Korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika di kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta.

(1)

Yasinta Monika Bhiju Dapa, 2014. Korelasi antara Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa, dan untuk mengetahui korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian terdiri dari tiga, yakni kuesioner, nilai fisika dan wawancara. Metode analisis penelitian terdiri dari dua,yakni metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Metode analisis kuantitatif untuk menganalisis hasil kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, nilai fisika, dan korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang dianalisis menggunakan statistik korelasiproduct momentPearson melalui penggunaan program SPSS 20.0. Metode analisis kualitatif unruk menganalisis hasil wawancara. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta yang terdiri dari 32 siswa dengan 16 jumlah perempuan dan 16 jumlah laki-laki.

Hasil analisis korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang dianalisis menggunakan statistik korelasiproduct momentPearson melalui penggunaan program SPSS 20.0 diperoleh:

1. Deskripsi statistik nilai rata-rata dan standar deviasi menunjukkan bahwa variabel sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berada pada kategori sikap netral dan variabel hasil belajar fisika berada pada kategori hasil belajar fisika tinggi.

2. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,0356* menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan hubungan yang tinggi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

3. Nilai signifikansi sebesar 0,045. Jika dibandingkan dengan = 0,05, nilai signifikansi lebih kecil dari pada nilai ( . < ), yakni0,045 < 0,05. Artinya, ada korelasi yang signifikan antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.


(2)

Yasinta Monika Bhiju Dapa. 2014. The correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics at class X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Thesis. Physical education, Department of education of mathematics and sciences, Faculty of teacher training and education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to know the students’ attitudes toward learning physics, the physics students learning outcomes, and the correlation between attitudes of students’ toward learning physics with the results of learning physics.

The types of this research are quantitative descriptive research and qualitative descriptive research. The research instrument consisted of three, that are the questionnaire, the physical value and the interview. The analysis method research consists of two methods which are quantitative analysis and qualitative analysis. Quantitative analysis method is used for analyzing the results of the questionnaire of students’ attitudes toward learning physics, the value of physics, and the correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics which analyzed using Pearson product moment statistics correlation trough the use of SPSS 20.0 program. Qualitative analysis method is used for analyzing the results of the interview. The subject of this research is the students of class X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta., consisting of 32students with 16 women and 16 men.

The results of analysis correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics which analyzed using Pearson product moment statistics correlation trough the use of program SPSS 20.0, retrieved:

1. The description of the average value and standard deviation indicate that the variable attitude of students toward learning physics is on a neutral stance category and the variable outcome studied physics is on high-yield category studied physics.

2. The value of the correlation coefficient 0,356* indicates that there is a positive correlation and a high relationship between students attitudes toward learning physics with the results of learning physics.

3. The value of significance is 0,045. When compared to the = 0,05, significance value is smaller than the value of the ( . < ), which is 0,045 < 0,05. It means that there is a significance correlation betweenstudents’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics.


(3)

KORELASI ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN HASIL BELAJAR

FISIKA DI KELAS X-A SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Yasinta Monika Bhiju Dapa NIM: 091424036

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

vi


(9)

vii ABSTRAK

Yasinta Monika Bhiju Dapa, 2014. Korelasi antara Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa, dan untuk mengetahui korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian terdiri dari tiga, yakni kuesioner, nilai fisika dan wawancara. Metode analisis penelitian terdiri dari dua,yakni metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Metode analisis kuantitatif untuk menganalisis hasil kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, nilai fisika, dan korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang dianalisis menggunakan statistik korelasi product moment Pearson melalui penggunaan program SPSS 20.0. Metode analisis kualitatif unruk menganalisis hasil wawancara. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta yang terdiri dari 32 siswa dengan 16 jumlah perempuan dan 16 jumlah laki-laki.

Hasil analisis korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang dianalisis menggunakan statistik korelasi product moment Pearson melalui penggunaan program SPSS 20.0 diperoleh:

1. Deskripsi statistik nilai rata-rata dan standar deviasi menunjukkan bahwa variabel sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berada pada kategori sikap netral dan variabel hasil belajar fisika berada pada kategori hasil belajar fisika tinggi.

2. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,0356* menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan hubungan yang tinggi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.

3. Nilai signifikansi sebesar 0,045. Jika dibandingkan dengan = 0,05, nilai signifikansi lebih kecil dari pada nilai ( . < ), yakni0,045 < 0,05. Artinya, ada korelasi yang signifikan antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika.


(10)

viii ABSTRACT

Yasinta Monika Bhiju Dapa. 2014. The correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics at class X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Thesis. Physical education, Department of education of mathematics and sciences, Faculty of teacher training and education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to know the students’ attitudes toward learning physics, the physics students learning outcomes, and the correlation between attitudes of students’ toward learning physics with the results of learning physics.

The types of this research are quantitative descriptive research and qualitative descriptive research. The research instrument consisted of three, that are the questionnaire, the physical value and the interview. The analysis method research consists of two methods which are quantitative analysis and qualitative analysis. Quantitative analysis method is used for analyzing the results of the questionnaire of students’ attitudes toward learning physics, the value of physics, and the correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics which analyzed using Pearson product moment statistics correlation trough the use of SPSS 20.0 program. Qualitative analysis method is used for analyzing the results of the interview. The subject of this research is the students of class X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta., consisting of 32students with 16 women and 16 men.

The results of analysis correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics which analyzed using Pearson product moment statistics correlation trough the use of program SPSS 20.0, retrieved:

1. The description of the average value and standard deviation indicate that the variable attitude of students toward learning physics is on a neutral stance category and the variable outcome studied physics is on high-yield category studied physics.

2. The value of the correlation coefficient 0,356* indicates that there is a positive correlation and a high relationship between students attitudes toward learning physics with the results of learning physics.

3. The value of significance is 0,045. When compared to the = 0,05, significance value is smaller than the value of the ( . < ), which is 0,045 < 0,05. It means that there is a significance correlation between students’ attitudes toward learning physics with the results of learning physics.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat dalam penyusunan skripsi yang berjudul Korelasi antara Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika di kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Edi Santoso, M.S., selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Dwi Nugraheni R, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(12)

x

5. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika, karyawan sekretariat Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Dr. Paulus Suparno, M.S,T.,SJ selaku dosen penguji validitas kuesioner sikap siswa dalam penelitian skripsi.

8. Dra. Hj. Bambang Rahmawati Ningsih selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Yogyakarta beserta guru-guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi ini. 9. Drs. Sabdrun Subagya selaku guru fisika kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta

yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data demi kelancaran dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini.

10. Siswa-siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah antusias dalam penelitian.

11. Ayahanda Daniel Dapa dan Ibunda Veronika Wea yang sangat banyak memberikan bantuan moril, material, arahan, dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama menempuh pendidikan.


(13)

xi

12. Kakak dan adikku Dominikus Paskalis Dhosa Dapa, Filomena Theresia Nggowa Dapa, Maximilianus Rofinus Regho Dapa, Puspa Ayu Anggreani, Leontius Mahdan Goa Dapa, Alfonsius Olla, Chlaude La Dafranveria Jufon Olla, Walterius Djago Sanda, Seravina Maretina Fendo Wea Servin Ngao, Yohanes Lukas Kalu, Bernardino Philbert Awa, Kresensia Bhiju terima kasih atas dukungan yang telah diberikan selama ini.

13. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika dan teman-teman kos Rajawali Paingan yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, Mei 2014


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul……….. i

Halaman Persetujuan ………... ii

Halaman Pengesahan………. ii

Halaman Motto dan Persembahan………. iv

Pernyataan Keaslian Karya……… v

LembarPernyataan Persetujuan Publikasi untuk Kepentingan Akademis…… vi

Abstrak ……… vii

Abstract……….. viii

Kata Pengantar ……….. ix

Daftar Isi ……… xii

Daftar Tabel ………... xvi

Daftar Gambar ……… xviii

Daftar Lampiran ………. xix

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 4


(15)

xiii

D. Manfaat Penelitian ……….. . 5

BAB II LANDASAN TEORI ……… 6

A. Sikap ………. 6

1. Pengertian Sikap ……….... 6

2. Ciri-Ciri Sikap dan Terbentuknya Sikap………. 9

B. Pembelajaran Fisika ……….. 12

1. Tujuan Pembelajaran Fisika ………. 12

2. Fungsi Pembelajaran Fisika ………. 13

C. Hasil Belajar ……… 13

1. Pengertian Belajar ………. 13

2. Pengertian Hasil Belajar……… 14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………. 15

4. Hasil Belajar Fisika ……… 16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Sains ……….. 17

1. Persepsi Guru Sains ……… 17

2. Hasil Belajar Sains ………. 18

3. Belajar Sains yang Menyenangkan ……… 19

4. Hasil Penelitian yang Relevan ……….…………. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 21

A. Jenis Penelitian……….. 21

B. Prosedur Penelitian……… 22

C. Subyek Penelitian……….. 24

D. Variabel Peneltian……….. 24

1. Variabel Bebas………. 24

2. Variabel Terikat……… 24

E. Tempat dan Waktu Penelitian……… 24


(16)

xiv

2. Waktu Penelitian………... 24

F. Instrumen Penelitian……..………. 25

1. Kuesioner ………. 25

2. Hasil Belajar Fisika………... 27

3. Wawancara……… 27

G. Uji Validitas Kuesioner……… 28

H. Metode Analisis Data Penelitian………. 30

1. Metode Analisis Kuantitatif ……….. 30

a. Analisis Hasil Kuesioner ….……… 30

b. Analisis Hasil Nilai Fisika……… 31

c. Analisis Korelasi antara Sikap dengan Nilai Fisika…………. 32

2. Metode Analisis Kualitatif………. 35

Analisis Hasil Wawancara……….. 35

BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ………… 36

A. Hasil Penelitian ……….. 36

1. Hasil Kuesioner………. 36

2. Hasil Nilai Fisika………. 37

3. Hasil Wawancara………. 38

B. Metode Analisis Hasil Penelitian……… 48

1. Metode Analisis Kuantitatif………... 48

a. Analisis Hasil Kuesioner…….……… 48

b. Analisis Hasil Nilai Fisika………. 53

c. Analisis Korelasi Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika……… 55

2. Metode Analisis Kualitatif……… 58

Analisis Wawancara……….. 58

C. Pembahasan ………... 64


(17)

xv

2. Hasil BelajarFisika……….. 68

3. Korelasi Sikap Siswa dengan Hasil Belajar Fisika……….. 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 73

A. Kesimpulan ………. 73

B. Saran ……… 74

DAFTAR PUSTAKA……… 77

LAMPIRAN I ………. 79

LAMPIRAN II………. 82


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Teks Halaman

3.1. Skoring Kuesioner……… ……... 26

3.2. Kisi-Kisi Kuesioner……….. 27

3.3. Interval Skor Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan……… 34

4.1. Hasil Kuesioner Sikap Siswa……… 36

4.2. Hasil Nilai Fisika………. 37

4.3. Skor Kuesioner dengan Kategori Sikap dan Skor Nilai Fisika dan Skor Nilai Fisika dengan Kategori Hasil Belajar Fisika untuk Masing-Masing Siswa Di Kelas X-A………... 39

4.4. Kategori Sikap terhadap Pembelajaran Fisika dengan Kategori Hasil Belajar Fisika Di Kelas X-A……….. 40

4.5. Kriteria Sikap………... 48

4.6. Kriteria Sikap………... 49

4.7. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing Siswa………...……… 49

4.8. Sikap Siswa Kelas X-A terhadap Pembelajaran Fisika……… 50

4.9. Kriteria Sikap………... 51

4.10. Kriteria Sikap………... 51

4.11. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing Sub Indikator Kuesioner……… 52


(19)

xvii

4.12. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing

Indikator Kuesioner……….. 52

4.13. Kriteria Hasil Belajar Fisika………. 53

4.14. Hasil Belajar Fisika untuk Masing-Masing Siswa………. 54

4.15. Hasil Belajar Fisika Kelas X-A……… 55

4.16. Deskripsi Statistik Sikap Siswa……….. 56

4.17. Deskripsi Statistik Hasil Belajar Fisika……….. 56

4.18. Korelasi Sikap Siswa dengan Hasil Belajar Fisika……… 56

4.19. Sikap Positif Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika Tinggi Di Kelas X-A………. 61

4.20. Sikap Negatif Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Di Kelas X-A.. 62

4.21. Sikap Negatif Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika Tinggi Di Kelas X-A……….. 63


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Teks Halaman

2.1Bagan Terbentuknya Sikap……… 11


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Teks Halaman

LAMPIRAN I…..………... 79

A. Surat Ijin Penelitian Universitas ……… 80

B. Surat Keterangan Penelitian Sekolah ………. 81

LAMPIRAN II……… 82

A. Validitas Kuesioner ……… 83

B. Kisi-Kisi Kuesioner………. 97

C. Kuesioner ……… … 103

D. Hasil Pengisian Kuesioner………... 128

E. Skor Total Pengisian Kuesioner……….. 129

F. Hasil Analisis Skor Indikator Kisi-Kisi Kuesioner……….. 132

LAMPIRAN III……… 136


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Pendidikan adalah suatu upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral serta keimanan dan ketakwaan manusia (Udin, 2009:6).

Menurut W.J.S. Poewardaminta, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (Tatang, 2012:13).

Pendidikan bertujuan menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Dalam dunia pendidikan terdapat lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Ada dua macam lembaga


(23)

pendidikan, yakni lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non-formal. Lembaga pendidikan formal adalah sekolah, sedangkan lembaga pendidikan non-formal adalah keluarga dan masyarakat.

Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Dalam pembelajaran peran guru adalah membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak pengiring. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar (Damyati dan Mudjiono, 2010:5).

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagn, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai (Damyati dan Mudjiono, 2010:7).

Dalam pembelajaran terdapat masalah-masalah dalam belajar, yakni masalah intern belajar dan masalah ekstern belajar (Damyati dan Mudjiono, 2010:235). Salah satu masalah intern dalam belajar adalah sikap siswa terhadap


(24)

belajar. Sikap adalah kemampuan memberikan penilaian, penerimaan, tanggapan seseorang terhadap suatu obyek, situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses belajar maupun pengalaman di lapangan yang menyebabkan perasaan senang (positif/sangat positif) atau tidak senang (negatif/sangat negatif).

Misalnya sikap siswa terhadap pembelajaran fisika. Siswa yang memiliki sikap positif/sangat positif merasa senang, suka, rasa ingin tahu tinggi, serta tertarik dan berminat terhadap pembelajaran fisika. Sedangkan siswa yang memiliki sikap negatif/sangat negatif merasa bosan, jenuh, malas, selalu beranggapan fisika itu sulit atau pelajaran yang menakutkan, dan sebagainya terhadap pembelajaran fisika. Penilaian sikap dalam pembelajaran fisika yang merupakan bagian dari sains, penting dilaksanakan karena dalam pembelajaran fisika berkaitan dengan kemampuan, sehingga menjadi acuan siswa mampu atau tidak mampu pada pembelajaran fisika.

Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evalusi hasil belajar. Dari segi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Damyati dan Mudjiono, 2010:3). Sama halnya dengan hasil belajar fisika yang diperoleh siswa dalam pembelajaran fisika. Hasil belajar fisika yang diperoleh tertuang dalam bentuk angka, seperti nilai tugas, ulangan harian, ujian, rapor, dan ijazah.


