruhan konsep (scan read seblum ia belajar spesialisnya untuk menjadi expert. Berikut Langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II:


(29)

a) Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw

dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model pembelajaran ini. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan secara untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep. (bisa juga pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di rumah).

b) Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi dalam 25% (ranking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% selanjutnya (ranking 11-15) kelompok sedang, 25% (ranking 15-20) rendah.

Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 grup (A-E) yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematika, berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti grup A dari kelompok sangat baik, … , A4 grup A dari kelompok rendah).

Tiap grup akan berisi Grup A {A1, A2, A3, A4} Grup B {B1, B2, B3, B4} Grup C {C1, C2, C3, C4} Grup D {D1, D2, D3, D4} Grup E {E1, E2, E3, E4}


(30)

c) Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajarai materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi

expert, berdasarkan indeksnya. Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1}

Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2, E2}

Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3, E3}

Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4, E4}

Tiap kelompok ini diberi konsep matematika (transformasi) sesuai dengan kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang sangat baik kemampuannya diberi materi yang lebih kompleks worksheet 1. Kelompok 2 diberi materi

worksheet 2. Kelompok 3 diberi worksheet 3. Dan kelompok 4 diberi worksheet 4.

Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali kedalam grup sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.

d) Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup

Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup (1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu (Worksheet 1-4). Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing, satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi

shearing pengetahuan antara mereka. Aturan dalam fase ini adalah:

- Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan.


(31)

- Memperoleh pengetahuan baru adaalh tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.

- Tanyakan pada anggota grup sebelum Tanya paad pendidik. - Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak

mengganggu grup lain

- Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan

e) Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.

f) Pengakuan kelompok

Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampui skor dasar mereka.

3. Jigsaw Tipe III

Model Jigsaw yang ketiga ini dikembangkan oleh Kagan (M. Huda, 2012). Tidak ada perbedaan yang menonjol pada Jigsaw I, Jigsaw II, dan Jigsaw III dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing. Hanya saja dalam Jigsaw III, Kagan lebih fokus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi dengan dua model Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran, model Jigsaw ini khusus diterapkan untuk kelas bilingual. Karena diterapkan pada kelas bilingual, maka Jigsaw III


(32)

pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja, dan kuis.

C. Trigonometri

1. Pengukuran sudut

a. Pengukuran Sudut dalam Derajat

Menurut Rusgianto (2007), sudut adalah gabungan dua buah sinar garis yang titik pangkalnya bersekutu. Persekutuan pangkal tersebut dinamakan titik sudut dan sisi-sisinya disebut kaki sudut. Sudut pada gambar di bawah ini dapat disebut dengan:

1) (sudut BAC) 2) (sudut A) 3) (theta)

Ukuran sudut yang sering digunakan adalah “derajat” yang dinotasikan dengan o. 1 o (satu derajat) didefinisikan sebagai besar sudut dalam sebuah lingkaran yang disapu oleh jari-jari lingkaran sejauh

putaran. Definisi ini jika ditulis ke dalam persamaan menjadi:

putaran

Setiap ukuran sudut dapat diubah ke dalam bentuk desimal atau ke dalam bentuk menit (yang dinotasikan dengan’) dan detik (yang dinotasikan dengan “) 1 menit didefinisikan sebagai derajat, sedangkan 1 detik didefinisikan sebagai

menit, sehingga persamaannya menjadi:

(a) 1 derajat = 60 menit atau 1o= 60’ 1 menit =

derajat atau 1’ =

B


(33)

(b) 1 menit = 60 detik atau 1’ = 60” 1 detik =

menit atau 1” =

Contoh Soal

Nyatakan ukuran sudut di bawah ini ke dalam bentuk derajat saja! a) 36o4’

b) 44o 24’ 15” Penyelesaian:

a) 36o4’ = 36o+ 4’ = 36o +( 4

) o

= 36o + (0,06)o = 36,06o

b) 44o 24’ 15” = 44o + 24’ + 15” = 44o + [ 24’ + (15

] =44o +( 24,25)’

=[ 44 + ]

o

= 44,404o

b. Pengukuran Sudut dalam Radian

Salah satu ukuran sudut yang lazim digunakan adalah radian (disingkat: rad). Satu radian didefinisikan sebagai ukuran sudut di dalam sebuah lingkaran yang diapit oleh dua jari-jari dan panjang busur lingkaran yang sama dengan panjang jari-jari tersebut. Perhatikan gambar lingkaran berikut:


(34)

Pada gambar lingkaran sebelumnya, busur

Hubungan radian dengan derajat dapat kita tentukan dengan memperhatikan perbandingan busur lingkaran pada gambar diatas.

, sehingga diperoleh hubungan:

atau

atau

Jika nilai π diubah ke dalam bilangan pendekatan 3,142 maka hubungan di aats dapat ditulis:

Contoh Soal

a)

b)

c)


(35)

d) Pada saat pukul 11.00, berarti jarum panjang pada jam menunjuk ke angka 12 dan jarum pendek pada jam menunjuk ke angka 11. Artinya besar sudut yang berbentuk oleh setiap dua angka yang berdekatan adalah 300.

2. Sudut

Sudut adalah gabungan dua buah sinar garis yang titik pangkalnya bersekutu. Persekutuan titik pangkal tersebut dinamakan titik sudut dan sisi-sisinya disebut kaki sudut.

Suatu sudut bertanda “positif” jika arah putarannya berlawanan dengan arah putaran jarum jam, dan bertanda “negatif” jika arah putarannya searah dengan arah putaran jarum jam. Arah putaran sudut juga dapat diperhatikan pada pisisi sisi akhir terhadap sisi awal.

3. Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-siku Contoh soal:

Pak Yahya adalah seorang penjaga sekolah. Tinggi pak Yahya adalah 1,6 m. Dia mempunyai seorang anak, namanya Dani. Dani masih kelas II Sekolah Dasar. Tinggi badannya 1,2 m. Dani adalah anak yang baik dan suka bertanya. Dani pernah bertanya kepada ayahnya tentang tinggi tiang bendera di lapangan itu. Dengan senyum, Ayahnya menjawab 8m. Suatu sore, disaat dani menemani ayahnya membersihkan rumput liar di lapngan, Dani melihat bayangan setiap benda di tanah. Dani mengambil tali meteran dan mengukur panjang bayangan ayahnya dan panjang bayangan tiang bendera, yaitu 3 m dan

B


(36)

15 m. Tetapi dia tidak dapat mengukur panjang bayangannya sendiri karena bayangnnya mengikuti pergerakannya.

Dimana:

AB = tinggi tiang bendera (8 m) BC = panjang bayangan tiang (15 m) DE = tinggi pak Yahya (1,6 m)

EC = panjang bayangan pak Yahya (3 m) FG = panjang bayangan Dani (1,2 m)

Berdasarakan gambar segitiga di atas terdapat tiga segitiga yaitu

sebagai berikut.

Karena ABC, DEC, FGC adalah sebangun, maka berlaku

. Diperoleh GC = 2, 25

Dengan menggunakan teorema phytagoras diperoleh nilai dari

FC = √ √ DC = √ √ AC = √ √

Berdasarkan ABC, DEC, FGC diperoleh perbandingan sebagai berikut.

1)

Perbandingan ini disebut sinus sudut C, ditulis

C E D G F C

B C

A 8 1,2 3 1,6 15


(37)

2)

Perbandingan ini disebut sinus sudut C, ditulis

3)

Perbandingan ini disebut sinus sudut C, ditulis

Berdasarkan penyelesaiannya di atas, hubungan perbandingan sudut (lancip) dengan panjang sisi-sisi suatu segitiga siku-siku dinyatakan dalam definisi berikut.

Definisi C.1

1) Sinus C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi di depan sudut dengan sisi miring segitiga, ditulis

sin C =

2) Cosinus C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi di samping sudut dengan sisi miring sgeitiga, ditulis

cos C =

3) Tangen C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi di depan sudut dengan panjang sisi di samping sudut, ditulis tan C=

4) Cosecan C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi miring segitiga dengan sisi di depan sudut, ditulis

csc C =

atau csc C =

5) Secan C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi miring segitiga dengan sisi di samping sudut, ditulis


(38)

sec C =

atau sec C =

6) Cotangen C didefinisikan sebagai perbandingan sisi di samping sudut dengan sisi di depan sudut, ditulis

cotan C =

atau cot C =

Contoh

Diberikan segitiga siku-siku ABC, . Tentukan

. Penyelesaian:

Diketahui:

, artinya .

sehingga diketahui AC : BC = 3 : 1

Ditanya:

Nila dari cos A, tan A, sin C, cos C, dan cot C Penyelesaian:

- Mencari panjang sisi AB

AB √

- Dengan menggunakan Definisi C.1 kita peroleh:


(39)

Contoh 1

Pada suatu segitiga siku-siku PQR, dengan siku-siku di Q, tan P = . Hitung nilai perbandingan trigonometri yang lain untuk sudut P.

Penyelesaian:

Kita ketahui tan P = , artinya tan P =

Akibatnya, jika QR = 4k dan PQ = 3k, dengan k adalah bilangan positif.

Dengan menggunakan Definisi C.1 untuk menentukan nilai perbandingan trigonometri yang lain, yaitu:

Mencari panjang PR

a)

b)


(40)

c)

d)

e)

Contoh 2

Dua orang guru dengan tinggi badan yang sama yaitu 170 cm sedang berdiri memandang puncak tiang bendera di sekolahnya. Guru pertama berdiri tepat 10 m di depan guru kedua. Jika sudut elevasi guru pertama 60o dan guru kedua 30o dapatkah kamu menghitung tinggi tiang bendera tersebut?

Penyelesaian:

Misalkan tempat berdiri tegak tiang bendera, dan kedua guru tersebut adalah suatu titik. Ujung puncak tiang bendera dan kepala kedua guru juga diwakili oleh suatu titik, maka dapat diperoleh gambar sebagai berikut:

Dimana:

AC = tinggi tiang bendera DG = tinggi guru pertama EF = tinggi guru kedua DE = jarak kedua guru Penyelesaian:


(41)

Berdasarkan Definisi C.1 di atas, diperoleh perbandingan sebagai berikut:

tan 60o =

tan 30o =

Jadi, tinggi tiang bendera adalah

Contoh

Diketahui segitiga siku-siku ABC dan PQR, seperti gambar berikut ini.


(42)

Penyelesaian:

dan Akibatnya,

atau

.