(25)

Berbicara mengenai sikap, sikap adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Zainal, 2012:299). Dalam penelitian Yunita mengenai “HUBUNGAN ANTARA SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS XI IPA MA NEGERI KAMPAR” memaparkan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berpikir sehingga akan termotivasi selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai keberhasilan, keunggulan. Siswa yang mempunyai kemampuan bernalar tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran fisika, sebaliknya peserta didik yang kemampuan bernalarnya rendah mungkin akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran fisika. Semakin positif sikap ilmiah siswa, maka hasil belajar fisika siswa semakin tinggi. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif sikap ilmiah siswa, maka hasil belajar fisika akan semakin rendah.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “KORELASI ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS X-A SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA”

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran fisika? 2. Bagaimana hasil belajar fisika siswa?


(26)

3. Apakah ada korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika

2. Mengetahui hasil belajar fisika siswa

3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berkorelasi dengan hasil belajar fisika

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru dan calon guru

Meningkatkan kualitas mengajar dan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, menarik dan dihadapkan pada kehidupan nyata bagi siswa, agar siswa meningkatkan sikap positifnya terhadap pembelajaran fisika yang dapat berdampak pada hasil belajar yang tinggi.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Sebagai sumber informasi/referensi tambahan dan bahan pertimbangan untuk berbagai penelitian serupa di masa mendatang.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan salah satu bagian yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Seseorang akan dinilai kepribadiannya oleh orang lain saat orang tersebut menunjukkan sikapnya terhadap suatu objek. Berbicara mengenai pengertian sikap seperti halnya dengan pengertian-pengertian lain, terdapat beberapa pendapat dari para ahli tentang apa yang dimaksud dengan sikap. Tetapi sikap yang dikemukakan para ahli memiliki batasan-batasannya sendiri.

Menurut Thurstone (Walgito, 1990:109) mengatakan bahwa “An attitude as the degree of positive or negative affect associated with some psychological object. By psychological object Thurstone means any symbol, phrase, slogan, person, institution, ideal, or idea, toward which people can differ with respect to positive or negative affect”. Dari batasan tersebut Thurstone memandang sikap sebagai suatu tindakan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi


(28)

yang tidak menyenangkan. Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai-bagai macam sikap, dapat menimbulkan berbagai-bagai macam tingkatan afeksi pada seseorang. Thurstone hanya melihat sikap sebagai tingkatan afeksi saja, belum mengaitkan sikap dengan prilaku.

Menurut Newcomb (Walgito, 1990:110) memberikan sikap sebagai “From a cognitive point of view, then, an attitude represent an organization of valenced cognitions. From a motivational point of view, an attitude represents a state of readines for motive arousal”. Dari batasan tersebut Newcomb telah menghubungkan sikap dengan komponen kognitif dan komponen konatif, untuk komponen afektifnya tidak ada.

Sedangkan menurut Baron dan Byrne (Walgito, 1990:110) mengutip pendapat dari Eagly dan Himmelfarb, serta pendapat Rajecki yang menyatakan bahwa: “Specifically they define attitudes as relatively lasting cluster of feelings, beliefs’, and behavior tendencies directed toward specific persons, ideas, objects, or groups”. Myers berpendapat bahwa sikap itu merupakan “A presisposition towards some object; includes one’s beliefs, feelings, and behavior tendencies concerning the object”. Batasan tersebut mengemukakan bahwa pengertian sikap telah mengandung komponen kognitif (beliefs), komponen afektif (feelings), dan komponen konaktif (behaviour tendencies).


(29)

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian sikap dengan batasan-batasannya, Walgito (1990:111) menyimpulkan pada umumnya sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:

a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang

berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konaktif (komponen perilaku atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Pada artikel Attitudes towards Science Learning among 10th-Grade Students: A Qualitative look (Lena Raved dan Orit Ben Zvi Assaraf, 2011) menurut ahli ilmu jiwa Brekler (1984) dan Millar dan Tesser (1989) menyatakan bahwa sikap dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni dimensi afektif (affective), perilaku (behavioral) dan kognitif (cognitive) atau disebut dengan ABC model of attitudes. Unsur kognitif (cognitive), sikap mengarah


(30)

kepada kumpulan beberapa faktor dan argumen-argumen rasional bahwa kontribusi dari salah satu hubungan terhadap suatu objek yaitu, unsur-unsur sikap tersebut berdasarkan apa yang diketahui (Eagly dan Chaiken, 1998). Misalnya, sikap siswa yang positif cenderung ke arah pembelajaran sains karena mereka percaya ini akan memimpin mereka ke karir yang menguntungkan. Unsur afektif (affective), di sisi lain berhubungan tidak rasional tetapi untuk komponen emosional dari salah satu hubungan terhadap suatu objek. Reaksi yang disuarakan dalam hal daya tarik atau tolakan, cinta atau benci, kesenangan atau ketidak-senangan, misalnya, mengacu pada unsur afektif/emosional dari sikap. Ketiga, unsur perilaku (behavioral), sikap mengacu pada satu cara yang cenderung untuk benar-benar bersikap terhadap suatu objek. Unsur perilaku ini lebih pragmatis tidak selalu menghasilkan dari sikap kognitif atau sikap emosional, yang berarti bahwa ada perbedaan antara sikap seseorang tetap memungkinkan untuk prediksi perilaku seseorang.

2. Ciri-Ciri Sikap dan Terbentuknya Sikap

Walgito (1990:113-116) memaparkan ciri-ciri sikap dan terbentuknya sikap yakni:

a. Ciri-ciri Sikap

Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku yang tertentu. Oleh karena itu, dipaparkan beberapa ciri-ciri sikap yang dapat digunakan untuk


(31)

membedakan sikap dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia, antara lain:

1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

Ini berarti manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap tertentu terhadap sesuatu objek, melainkan sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan.

2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu dari individu terhadap objek tersebut.

3) Sikap dapat tertuju pada suatu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek.

Misalnya, seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif pula pada kelompok di mana sesorang tersebut tergabung di dalamnya.

4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

Sikap telah terbentuk dan merupakan nilai kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri


(32)

seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah.

5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi

Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan yang dapat bersifat positif (menyenangkan) terhadap objek tetapi juga dapat bersifat negatif (tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut. Sikap juga mengandung motivasi, di mana sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.

b. Terbentuknya Sikap

Dari ciri-ciri sikap di atas dipaparkan sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Adapun bagan terbentuknya sikap yakni:

Gambar 2.1 Bagan Terbentuk Sikap

Objek sikap Faktor internal

- Fisiologis - Psikologis

sikap Faktor eksternal

- Pengalaman - situasi - norma-norma - hambatan - pendorong


(33)

Dari bagan tersebut dapat dikemukan bahwa sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang pada diri seseorang. Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap objek sikap dapat bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif.

B. Pembelajaran Fisika

Menurut Kartika (2001:46) memaparkan pembelajaran fisika yang menekankan pada kegiatan atau keaktifan siswa, bukan kegiatan guru. Ukuran dari kualitas pembelajaran tidak terletak pada baiknya guru menerangkan, tetapi pada kualitas dan kuantitas belajar siswa, dalam arti seberapa banyak dan seberapa sering siswa terlibat secara aktif. Peran guru yang pokok adalah menciptakan situasi, menyediakan kemudahan, merancang kegiatan dan membimbing siswa agar mereka terlibat dalam proses belajar secara berkesinambungan.

1. Tujuan Pembelajaran Fisika

Tujuan pembelajaran fisika adalah melakukan pengukuran, melakukan percobaan, diskusi, dan bernalar untuk memahami konsep, prinsip, hukum, dan/atau teori sesuai pokok bahasaan yang dipelajarinya, serta mampu


(34)

menerapkannya untuk memecahkan masalah-masalah (soal-soal) yang berkaitan. Dalam tujuan tersebut ditekankan betapa pentingnya kemampuan siswa melakukan proses, baik sebagai hasil maupun sebagai langkah kerja yang harus dialami dalam proses pembelajaran.