Dengan menggunakan Teorema Phytagoras, diperoleh bahwa

√ √ √

Dengan demikian,

√ √

Akibatnya diperoleh

Karena perbandingan sisi-sisi kedua segitiga sama, maka

Contoh

Diketahui suatu segitiga siku-siku KLM, , dan tan M=1.

Hitung nilai dari dan

. Penyelesaian:


(43)

Untuk memudahkan kita menyelesaikan masalah ini, coba cermati gambar berikut ini. Diketahui tan M = 1, artinya; tan M = 1 atau

atau KL=LM=k, dengan k bilangan positif.

Dengan menggunakan Teorema Phytagoras, diperoleh KM = √ √ √ √ Akibatnya, sin M =

√ √ atau √

atau

√ Jadi,

dan

4. Nilai Perbandingan Trigonometri untuk 30o, 45o, dan 60o

Pada saat mempelajari teori trigonometri, secara tidak langsung juga menggunakan beberapa teori geometri. Dalam geometri, khususnya dalam kajian konstruksi sudah tidak asing lagi dengan penggunaan besar sudut 30o, 45o, dan 60o. Pada Subbab ini kita akan menyelidiki dan menghitung nilai perbandingan trigonometri untuk ukuran sudut 0o, 30o, 45o, 60o, dan 90o.

Masalah 1

Diberikan sebuah masalah sebagai berikut.

Diketahui suatu persegi ABCD dengan ukuran a (a adalah bilangan positif). Dibentuk garis diagonal AC sedemikian sehingga membentuk sudut dengan AB, seperti gambar berikut ini


(44)

Penyelesaian:

Untuk menentukan nilai sin 45o, cos 45o, dan tan 45o, perlu diingat kembali Definisi C.1 untuk menentukan panjang AC, gunakan Teorema Phytagoras, yaitu

√ √

Dengan demikian, diperoleh:

√ √

√ √

√ √

√ √

Dengan nilai di atas, dapat diperoleh nilai

.

Jadi, dapat disimpulkan

√ √

Masalah 2

Diberikan segitiga sama sisi ABC, dengan panjang sisi 2a satuan (a

adalah bilangan positif). D adalah titik tengah sisi AB, seperti gambar berikut ini


(45)

Hitunglah nilai sin 30o, cos 30o. tan 30o, sin 60o, cos 60o, dan tan 60o!

Penyelesaian:

Lihat segitiga sama sisi ABC.

Karena D merupakan titik tengah sisi AB, maka

AD = .

Dengan demikian, kita peroleh

Dengan demikian, adalah segitiga siku-siku. Sekarang lihat .

Diketahui bahwa AC = 2a, AD = a, dengan menggunakan Teorema Phytagoras, dapat ditentukan panjang sisi CD, yaitu

√ √

Dan

1) Untuk , maka nilai perbandingan trigonometri (menggunakan Definisi C.1)


(46)

√ √

2) Untuk , maka nilai perbandingan trigonometri (menggunakan Definisi C.1)

√ √

5. Menentukan nilai-nilai sudut istimewa di kuadran I dan Kuadran II Tabel nila-nilai sudut istimewa di kuadran I

sin Cos tan csc sec Cot

0o 0 1 0 ~ 1 ~

30o

√ √

2

√ √

45o

√ √

1 1

60o

√ √ √

2

90o 1 0 ~ 1 ~ 0

Catatan: simbol ~ diartikan tidak terdefinisi


(47)

sin cos tan csc Sec Cot

90o 1 0 ~ 1 ~ ~

120o

√ √ √

-2

135o

√ √ √ √

2 150o

√ √

2

√ √

180o 0 -1 0 ~ -1 ~

Catatan: simbol ~ diartikan tidak terdefinisi

6. Fungsi-fungsi Trigonometri Sudut Berelasi (i)ao dan ( 180 – a )o

sin (180 – a) o = sin ao cos (180 – a )o = - cos ao tan (180 – a)o = - tan ao (i) ao dan (180 + a )o sin (180 + a)o = - sin ao cos (180 + a )o = - cos ao tan (180 + a) o = tan ao (ii) ao dan (-a) o

sin(-a)o = - sin ao cos (-a)o = cos ao tan (-a)o = - tan ao (iii)ao dan (90 – a)o cos ( 90 – a)o = sin ao sin (90 – a)o = cos ao cotan (90-a)o = tan ao (iv) ao dan (90 – a)o

sin (90 + a)o = cos ao cos (90 + a)o = - sin ao


(48)

tan (90 + a) o = -cot ao (v) ao dan (270 – a)o sin (270 – a) o = -cos ao cos (270 – a)o = -sin ao tan (270 – a)o = cot ao (vi) ao dan (270 + a)o sin (270 + a)o = - cos ao cos (270 + a)o = sin ao tan (270 + a)o = cot ao (vii)ao dan (k360 + a)o sin (k 360 + a)o = sin ao cos (k 360 + a)o = cos ao tan (k 180 + a)o = tan ao

Contoh

1) Nyatakan sebagai perbandingan trigonometri: cos 395o

sin 410o tan 440o

Penyelesaian:

cos 395o = cos (360 + 35)o

= Cos 35o

sin 410o = sin (360 + 50) o = sin 50o

tan 440o = tan (360 + 80)o = tan 80o

2) Nyatakan sebagai perbandingan trigonometri: Sin 30o

Cos 15o Tan 70o


(49)

Penyelesaian:

sin 30o = cos ( 90 – 30)o = cos 60o

cos 15o = sin (90 – 15)o = sin 75o

tan 70o = cotan (90-70)o = cotan 20o 3) Sederhanakanlah

sin (-45)o cos 315o Penyelesaian:

sin (-45)o = -sin 45o cos 315o = cos (360- 45)o

D. Belajar

Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut (Sardiman A.M., 1986):

1. Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a

change in behavior as a result of experience”.

2. Harold Spears memberikan batasan : “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to

follow direction”.

3. Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as

a result of practice”.

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.


(50)

Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihatt secara mikro maupun secara makro, dilihat dalam arti luas ataupun terbatas/khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahua yang merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

E. Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto (2013), makna belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagiamana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (Ahmad Susanto, 2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiaatn pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicaapi tlah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (Ahmad Susanto, 2013), bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan


(51)

siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingfkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup kemampuan kognitif yang dipelajari di sekolah.

F. Minat

Menurut Sukardi (Susanto, 2013), minat dapat diartikan sebagai suatu kesukan, keragaman atau kesenangan akan sesuatu. Adapun menurut Sardiman (Susanto, 2013), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, apa saja yang dilihat seseorang barang tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecendrungan jiwa seseorang terhadap sesuatu objek, biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Bernard (Susanto, 2013), menyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi, jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan. Dalam kaitannya dengan belajar, Menurut Hansen (Susanto, 2013) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam praktiknya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinyta melalui belajar.

Menurut Makmum Khairani (2014: 137), minat merupakan suatu gejala psikologis yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut.


(52)

1) Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik

2) Adanya perasaan senang serta menganggap bernilai terhadap obyek yang menjadi sasaran

3) Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tertentu dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan demikian, peneliti mengukur minat belajar pada aspek adaanya ketertarikan,keberartian, dan keterlibatan dalam pembelajaran.

G. Kerangka Berpikir

Berdasarkan data empiris yang dimiliki trigonometri merupakan salah materi yang sukar untuk di pahami. Akan tetapi, ketika duduk di bangku perkuliahan materi ini menjadi salah satu yang cukup mudah untuk dipahami. Namun, siswa saat inipun akan memberikan jawaban trigonometri sebagai materi yang sukar untuk dipahami. Banyak hal yang melatarbelakangi jawaban tersebut seperti fasilitas yang kurang memadai, lingkungan yang tidak mendukung, dan lain sebagainya.

Peneliti melakukan observasi dan wawancara di X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok. Berdasarkan hasil observasi siswa cenderung menerima setiap materi yang diberikan oleh guru tanpa mencari tahu melalui referensi lainnya. Pada saat peneliti melakukan PPL, siswa di tempat tersebut memberitahu bahwa mereka menginginkan pembelajaran yang membuat siswa aktif.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa aktif dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I.


(53)

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, karena data utama pada penelitian ini tes hasil belajar dan kuesioner adalah jenis data kuantitatif.

Proses penelitian ini diawali dengan melakukan observasi. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk melihat kemampuan siswa di kelas peneliti melakukan penelitian. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat mengelompokkan siswa dalam kelompok heterogen. Setelah itu, peneliti akan membagi siswa dalam beberapa kelompok besar (kelompok asal) dan kelompok ahli. Pembagian kelompok akan dilakukan satu minggu sebelum pengajaran berlangsung. Setelah dibagi dalam kelompok siswa akan berdiskusi, mencari materi, dan meringkasnya untuk dipresentasikan di depan kelas. Proses presentasi ini dilakukan secara terurut berdasarkan materi yang akan dipelajari. Dalam satu kelompok hanya akan ada dua siswa yang melakukan presentasi. Penentuan kelompok dan perwakilan siswa yang melakukan presentasi akan dilakukan pada hari H saat presentasi hendak dilakukan. Hal ini bertujuan agar setiap siswa benar-benar akan selalu mempersiapkan diri untuk melakukan presentasi, dengan begitu secara tidak langsung setiap siswa akan menguasai setiap materi. Pada akhir presentasi akan selalu ada penguatan dan masukan dari peneliti. Saat proses pembelajaran ini berlangsung, peneliti juga ditemani oleh beberapa teman-teman yang bertugas melakukan observasi terhadap pembelajaran yang berlangsung.

Dalam proses pembelajaran yang akan berlangsung, setiap diselesaikan dua presentasi akan dilakukan kuis. Kuis akan dilakukan sebanyak dua kali. Pada hari terakhir presentasi dilakukan peneliti akan menyebarkan angket kuesioner tentang minat siswa, untuk mengetahui minat siswa karena salah satu tinjauan keberhasilan penelitian ini dilihat dari minat siswa. Setelah semua topik selesai dipresentasikan peneliti akan memberikan tes hasil bealajar untuk melihat hasil belajar siswa, karena tinjauan keberhasilan lain dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Setelah itu diluar jam pembelajaran peneliti akan melakukan wawancara


(54)

kepada beberapa siswa untuk memperkuat hasil yang diperoleh terkait


(55)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif kuantitatif. Sukmadinata (2008) mengatakan, Penelitian kuantitatif didasarkan atas konsep positivis yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaan-perasaan individual. Pada penelitian ini data yang diperoleh adalah data dalam bentuk angka pada hasil belajar siswa dan data kuesioner yang di ubah dalam bentuk angka atau scoring.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok berjumlah 31 siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keterlaksanaan pembelajaran, minat belajar, dan hasil belajar siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok terkait dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe I pada pembelajaran Trigonometri.