2. Fungsi Pembelajaran Fisika

Pembelajaran fisika mempunyai dua fungsi. Kedua fungsi tersebut adalah (1) fungsi umum, yaitu fungsi yang berkaitan dengan berlangsungnya proses pembelajaran, dan (2) fungsi khusus, yaitu fungsi yang menunjang terjadinya proses belajar secara optimal. Dikutip dari Gal’perin memaparkan pembelajaran memiliki 4 fungsi khusus, yaitu (1) orientasi, (2) latihan, (3) umpan balik, dan (4) tindak lanjut; dan tiga fungsi umum, yaitu (1) membangkitkan motivasi, (2) mengetahui pengetahuan alam, dan (3) informasi tentang sasaran belajar, kriteria keberhasilan yang dituntut, dan contoh-contoh soal ujian.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Ratna, 2006:2). Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang


(35)

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan (Syaiful, 2010:10).

2. Pengertian hasil belajar

Menurut Zainal (2012:298) keberhasilan pembelajaran dapat ditinjau dari proses belajar dan hasil belajar. Keberhasilan proses belajar adalah keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Jika berakhirnya suatu proses belajar, maka peserta didik memperoleh suatu hasil belajar dan tindak belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Adapun hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan mental siswa yang dapat dibedakan menjadi (a) dampak pembelajaran (prestasi), dan (b) dampak pengiring (hasil). Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur dalam setiap pelajaran (pada umumnya menyangkut domain kognitif), seperti tertuang dalam angka rapor dan angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain yang merupakan suatu transfer belajar (transfer of learning).


(36)

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Sudjana, 1989:22).

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensitesis, dan kemampuan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman belajar tertentu.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Zainal (2012:299) guru juga harus memahami beberapa faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil belajar, antara lain:

a. Faktor siswa yang meliputi kapasitas dasar, bakat khusus, motivasi, minat, kematangan, dan kesiapan, sikap dan kebiasaan, dan lain-lain.

b. Faktor sarana dan prasarana, baik yang terkait dengan kualitas, kelengkapan maupun penggunaannya, seperti guru, metode, dan teknik, media, bahan dan sumber belajar, program, dan lain-lain.


(37)

c. Faktor lingkungan, baik fisik, sosial maupun kultur, di mana kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Kultur masyarakat setempat, hubungan antara siswa dengan keluarga merupakan kondisi lingkungan yang akan mempengaruhi proses dan hasil belajar untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

d. Faktor hasil belajar yang merujuk pada rumusan normatif harus menjadi milik siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. Hasil belajar ini perlu dijabarkan dalam rumusan yang lebih operasional, baik yang menggambarkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik sehingga mudah untuk melakukan evaluasinya.

4. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar sama artinya dengan nilai yang dicapai siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas. Menurut Winkel yang dikutip dari penelitian Yuniari (2012), taraf prestasi belajar yang telah dicapai oleh murid dinyatakan oleh dengan nilai. Nilai bukanlah score. Nilai bersifat kualitatif yaitu menyatakan sesuatu tentang baik atau buruknya prestasi murid. Dalam memberikan nilai terdapat skala penilaian dan nilai tidak selalu nampak dalam lambang kuantitatif.

Hasil belajar fisika diperoleh siswa dalam mempelajari pelajaran fisika untuk kurun waktu satu semester. Hasil belajar fisika berupa nilai tugas, nilai


(38)

ulangan harian, nilai akhir semester atau nilai yang tertulis pada rapor siswa dan nilai lainnya.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Sains

ArtikelAttitudes towards Science Learning among 10th-Grade Students: A Qualitative look (Lena Raved dan Orit Ben Zvi Assaraf, 2011) yang ditulis oleh George (2000); Tuan, Chin dan Shich (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap sains antara lain:

1. Persepsi guru sains

Dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang dikutip pada artikel ini persepsi guru menyatakan bahwa:

a. Guru dan perilakunya di kelas sangat penting dalam mengembangkan sikap siswa terhadap pembelajaran sains, dan mempengaruhi perilaku siswa terhadap pembelajaran sains. Di mana guru dapat mempengaruhi sikap siswa untuk lebih baik atau buruk, tergantung pada interaksi antara siswa dan guru.

b. Siswa mengetahui guru yang baik ketika guru memiliki hubungan pribadi yang baik terhadap anak didiknya, mendengarkan, memahami, mendorong dan mendukung siswa.

c. Mempelajari persepsi dan sikap siswa kelas 10 terhadap pengajaran dan pembelajaran sains, menunjukkan bahwa siswa menekankan 'metode pengajaran dan menekankan guru-guru mereka berpengaruh terhadap


(39)

minat dan pemahaman pembelajaran sains mereka. Dengan hal menyenangkan dan menghibur, para siswa dapat mengerti dengan penggunaan berbagai metode untuk mengkomunikasikan materi dan pelajaran interaktif.

d. Ketertarikan siswa pada kelas sains tumbuh berkat guru-guru yang mengajar menyenangkan dan menghibur.

e. Guru menyederhanakan subjek dan berbicara dalam bahasa yang jelas kepada siswa.

f. Kualitas pengajaran dari guru sains sekolah tidak hanya mempengaruhi kepuasan siswa dengan guru, tetapi juga merupakan faktor penting dalam keputusan untuk melanjutkan pembelajaran sains. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika perilaku guru menjawab kebutuhan para siswa, hal itu akan menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap pembelajaran sains.

2. Hasil Belajar Sains

Pada tahun 1998 penelitian dilakukan oleh Yager dan Yaper memaparkan bahwa pandangan siswa Sekolah Menengah Atas tentang pentingnya pembelajaran sains menunjukkan bahwa siswa menunjukkan sikap positif terhadap kebutuhan dan manfaat dari pembelajaran sains. Namun, penelitian yang lebih baru yang dilakukan oleh Rani pada tahun 2003 telah menunjukkan bahwa ketertarikan dalam pentingnya sains di kelas telah sangat


(40)

menurun saat ini. Sedangkan Osborne dan Collins (2001) menunjukkan penelitian mereka bahwa siswa setuju dengan pentingnya pembelajaran sains karena menentukan karir mereka.

3. Belajar Sains yang Menyenangkan

Berdasarkan penelitian-penelitan yang dilakukan menunjukkan bahwa karakter guru, suasana kelas dan keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari mempengaruhi minat, ketertarikan serta kesenangan siswa terhadap pembelajaran sains. Adanya kesenangan, ketertarikan dan minat siswa maka terciptalah sikap positif siswa terhadap pembelajaran sains.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian umumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, memaparkan bahwa sikap siswa mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian yang telah dilakukan oleh Yunita (2012) menunjukkan bahwa subjek penelitian (siswa MA Negeri Kampar) memiliki tingkat sikap ilmiah tegolong sangat positif dan memiliki hasil belajar yang tergolong sangat memuaskan. Sehingga salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa-siswa khususnya siswa-siswa-siswa-siswa MA Negeri Kampar dapat dilakukan dengan menumbuhkan dan menanamkan sikap ilmiah yang positif terhadap mata pelajaran khususnya mata pelajaran fisika karena seseorang yang memiliki sikap


(41)

ilmiah positif dalam belajar khususnya belajar fisika akan belajar lebih aktif dan dapat memperoleh hasil belajar yang baik.

Pada artikel Attitudes towards Science Learning among 10th-Grade Students: A Qualitative look (Lena Raved dan Orit Ben Zvi Assaraf, 2011) menunjukkan bahwa guru yang memiliki karakter yang hangat, selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, serta menciptakan suasanan kelas yang menghibur dan menyenangkan akan mempengaruhi sikap siswa yang positif terhadap pembelajaran sains. Di mana sikap positif siswa berupa ketertarikan, kesenangan, minat, dan motivasi yang tinggi untuk mempelajari sains.