D. Metode pengumpulan data

1. Teknik Pengamatan Langsung atau Observasi Langsung

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

Teknik pengamatan dilakukan dengan cara mencentang lembar observasi pada kolom keterlaksanaan yang didasarkan pada pengamatan para observer saat mengamati kegiatan pembelajaran matematika dengan


(56)

2. Menyebar Kuesioner Minat Belajar

Pengumpulan data minat melalui kuesioner ini dilakukan dengan menyebarkan lembar kuesioner pada akhir pembelajaran trigonometri (sebelum melakukan ulangan harian). Peneliti memberikan arahan kepada siswa dalam mengisi lembar kuesioner. Setelah mengisi lembar kuesioner siswa diminta untuk mengumpulkan kembali lembar kuesioner yang sudah diisi. Kuesioner minat belajar ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika terkhususnya pada topik trigonometri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe I.

3. Tes Hasil Belajar

Metode tes ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I. Tes hasil belajar terdiri dari kuis dan tes akhir belajar.

4. Teknik Wawancara

Penjadwalan wawancara dilakukan dengan menyesuaikan jadwal dari 18 siswa yang dipilih secara random. Tujuh belas murid tersebut dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling. Peneliti melakukan rekaman dalam proses wawancara untuk membantu kelancaran proses wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk mendapat data minat siswa dan menunjang jawaban kuesioner yang sudah dilakukan.

E. Instrumen dalam Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrument yang digunakan ada dua, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.


(57)

1. Instrumen pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari instrumen hasil belajar dan instrumen minat. Instrumen hasil belajar digunakan dalam pengambilan data hasil belajar siswa, yang dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran trigonometri dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I. Instrumen tes hasil belajar meliputi Kuis dan tes hasil belajar. Sedangkan Instrumen minat digunakan dalam pengambilan data minat siswa, yang dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran trigonometri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I. Instrumen minat meliputi lembar angket kuesioner dan lembar pertanyaan wawancara.

a. Lembar Kuis

Lembar kuis adalah lembar yang memuat soal-soal kuis yang akan dibagikan setelah dua kelompok selesai melakukan presentasi.

b. Lembar Tes Akhir

Lembar tes akhir adalah lembar tes yang memuat soal-soal tes akhir trigonometri setelah model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I diterapkan. Lembar tes akan dibagikan setelah siswa mengikuti suatu pembelajaran dengan tujuan mengetahui hasil belajar para siswa, apakah para siswa telah menguasai materi


(58)

trigonometri yang sudah dipelajari dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I.

Penilaian hasil akhir dilakukan dengan mengadakan tes tertulis. Soal-soal tes berupa 5 soal trigonometri dengan skor penilaian adalah interval dari 0-100.

c. Lembar Kuesioner Minat Belajar

Lembar kuesioner minat belajar dibagiakan pada pertemuan terakhir. Tujuan pengisian lembar kuesioner ini adalah untuk melihat minat belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I pada topik trigonometri.

d. Lembar Wawancara

Lembar wawancara digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Pada lembar wawancara terdapat 10 pertanyaan yang telah disediakan.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I adalah sebagai berikut

Untuk mengukur jumlah keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I adalah menggunakan skala Guttman. Dimana nilai 1 diberikan apabila tanda cek diberikan pada kolom YA dan nilai 0 diberikan apabila tanda cek diberikan pada kolom TIDAK.


(59)

Tabel 3.4. Kategori Keterlaksanaan RPP

No Persentase Kategori

1 81%-100% Sangat Baik

2 61%-80% Baik

3 41%-60% Cukup

4 21%-40% Kurang

5 0%-20% Sangat Kurang

2. Analisis Data Minat Belajar

Setelah kuesioner diisi oleh siswa dan dikumpulkan, selanjutnya akan dilakukan perhitungan persentase skor setiap aitemnya. Rumus untuk menghitung persentase skornya adalah sebagai berikut:

A = Jumlah skor terbesar B = Jumlah skor terkecil

C = , sehingga diperoleh empat kriteria minat yaitu sebagai berikut:

Sangat Rendah :

Rendah :

Tinggi : Sangat Tinggi :

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan skor menggunakan skala Likert untuk setiap aitem pada jawaban siswa.

Tabel 3. 5. Skor Kuesioner Minat Siswa

Jawaban Pernyataan

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

3. Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan secara individu, yang meliputi kuis dan tes hasil belajar.

a. Data kuis

Tabel 3.6. kriteria penilaian kecakapan akademik

Persentase ketuntasan Klasifikasi

x ˃ 80 Sangat Baik

80 ≤ x ˃ 60 Baik


(60)

Persentase ketuntasan Klasifikasi

40 ≤ x ˃ 20 Kurang

x ≤ 20 Sangat Kurang

(Widoyoko, 2009: 242)

x adalah persentase ketuntasan yang diperoleh dalam penelitian.

b. Data Tes hasil akhir siswa

Tabel 3. 7. kriteria penilaian kecakapan akademik

Persentase ketuntasan Klasifikasi

x ˃ 80 Sangat Baik

80 ≤ x ˃ 60 Baik

60 ≤ x ˃ 40 Cukup

40 ≤ x ˃ 20 Kurang

x ≤ 20 Sangat Kurang

(Widoyoko, 2009: 242)

x adalah persentase ketuntasan yang diperoleh dalam penelitian.

Data hasil belajar dianalisis dengan menggunakan KKM yang ditetapkan oleh sekolah. KKM untuk mata pelajaran matematika adalah 75.

G. Prosedur pelaksanaan penelitian secara keseluruhan

1. Tahap Persiapan

Peneliti memasukkan persyaratan ke kantor Kesatuan Bangsa Kabupaten Sleman untuk mendapat surat rekomendasi penelitian. Setelah itu peneliti membawa surat rekomendasi penelitian ke BAPEDA untuk mendapatkan surat izin penelitian. Lalu mengantar surat izin penelitian ke sekolah.

2. Tahap Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan agar peneliti mengetahui keadaan siswa. Pengamatan juga dilakukan agar peneliti mengetahui kemampuan siswa dan dapat mengelompokkan mereka dalam kelompok heterogen yang dimaksud.


(61)

3. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai rancangan peneliti

b. Peneliti memberikan kuis setelah 2 kelompok melakukan presentasi sesuai dengan indicator yang dicapai

c. Peneliti mengadakan tes hasil belajar guna mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I.

d. Peneliti akan membagi lembar kuesioner pada pertemuan terakhir (presentasi terakhir) sebelum ulangan harian dilakukan.

e. Peneliti akan memilih beberapa siswa untuk melakukan wawancara setelah ulangan harian. Wawancara akan dilakukan diluar jam kegiatan belajar mengajar.

4. Pengolahan Data

Dari data-data yang telah diperoleh, kemudian peneliti melakukan pengolahan data hingga diperoleh suatu kesimpulan.


(62)

47

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Pada bulan Januari peneliti memasukkan surat ijin penelitian ke dinas. Dari dinas langsung memberikan ijin penelitian dan tembusan ke beberapa kantor lainnya. Semua tembusan peneliti masukkan pada bulan januari.

Pada bulan Februari peneliti melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam 5 pertemuan. Penelitian dilakukan pada hari senin dan sabtu. Pertemuan pertama dimulai pada tanggal 25 Februari 2017 dan diakhiri pada tanggal 6 Maret 2017.

Pada bulan april sampai dengan juni peneliti gunakan untuk melakukan penulisan skripsi. Terdapat jeda kurang dari satu bulan sebelum melakukan penulisan skripsi. Jeda tersebut peneliti gunakan untuk memeriksa jawaban tes hasil belajar siswa, jawaban kuesioner minat belajar siswa, dan konsultasi latar belakang.

Instrumen-instrumen yang akan digunakan dalam penelitian sebelum diterapkan pada subyek penelitian harus memenuhi syarat valid. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Sudjana (2016:13) validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penlaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Tes tersebut harus mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Peneliti meminta pertimbangan ahli ( dosen dan guru mata pelajaran) untuk menguji kesesuaian isi dari tes hasil belajar siswa, kuesioner minat belajar siswa, kuesioner kelompok, lembar observasi, wawancara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Instrumen penelitian tes hasil belajar siswa, instrumen kuesioner minat belajar siswa, instrumen kuesioner kelomopok, lembar observasi, wawancara, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) divalidasi oleh ahli yakni dosen pendidikan matematika dan guru mata pelajaran.


(63)

Berdasarkan hasil validasi pakar, semua instrumen penelitian digunakan dengan revisi. Adapun hasil validasi instrument penelitian ini adalah dapat digunakan dengan sedikit revisi.

B. Data Penelitian

1. Data Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran (RPP)

Pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diamati oleh tiga observer selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw tipe I.

Tabel 4. 1.Keterlaksanaan RPP

No Pertemuan

Observer

Total Skor

Maksima l

I II II I

1 PERTEMUAN I 36 23 27 25 75

2 PERTEMUAN II 36 30 32 26 88

3 PERTEMUAN III 36 33 32 28 93

4 PERTEMUAN VI 36 34 33 28 95

5 PERTEMUAN VI 36 33 32 27 92

TOTAL KESELURUHAN 443

2. Data Minat Belajar Siswa

- Data minat belajar ditinjau dari kuesioner

Pengisian kuesioner dilakukan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe I. Berikut tabel data minat belajar siswa ditinjau dari kuesioner.

Tabel 4. 2. Data Minat Belajar siswa

No Nama Skor No Nama Skor 1 Siswa 1 47 17 Siswa 17 58 2 Siswa 2 56 18 Siswa 18 53 3 Siswa 3 62 19 Siswa 19 60 4 Siswa 4 54 20 Siswa 20 52 5 Siswa 5 61 21 Siswa 21 61 6 Siswa 6 55 22 Siswa 22 61 7 Siswa 7 63 23 Siswa 23 43 8 Siswa 8 56 24 Siswa 24 54 9 Siswa 9 52 25 Siswa 25 52


(64)

No Nama Skor No Nama Skor 10 Siswa 10 57 26 Siswa 26 0 11 Siswa 11 64 27 Siswa 27 59 12 Siswa 12 65 28 Siswa 28 58 13 Siswa 13 63 29 Siswa 29 55 14 Siswa 14 56 30 Siswa 30 60 15 Siswa 15 55 31 Siswa 31 57 16 Siswa 16 57 32 Siswa 32 55

- Data minat belajar siswa ditinjau dari hasil wawancara (lampiran G)

3. Data Hasil belajar Siswa

Hasil belajar siswa terdiri dari tiga bagian yaitu kuis 1, kuis 2, dan tes akhir belajar. Berikut tabel nilai kuis 1, kuis 2, dan tes akhir belajar siswa.