(42)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Suparno (2010:3) penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan atau uraian akan suatu hal. Penelitian ini menggunakan dua macam metode penelitian, yakni penelitian kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Penelitian kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka yang kemudian akan dianalisis dengan statistik (Suparno, 2010: 7). Pengumpulan data pada penelitian ini melalui penyebaran kuesioner dan dokumentasi nilai fisika siswa berupa nilai ulangan harian (untuk materi Bab I Besaran dan Satuan) dan nilai UTS semester ganjil di kelas X-A.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan skor angka dan analisisnya tidak dengan statistik, tetapi secara kualitatif. Data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar, keadaan, daripada bilangan (Suparno, 2010: 8). Pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara kepada beberapa siswa mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisikadi kelas X-A.


(43)

Menurut Hasan (2004:16) prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilalui atau dikerjakan dalam suatu penelitian. Prosedur penelitian digambarkan dalam bagan di bawah ini:

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Kuesioner Sikap + Dokumentasi nilai fisika

Wawancara Analisis Hasil Kuesioner

Sikap

Analisis Hasil Nilai Fisika

Analisis Korelasi Sikap dengan Hasil Belajar Fisika Transkip Data Wawancara


(44)

a. Kuesioner

Peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada semua siswa yang betujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika di kelas X-A. b. Dokumentsi nilai fisika

Peneliti mendokumentasi nilai fisika siswa kelas X-A berupa nilai ulangan harian (untuk materi Bab I Besaran dan Satuan) dan nilai UTS semester ganjil yang diperoleh dari guru fisika kelas X-A.

c. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa kelas X-A mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika yang diperoleh dari hasil atkuesioner dan hasil belajar fisika siswa kelas X-A yang diperoleh melalui dokumentasi nilai fisika.

d. Analisis Data

Setelah data penelitian dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner, dokumentasi nilai fisika dan wawancara, data kemudian dianalisis. Setelah diperoleh hasil analisis kuesioner dan hasil analisis nilai fisika, peneliti melakukan analisis uji korelasi kedua hasil analisis tersebut menggunakan statistik korelasi product moment Pearson melalui program SPSS 20.0 yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika siswa di kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta.


(45)

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Siswa sebanyak 32 siswa dengan 16 jumlah perempuan dan 16 jumlah laki-laki.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian antara lain: 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap pembelajaran fisika.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa kelas X-A SMX-A Negeri 4 Yogyakarta.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian: SMA Negeri 4 Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian: Bulan September 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014.


(46)

Penelitian ini menggunakan tiga instrumen penelitian, yakni kuesioner, nilai fisika dan wawancara.

1. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010:61). Kuesioner pada penelitian ini mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika. Di mana kuesionernya bersifat tertutup, di mana responden tinggal memilih, sudah ada jawabannya, dalam bentukcheck list.

Kuesioner pada penelitian ini menggunakan pengukuran skala sikap model Likert. Menurut Walgito (1990:145) pengukuran skala sikap model Likert merupakan pengukuran menggunakan pernyataan-pernyataan dengan lima jawaban alternatif atau tanggapan atas pernyataan-pernyataan tersebut, baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif. Siswa memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang disediakan untuk masing-masing pernyataan kuesioner. Lima alternatif jawaban yang dikemukakan oleh Likert adalah sangat setuju (strongly approve), setuju (approve), tidak mempunyai pendapat atau netral (undecided), tidak setuju (disapprove), dan sangat tidak setuju (strongly disapprove). Lima alternatif jawaban tersebut diberi skor masing-masing berdasarkan pernyataan positif dan negatif kuesioner,yakni sebagai berikut:


(47)

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan Positif

Skor Pernyataan Negatif

Sangat Setuju 4 0

Setuju 3 1

Netral 2 2

Tidak Setuju 1 3

Sangat Tidak Setuju 0 4

Pernyataan-pernyataan kuesioner terdiri dari 48 pernyataan dengan 35 pernyataan positif yang terdapat pada nomor 1, 2, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 25, 29, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 46, 47,48 dan 13 pernyataan negatif yang terdapat pada nomor 3, 4, 5, 9, 16, 19, 24, 26, 27, 28, 33, 35 dan 41.

Pernyataan-pernyataan kuesioner sikap siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap pembelajaran fisika dikembangan dari pertanyaan-pertanyaan wawancara pada artikel Attitudes towards Science Learning among 10th-Grade Students: A Qualitative look(Lena Raved dan Orit Ben Zvi Assaraf, 2011). Pertanyaan-pertanyaan kuesioner di rumuskan dalam kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:


(48)

Indikator Sub Indikator Nomor Pernyataan

Sikap terhadap pelajaran fisika

Paham dan yakin akan pentingnya mempelajari tujuan dan isi pelajaran fisika

2, 3, 4, 5, 15, 17, 25, 30, 43, 47

Kemauan untuk mempelajari dan

menerapkan materi pelajaran fisika 1, 8, 16, 27, 32, 37, 44

Sikap terhadap cara mempelajari pelajaran fisika

Keseriusan dalam mempelajari fisika 6, 7, 24, 35, 40, 41, 46 Kesenangan untuk mendiskusikan

bahan/topik fisika 18, 26, 29, 39 Kesenangan untuk memecahkan

permasalahan fisika

20, 28, 30, 31, 33, 34, 38

Keinginan mendapatkan prestasi

yang baik dalam pelajaran fisika 19, 21, 22, 23, 36 Sikap terhadap

guru fisika

Cara mengajar guru fisika. 9, 12, 14, 42, 45, 48 Interaksi guru dengan siswa 10, 11, 13

2. Nilai Fisika

Nilai fisika siswa kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta merupakan hasil belajar fisika yang telah diperoleh siswa tersebut dalam mempelajari pelajaran fisika. Nilai fisika siswa kelas X-A berupa nilai rata-rata dari nilai ulangan harian (untuk materi Bab I Besaran dan Satuan) dengan nilai UTS semester ganjil yang diperoleh dari guru fisika.

3. Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini berupa wawancara bebas. Menurut Suparno (2010:62) wawancara bebas adalah bebas menanyakan apa saja yang diperlukan. Siswa yang diwawancarai adalah siswa


(49)

dengan hasil belajar fisika yang diperoleh. Peneliti mengelompokkan siswa menjadi dua kategori yang terdiri dari dua kelompok, yakni:

(1) Kategori 1: Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berkorelasi dengan hasil belajar fisika

(a) Kelompok siswa yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang tinggi (Kelompok A).

(b) Kelompok siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang rendah (Kelompok B).

(2) Kategori 1: Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika tidak berkorelasi dengan hasil belajar fisika

(a) Kelompok siswa yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang rendah (Kelompok C).

(b) Kelompok siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang tinggi (Kelompok D).

G. Uji Validitas Kuesioner

Menurut Suparno (2010:67) validitas merupakan mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan (valid untuk). Validitas menunjuk pada kesesuaian penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian.


(50)

berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas sebuah tes selalu dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis sama dengan analisis kualitatif terhadap sebuah soal, yaitu untuk menentukan berfunsi tidaknya suatu soal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yang dalam hal ini adalah kriteria materi, konstruksi dan bahasa.

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah content validity (validitas isi). Validitas isi yaitu isi dari instrumen yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur. Apakah item tes sungguh mempresentasikan isi yang mau dites (Suparno, 2010:68).

Pada penelitian ini, kuesioner tidak diujicobakan, namun telah dibuat kisi-kisi kuesioner, dikonsultasikan dan disetujui oleh dua orang ahli, yakni guru pembimbing dan dosen, serta kuesioner ini dikembangkan dari pertanyaan-pertanyaan wawancara pada artikel Attitudes towards Science Learning among 10th-Grade Students: A Qualitative look (Lena Raved dan Orit Ben Zvi Assaraf, 2011).