Tabel 4. 3. nilai Kuis 1 Siswa

No Nama Nilai Kuis 1

1 Siswa 1 100

2 Siswa 2 100

3 Siswa 3 100

4 Siswa 4 90

5 Siswa 5 100

6 Siswa 6 100

7 Siswa 7 66

8 Siswa 8 51

9 Siswa 9 52

10 Siswa 10 100 11 Siswa 11 100 12 Siswa 12 95 13 Siswa 13 100 14 Siswa 14 100 15 Siswa 15 100 16 Siswa 16 76 17 Siswa 17 100 18 Siswa 18 95 19 Siswa 19 53


(65)

No Nama Nilai Kuis 1 20 Siswa 20 100 21 Siswa 21 100 22 Siswa 22 100 23 Siswa 23 76 24 Siswa 24 47 25 Siswa 25 100 26 Siswa 27 95 27 Siswa 28 100 28 Siswa 29 100 29 Siswa 30 47 30 Siswa 31 100 31 Siswa 32 100

Tabel 4. 4. nilai kuis 2 siswa

No Nama Nilai Kuis 2 1 Siswa 1 100,0 2 Siswa 2 66,7 3 Siswa 3 33,3 4 Siswa 4 66,7 5 Siswa 5 100,0 6 Siswa 6 33,3 7 Siswa 7 50,0 8 Siswa 8 66,7 9 Siswa 9 66,7 10 Siswa 10 33,3 11 Siswa 11 33,3 12 Siswa 12 100,0 13 Siswa 13 50,0 14 Siswa 14 100,0 15 Siswa 15 66,7 16 Siswa 16 100,0 17 Siswa 17 100,0 18 Siswa 18 16,7 19 Siswa 19 100,0 20 Siswa 20 100,0 21 Siswa 21 83,3 22 Siswa 22 66,7 23 Siswa 23 83,3 24 Siswa 24 83,3


(66)

No Nama Nilai Kuis 2 25 Siswa 25 33,3 26 Siswa 27 100,0 27 Siswa 28 66,7 28 Siswa 29 66,7 29 Siswa 30 66,7 30 Siswa 31 66,7 31 Siswa 32 100,0

Tabel 4. 5. Nilai Tes Akhir Siswa

No Nama Nilai Tes Akhir 1 Siswa 1 84,375

2 Siswa 2 87,5

3 Siswa 3 79,375

4 Siswa 4 100

5 Siswa 5 100

6 Siswa 6 92,5

7 Siswa 7 82,5

8 Siswa 8 82,5

9 Siswa 9 86,25

10 Siswa 10 63,75 11 Siswa 11 87,5 12 Siswa 12 63,75 13 Siswa 13 81,25

14 Siswa 14 65

15 Siswa 15 60,625 16 Siswa 16 87,5 17 Siswa 17 81,25 18 Siswa 18 65,625 19 Siswa 19 68,75

20 Siswa 20 80

21 Siswa 21 68,75

22 Siswa 22 100

23 Siswa 23 67,5 24 Siswa 24 82,5

25 Siswa 25 60

26 Siswa 27 90

27 Siswa 28 55

28 Siswa 29 63,75 29 Siswa 30 81,25


(67)

No Nama Nilai Tes Akhir 30 Siswa 31 83,125 31 Siswa 32 87,5

C. Analisis Data

1. Analisis Data Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran (RPP)

Pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diamati oleh tiga observer selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw tipe I.

Rata-rata presentase RPP secara keseluruhan didapat

menunjukkan presentase keterlaksanaan melebihi

80%, maka dapat dikatakan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I telah terlaksana dengan sangat baik.

Presentase belum bisa mencapai 100% karena ada beberapa bagian dalam RPP yang belum terlaksana. Berikut akan peneliti jelaskan alasan mengapa keterlaksanaan RPP tidak 100% dengan memperinci setiap pertemuan.

2. Analisis Data Minat Belajar Siswa

- Analisis data minat belajar siswa ditinjau dari kuesioner

Data minat belajar siswa ditinjau dari kuesioner dianalisis menggunakan kategori yang sudah ditentukan pada bab III.