(51)

1. Metode analisis kuantitatif a. Analisis Hasil Kuesioner

Kuesioner pada penelitian ini dalam bentuk skala sikap model Likert yang bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika. Dalam skala Likert, setiap item pernyataan pada kuesioner yang berjumlah 48 pernyataan, terdiri dari 35 pernyataan positif dan 13 pernyataan negatif, akan dinilai oleh siswa dengan cara memilih salah satu jawawan alternatif dari lima jawaban alternatif, yakni sangat setuju, setuju, netral (tidak mempunyai pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Lima alternatif jawaban kuesioner dibuat skor. Skor untuk pernyataan positif, alternatif jawaban sangat setuju skornya 4 (empat), setuju skornya 3 (tiga), netral skornya 2 (dua), tidak setuju skornya 1 (satu), dan sangat tidak setuju skornya 0 (nol). Sedangkan pernyataan negatif, alternatif jawaban sangat setuju skornya 0 (nol), setuju skornya 1 (satu), netral skornya 2 (dua), tidak setuju skornya 3 (tiga), dan sangat tidak setuju skornya 4 (empat).

Seluruh skor yang ada pada setiap item pernyataan kuesioner dijumlahkan untuk mendapatkan skor total masing-masing siswa. Skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 192 dan skor terendah adalah 0


(52)

dikorelasikan dengan skor hasil belajar fisika.

Dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah kuesioner, kuesioner dianalisis menggunakan perhitungan menurut Likert (Seravina, 2014), yakni: =

Keterangan:

C = rentang skor sikap

A = skor tertinggi kuesioner sikap B = skor terendah kuesioner sikap

Setelah diperoleh rentang skor sikap, maka kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dapat dibuat dengan cara digolongkan menjadi 5 (lima), yakni:

Sangat Positif : + 4 ≤ < + 5

Positif : + 3 ≤ < + 4

Netral : + 2 ≤ < + 3

Negatif : + ≤ < + 2

Sangat Negatif : ≤ < +

b. Analisis Hasil Nilai Fisika

Nilai fisika siswa kelas X-A merupakan hasil belajar fisika siswa yang diperoleh selama mengikuti pelajaran fisika. Nilai fisika siswa diperoleh dari guru fisika kelas X-A berupa nilai ulangan harian (untuk


(53)

kemudian dirata-ratakan.

Dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah nilai fisika, nilai fisika dianalisis menggunakan perhitungan menurut skala Likert (Seravina, 2014), yakni: =

Keterangan:

C = rentang skor nilai fisika A = skor tertinggi nilai fisika B = skor terendah nilai fisika

Setelah diperoleh rentang skor nilai fisika, maka kriteria hasil belajar fisika digolongkan menjadi 5 (lima), yakni:

Sangat Tinggi : + 4 ≤ < + 5

Tinggi : + 3 ≤ < + 4

Cukup : + 2 ≤ < + 3

Rendah : + ≤ < + 2

Sangat Rendah : ≤ < +

c. Analisis Korelasi antara Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika

Untuk mendapatkan korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika siswa, dianalisis menggunakan statistik korelasi product momentPearson melalui program


(54)

variabel bebas (variabel X) serta skor hasil analisis nilai fisika sebagai variabel terikat (variabel Y).

Hasil analisis korelasi diperoleh nilai koefisien korelasi dan nilai probabilitas atau nilai signifikan korelasi, yakni:

1) Koefisien korelasi

Menurut Hasan (2004:43) koefisien korelasi adalah indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk arah/hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negative (-), atau (−1 ≤ ≤ +1).

a) Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel yang satu naik/turun maka variabel yang lainnya juga naik/turun. Semakin dekat dengan nilai koefisien korelasi ke +1, semakin kuat korelasi positifnya.

b) Jika koefisien korelasi bernilai negatif, maka variabel-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variabel yang satu naik/turun maka variabel yang lainnya akan naik/turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi -1, semakin kuat korelasi negatifnya.


(55)

menunjukkan korelasi.

d) Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1, maka variabel-variabel menunjukkan korelasi positif atau negatif sempurna.

Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antarvariabel tersebut, berikut ini diberikan nilai dari KK sebagai patokan.

Tabel 3.3 Interval Skor Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan

Interval Nilai Kekuatan Hubungan = 0,00 Tidak ada

0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat rendah 0,20 ≤ ≤ 0,40 Rendah

0,40 ≤ ≤ 0,70 Cukup atau sedang 0,70 ≤ ≤ 0,90 Tinggi

0,90 ≤ ≤ 1,00 Sangat tinggi = 1,00 Sempurna

2) Probabilitas/signifikan korelasi

Untuk menguji signifikansi hasil korelasi dengan penyusunan hipotesis:

Ho: tidak ada korelasi antara variabel sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan variabel hasil belajar fisika

Hi: ada korelasi antara variabel sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika


(56)

0,05), maka Ho ditolak dan Hi diterima berarti bahwa ada korelasi antara dua variabel (ada korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika). Sebaliknya, bila nilai probabilitas atau nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 (> 0,05), maka Hi ditolak dan Ho diterima berarti bahwa tidak ada korelasi antara dua variabel (tidak ada korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika)

2. Metode Analisis Kualitatif Analisis Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika yang diperoleh dari hasil kuesioner dan hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dari nilai fisika yang diberikan oleh guru fisika kelas X-A. hasil wawancara ditranskip dari rekaman kedalam bentuk tulisan. Analisis wawancara dengan cara sebagai berikut:

a. Data wawancara yang sudah ditranskip ke dalam bentuk tulisan berupa pertanyaan peneliti dan jawaban siswa akan dikategorikan menjadi beberapa kategori pernyataan.

b. Menganalisis isi atau kata-kata yang sering muncul dari jawaban-jawaban siswa berdasarkan setiap kategori.


(57)

HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian atau data penelitian yang diperoleh menggunakan instrumen penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran fisika, hasil belajar fisika siswa, dan adanya korelasi antara sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika. Hasil penelitian ini menggunakan tiga instrumen penelitian, yakni kuesioner, nilai fisika dan wawancara.

1. Hasil Kuesioner Sikap

Hasil pengisian kuesioner mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran fisika di kelas X-A dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Kuesioner Sikap Siswa Siswa Ke- Skor Sikap Kriteria Sikap

1 131 Netral

2 104 Netral

3 123 Netral

4 120 Netral

5 102 Sangat Negatif

6 120 Netral

7 127 Netral

8 125 Netral

9 114 Negatif

10 154 Sangat Positif

11 129 Netral

12 97 Sangat Negatif


(58)

16 162 Sangat Positif

17 98 Sangat Negatif

18 131 Netral

19 127 Netral

20 88 Sangat Negatif

21 101 Sangat Negatif

22 105 Negatif

23 122 Netral

24 126 Netral

25 131 Netral

26 122 Netral

27 130 Netral

28 102 Sangat Negatif

29 132 Positif

30 101 Sangat Negatif

31 95 Sangat Negatif

32 115 Negatif

2. Hasil Nilai Fisika

Hasil nilai fisika siswa kelas X-A merupakan hasil belajar fisika yang diperoleh siswa, berupa nilai rata-rata dari nilai ulangan harian (untuk materi Bab I Besaran dan Satuan) dengan nilai UTS semester ganjil yang diberikan oleh guru pembimbing fisika, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Nilai Fisika

Siswa Ke- Nilai Fisika Nilai Fisika

Rata-Rata

Kriteria Hasil Belajar Fisika

Ulangan UTS

1 92 53 72 Sangat Tinggi

2 84 46 65 Tinggi

3 88 70 79 Sangat Tinggi

4 80 56 68 Tinggi

5 88 57 72 Sangat Tinggi


(59)