Tabel 4. 6. Data Minat Belajar siswa

No Nama Skor keterangan No Nama Skor keterangan 1 Siswa 1 47 Sangat Rendah 17 Siswa 17 58 Tinggi

2 Siswa 2 56 Tinggi 18 Siswa 18 53 Rendah

3 Siswa 3 62 Sangat Tinggi 19 Siswa 19 60 Sangat tinggi

4 Siswa 4 54 Tinggi 20 Siswa 20 52 Rendah

5 Siswa 5 61 Sangat Tinggi 21 Siswa 21 61 Sangat tinggi 6 Siswa 6 55 Tinggi 22 Siswa 22 61 Sangat tinggi 7 Siswa 7 63 Sangat Tinggi

23 Siswa 23 43

Sangat rendah

8 Siswa 8 56 Tinggi 24 Siswa 24 54 Tinggi

9 Siswa 9 52 Rendah 25 Siswa 25 52 Rendah


(68)

No Nama Skor keterangan No Nama Skor keterangan 11 Siswa 11 64 Sangat Tinggi 27 Siswa 27 59 Tinggi 12 Siswa 12 65 Sangat Tinggi 28 Siswa 28 58 Tinggi 13 Siswa 13 63 Sangat Tinggi 29 Siswa 29 55 Tinggi 14 Siswa 14 56 Tinggi

30 Siswa 30 60

Sangat Tinggi

15 Siswa 15 55 Tinggi 31 Siswa 31 57 Tinggi

16 Siswa 16 57 Tinggi 32 Siswa 32 55 Tinggi

a. Statistik

Tabel 4.7.statistika minat belajar siswa Statistika Data Skor Tertinggi 65 Skor Terendah 43

Mean 56,80645161

median 57

modus 55

jangkuan 22

simpangan baku 4,847125298 kuartil 1 54,5

kuartil 2 57

kuartil 3 60,5

Data dikelompokkan ke dalam 5 interval, sehingga didapatkan sebagai berikut:

A = Skor Tertinggi = 65 B = Skor Terendah = 43

C = Panjang Interval =

Tabel 4. 8. Interprestasi Minat Belajar Siswa

Rentang Keterangan

Sangat Rendah

Rendah

Tinggi

Sangat Tinggi

- Analisis data minat belajar siswa ditinjau dari hasil wawancara Peneliti melakukan pendalaman analisis dengan cara melakukan wawancara terhadap siswa dari setiap kategori.


(1)

menggunakan Jigsaw Tipe I perlu diteruskan?

jangan terlalu cepat

S15: saya juga setuju perlu dilanjutkan. Dan proses pembelajaran dibuat lebih menarik lagi contohnya dengan lebih banyak bercanda namun sewaktu-waktu srius dan tegas.

8.

siswa dengan tes akhir hasil belajar cukup dan minat belajar

rendah

no Pertanyaan Jawaban 1 Bagaimana perasaan kamu

saat mempelajari pelajaran matematika dengan menggunakan Jigsaw Tipe I?

S25: kadang perasaan saya saat mempelajari matematika dengan menggunakan tipe jigsaw, kadang senang dan kadang juga tidak.

2 Mengapa kamu memiliki perasaan itu?

S25: karena perasaan senang yaitu di saat saya sedang tidak dong atau tidak tahu, saya bisa bertanya kepada teman yang sekelompok, sedangkan yang tidak itu saat saya mencari lalu kuota saya sedang habis, jadi saya tidak bisa mencari jalan keluar.

3 Apakah kamu menyukai pembelajaran matematika dengan menggunakan Jigsaw Tipe I? Apakah kamu selalu melakukan persiapan sebelum pembelajaran matematika dimulai?

S25: saya menyukai, karena pembelajaran ini berkelompok jadi saya bisa tahu yang tidak dong bisa tanya teman yang ngedong.

S25: kadang-kadang

4 Mengapa kamu perlu/ tidak perlu melakukan persiapan sebelum pembelajaran dimulai?

S25: di saat saya mendapat materi baru, saya mempersiapkan dan ketika saya mempunyai inisiatif sendiri untuk mencari yah saya mencari

5 Apa yang kamu peroleh setelah mempelajari matematika dengan menggunakan Jigsaw Tipe I?

S25: saya memperoleh ilmu-ilmu tentang trigonometri, lalu arti tentang kerjasama

sifatnya.

6 Apakah melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan Jigsaw Tipe I kamu mempelajari arti kerjasama?

S25: ya, ketika ada materi yang tidak dong bisa tanya keteman yang dong


(2)

7 Apakah ada kesulitan yang kamu alami selama mempelajari matematika dengan menggunakan Jigsaw Tipe I?

S25: ada, di saat saya mencari materi dirumah ternyata kuotanya habis jadi tidak bisa bertanay ke teman kelompok, padahal materinya itu dicari berkelompok, dan kelompok membentuk group di line, karena kuota sedang habis jadi saya kesulitan menghubungi siswa

8 Bagaimana cara kamu mengatasi kesulitan tersebut?

S25: cara mengatasinya yah sawa browsing lewat wifi tetangga, terus saya juga disekolah tanya teman dan juga tanya guru

9 Siapa yang membantu kamu untuk mengatasi masalah tersebut?

S25: yang paling banyak itu teman dan guru

10 Apa saran kamu untuk proses pembelajaran matematika selanjutnya selanjutnya? Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan Jigsaw Tipe I perlu diteruskan?

S25: sebaiknya perlu diteruskan karena jigsaw I, memberikan arti kerjasama dan sebaiknya jangan sering melakukan diskusi diluar jam karena banyak yang bisa ikut dan ada yang tidak bisa ikut diskusi tentang materi yang akan dipelajari.


(3)

260


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 REMBANG, PURBALINGGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

0 16 229

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN

0 5 115

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 10 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 3 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 NOGOSARI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 1 16

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X MIA PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW IV DAN JIGSAW I DI SMA NEGERI 1 MERTOYUDAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 3 222