9 52 52 52 Sedang

10 84 52 68 Tinggi

11 86 60 73 Sangat Tinggi

12 - 54 27 Sangat Rendah

13 76 50 60 Tinggi

14 80 66 73 Sangat Tinggi

15 80 56 68 Tinggi

16 88 44 66 Tinggi

17 92 72 82 Sangat Tinggi

18 88 66 73 Sangat Tinggi

19 88 60 74 Sangat Tinggi

20 84 44 64 Tinggi

21 76 20 48 Rendah

22 84 40 62 Tinggi

23 88 76 82 Sangat Tinggi

24 84 67 76 Sangat Tinggi

25 81 70 76 Sangat Tinggi

26 68 52 60 Tinggi

27 80 54 67 Tinggi

28 80 34 57 Sedang

29 76 68 72 Sangat Tinggi

30 84 38 61 Tinggi

31 72 38 55 Sedang

32 80 46 63 Tinggi

3. Hasil Wawancara Sikap

Hasil pengumpulan data hasil kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan hasil nilai fisika yang diperoleh siswa di kelas X-A adalah sebagai berikut:


(60)

Siswa Ke- Skor Sikap Kriteria Sikap

Skor Nilai Fisika

Kriteria Hasil Belajar Fisika

1 131 Netral 72 Sangat Tinggi

2 104 Netral 65 Tinggi

3 123 Netral 79 Sangat Tinggi

4 120 Netral 68 Tinggi

5 102 Sangat Negatif 72 Sangat Tinggi

6 120 Netral 58 Sedang

7 127 Netral 65 Tinggi

8 125 Netral 67 Tinggi

9 114 Negatif 52 Sedang

10 154 Sangat Positif 68 Tinggi

11 129 Netral 73 Sangat Tinggi

12 97 Sangat Negatif 27 Sangat Rendah

13 129 Netral 60 Tinggi

14 105 Negatif 73 Sangat Tinggi

15 111 Negatif 68 Tinggi

16 162 Sangat Positif 66 Tinggi

17 98 Sangat Negatif 82 Sangat Tinggi

18 131 Netral 73 Sangat Tinggi

19 127 Netral 74 Sangat Tinggi

20 88 Sangat Negatif 64 Tinggi

21 101 Sangat Negatif 48 Rendah

22 105 Negatif 62 Tinggi

23 122 Netral 82 Sangat Tinggi

24 126 Netral 76 Sangat Tinggi

25 131 Netral 76 Sangat Tinggi

26 122 Netral 60 Tinggi

27 130 Netral 67 Tinggi

28 102 Sangat Negatif 57 Sedang

29 132 Positif 72 Sangat Tinggi

30 101 Sangat Negatif 61 Tinggi

31 95 Sangat Negatif 55 Sedang


(61)

siswa, dibuat 5 (lima) kategori sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan kategori hasil belajar fisika siswa di kelas X-A, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Kategori Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika dengan Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa di Kelas X-A

No Kategori

Sikap Siswa

Kategori Hasil Belajar Fisika

Jumlah

Siswa Presentase

1 Sangat Positif Sangat Tinggi -

-Tinggi 2 6,25%

Sedang -

-Rendah -

-Sangat Rendah -

-2 Positif Sangat Tinggi 1 3,125%

Tinggi -

-Sedang -

-Rendah -

-Sangat Rendah -

-3 Netral Sangat Tinggi 8 25%

Tinggi 7 21,875%

Sedang 1 3,`125%

Rendah -

-Sangat Rendah -

-4 Negatif Sangat Tinggi 1 3,125%

Tinggi 3 9,375%

Sedang 1 3,125%

Rendah -

-Sangat Rendah -

-5 Sangat Negatif Sangat Tinggi 2 6,25%

Tinggi 2 6,25%

Sedang 2 6,25%

Rendah 1 3,125%

Sangat Rendah 1 3,125%

Total Jumlah Siswa


(62)

hasil nilai fisika yang diperoleh siswa di kelas X-A yang diwawancarai berjumlah 4 (empat) siswa dari 32 siswa. Keempat siswa ini sudah dikategorikan ke dalam dua kategori yang terdiri dari dua kelompok, yakni:

a. Kategori 1: Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika berkorelasi dengan hasil belajar fisika

1) Kelompok siswa yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang tinggi (Kelompok A adalahsiswa ke-10).

Hasil wawancara kelompok A untuksiswa ke-10: Peneliti: Apakah anda suka belajar fisika? Siswa ke-10:Tentu, tertarik sekali

Peneliti: Alasannya?

Siswa ke-10: Karena fisika itu bermain tentang angka, angka itu berarti ilmu pasti, karena saya suka ilmu yang pasti

Peneliti: Apakah ada kendala saat belajar fisika?

Siswa ke-10: Ya ada, tetapi kendalanya berupa pemahaman ketika guru mengajar, ketika kita bertanya, guru itu suka bingung sendiri untuk menjelaskan kepada siswanya, mungkin sebenarnya gurunya tahu tapi bingung untuk menjelaskan bagaimana, kalau dari saya sendiri lebih suka belajar dengan santai, seriusn dan tidak serius monoton. Peneliti: Selain belajar di sekolah dan belajar di rumah, mungkin kamu


(63)

mengikuti bimbingan belajar (privat), karena saya berusaha semaksimal mungkin sampai saya bisa, kalau saya merasa tidak bisa baru saya ambil tindakan untuk bimbingan belajar

Peneliti: Apakah ada keinginan untuk memperoleh nilai fisika yang tinggi? Siswa ke-10: Tentu semua orang mau dan saya pun juga mau saya selalu

berusaha untuk memperoleh nilai fisika yang tinggi. Peneliti: Aktif dalam mengikuti pelajaran, seperti bertanya? Siswa ke-10: Ya relatif, Insya Allah juga aktif.

Hasil wawancara kelompok A untuksiswa ke-16adalah: Peneliti: Apakah anda tertarik belajar fisika? Siswa ke-16: Ya lumayan.

Peneliti: Lumayannya seperti apa?

Siswa ke-16: Ada yang nyaman ada yang tidak Peneliti: Nyamannya seperti apa?

Siswa ke-16: Mudah dihitung, bisa dilogika, itu aja ketemu. Ada rumus yang sangat panjang, jika salah ditengah harus balik lagi dari awal Peneliti: Selain dengan rumus, mungkin ada kendala lain, seperti gurunya

atau bagaimana saat pelajaran? Siswa ke-16: Tidak, gurunya berbahagia, baik

Peneliti: Selain baik, bagaimana cara mengajarnya?

Siswa ke-16: Menyenangkan, karena saat menjelaskan gurunya selalu menggunakan peraga atau alat peraga


(64)

Siswa ke-16: Kadang gurunya keasyikan sendiri, bikin soal dikerjakan sendiri, sehingga saya merasa kadang-kadang tidak paham

Peneliti: Saat kamu tidak memahami materi, apakah kamu bertanya? Siswa ke-16: Ya bertanya kepada teman-teman dan saya bisa paham

Peneliti: Apakah ada keinginan untuk memperoleh nilai fisika yang tinggi? Siswa ke-16: Selalu, selalu berusaha untuk memperoleh nilai fisika yang tinggi Peneliti: Saat pelajaran apakah kamu aktif bertanya ke guru atau ke

teman-teman?

Siswa ke-16: Bertanya saat saya benar-benar merasa tidak mengerti tapi kalau merasa sedikit tidak mengerti saya bertanya kepada teman di samping saya.

2) Kelompok siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang rendah (Kelompok B adalah siswa ke-12 dan siswa ke 21).

Siswa ke-12 dan siswa ke-21 ketika peneliti ingin mewawancarai, kedua siswa ini langsung pergi begitu saja sebelum diwawancarai, karena mereka tidak ingin diwawancarai. Jadi peneliti mewawancarai kepada beberapa siswa lainnya (sebut saja siswa G) mengenaisiswa ke-12:

Hasil wawancara kelompok D adalah:

Peneliti: Apa yang anda ketahui tentang siswa ke-12 dan siswa ke-21 apabila mengikuti pelajaran fisika?


(65)

dan sering tidak hadir saat pelajaran fisika, tetapi saat siswa ke-12hadir pelajaran fisika. Sedangkansiswa ke-21juga demikian, tetapi saatsiswa ke-21 hadir pelajaran fisika, aktif baik bertanya maupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru fisika.

b. Kategori 1: Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika tidak berkorelasi dengan hasil belajar fisika

1) Kelompok siswa yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang rendah (Kelompok C).

Pada tabel 4.4, tidak ada siswa di kelas X-A yang berada pada kelompok ini, karena sebagian besar siswa memiliki kategori hasil belajar fisika sangat tinggi dan tinggi, sedangkan sisanya siswa memiliki kategori hasil belajar fisika sedang. Untuk kategori hasil belajar fisika rendah dan sangat rendah tidak diperoleh siswa di kelas X-A.

2) Kelompok siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran fisika dengan hasil belajar fisika yang tinggi (Kelompok D adalah siswa ke-17 dan siswa ke-5).

Hasil wawancara kelompok D untuksiswa ke-5adalah: Peneliti: Apakah anda suka belajar fisika?

Siswa ke-5: Tentu Peneliti: Alasannya?

Siswa ke-5: Seru aja, menantang, tapi susah


(66)

mengerti) kalau diterangi gak sejelas-jelasnya Peneliti: Yang membuat tidak jelas diterangi itu oleh siapa?

Siswa ke-5: Gurunya. Tapi ada faktor lain, biasanya aku belajar sambil nulis, tapi saat nulis ketika dijelaskan tetap saja tidak mengerti

Peneliti: Ketika kamu merasa tidak mengerti, apakah kamu bertanya kepada guru?

Siswa ke-5: Ia bertanya, tetapi saat bertanya guru tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan saya.

Peneliti: Jadi kendala yang kamu hadapi adalah kamu tidak mengerti dengan penjelasan materi oleh guru?

Siswa ke-5: Ya betul, yang pertama itu saat menjelaskan materi, guru menjelaskan berhadapan dengan papan tulis tanpa melihat ke siswa Peneliti: Selain belajar fisika di sekolah, apakah kamu belajar fisika di

rumah?

Siswa ke-5: Ya, tetapi tidak tiap hari belajarnya, biasanya hari ini nanti dilanjut beberapa hari lagi.

Peneliti: Bagaimana jika kamu belajar sendiri di rumah?

Siswa ke-5: Kalau belajar sendiri sudah dicoba, tetapi saat ulangan tidak ingat/lupa rumus yang akan diaplikasi ke dalam soal ulangan Peneliti: Selain belajar dari buku pelajaran, belajar dari internet juga? Siswa ke-5: Ya sudah dicoba, tapi tidak mengerti jadi belajar di buku saja.


(67)

Siswa ke-5: Pasti ada, tapi nilai yang saya peroleh begitu-begitu saja.

Peneliti: Mendengar dari cerita teman-teman kamu, setelah lulus SMA kamu ingin kuliah kedokteran?

Siswa ke-5: Amin

Peneliti: Berarti, nilai mata pelajaran IPA (matematika, biologi, fisika, kimia) harus di atas standar ya?

Siswa ke-5: Ya.

Peneliti: Bagaiman pendapat kamu tentang guru fisika?

Siswa ke-5: Gurunya ganteng, keren tapi mengajarnya gak dong (tidak mengerti)

Peneliti: Materi yang diberikan secara rinci?

Siswa ke-5: Ya benar, tetapi saat menerangkan gurunya hanya membaca sehingga membuat saya tidak mengerti walaupun sudah saya tulis. Hasil wawancara kelompok D untuksiswa ke-17adalah:

Peneliti: Apakah anda tertarik belajar fisika? Siswa ke-17:Ya tertarik

Peneliti: Alasannya?

Siswa ke-17:Karena itu pelajaran wajib yang harus dipelajari Peneliti: Apakah ada kendala saat belajar fisika? Siswa ke-17:Bingung, tidak mengerti


(68)

penjelasan guru tetapi saat tidak mengerti saya tidak memperhatikan.

Peneliti: Penjelasan guru mudah dipahami?

Siswa ke-17: Ada yang mudah, ada yang tidak, semuanya tergantung materi yang diberikan

Peneliti: Guru sering menjelaskan berbagai pertanyaan dari siswa, apakah kamu mudah memahami?

Siswa ke-17:Sulit.

Peneliti: Apakah ada keinginan utuk memperoleh nilai fisika yang tinggi? Siswa ke-17: Pasti ada, saya berusaha belajar. Tetapi nilai yang saya peroleh

jelek. Saya sering lupa menggunakan rumus fisika yang mana dalam penyelesaian soal-soal fisika sehingga nilai yang saya peroleh begitu-begitu saja. Saya beli buku, saya sering meluangkan waktu buat belajar fisika, apalagi tentang vektor, belajarnya berkali-kali, mencari tentang cosinus, sinus, tangent di internet ada yang seperti jari tangan. Tetapi nilai yang saya peroleh jelek. Peneliti: Selain belajar sendiri, apakah kamu mengikuti bimbingan belajar? Siswa ke-17:Tidak

Peneliti: Saat kamu tidak memahami materi, kenapa kamu tidak langsung bertanya kepada guru?


(69)

1. Metode analisis kuantitatif

a. Analisis Hasil Kuesioner Sikap

1) Hasil analisis kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika untuk masing-masing siswa

Skor tertinggi hasil kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika adalah 162 dan skor terendah adalah 88. Perhitungan dengan menggunakan skala Likert untuk memperoleh kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika adalah sebagai berikut:

= −

5 Keterangan:

C = rentang skor sikap A = skor tertinggi = 162 B = skor terendah = 88

= = 14,8

Sehingga didapat 5 (lima) kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika yaitu: Tabel 4.5 Kriteria Sikap

Interval Skor Sikap Kriteria Sikap 147,2 ≤ ≤ 162 Sangat Positif 132,4 ≤ < 147,2 Positif 117,6 ≤ < 132,4 Netral 102,8 ≤ < 117,6 Negatif


(70)

dibulatkan menjadi bilangan bulat, yakni:

Tabel 4.6 Kriteria Sikap Interval Skor Sikap Kriteria Sikap

147 ≤ ≤ 162 Sangat Positif

132 ≤ < 147 Positif

118 ≤ < 132 Netral

103 ≤ < 118 Negatif

88 ≤ < 103 Sangat Negatif

Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika untuk masing-masing siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing Siswa

Siswa Ke- Skor Sikap Kriteria Sikap

1 131 Netral

2 104 Netral

3 123 Netral

4 120 Netral

5 102 Sangat Negatif

6 120 Netral

7 127 Netral

8 125 Netral

9 114 Negatif

10 154 Sangat Positif

11 129 Netral

12 97 Sangat Negatif

13 129 Netral

14 105 Negatif

15 111 Negatif

16 162 Sangat Positif

17 98 Sangat Negatif


(71)

21 101 Sangat Negatif

22 105 Negatif

23 122 Netral

24 126 Netral

25 131 Netral

26 122 Netral

27 130 Netral

28 102 Sangat Negatif

29 132 Positif

30 101 Sangat Negatif

31 95 Sangat Negatif

32 115 Negatif

Setelah sikap masing-masing siswa terhadap pembelajaran fisika ditentukan, dilanjutkan dengan menjabarkan sikap siswa terhadap pembelajaran fisika dalam satu kelas, yakni:

Tabel 4.8 Sikap Siswa Kelas X-A terhadap Pembelajaran Fisika Interval Skor Sikap Kriteria Sikap Jumlah

Siswa

Presentase Sikap

147 ≤ ≤ 162 Sangat positif 2 6,25%

132 ≤ < 147 Positif 1 3,125%

118 ≤ < 132 Netral 15 46,875%

103 ≤ < 118 Negatif 6 18,75%

88 ≤ < 103 Sangat negatif 8 25%

Total subyek penelitian 32 Siswa

Dari hasil analisis kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di kelas X-A memiliki kriteria sikap netral terhadap pembelajaran fisika dengan presentase 46,875% dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa.


(72)

Skor tertinggi indikator kisi-kisi kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran fisika adalah 80 % dan skor terendah adalah 51 %. Perhitungan dengan menggunakan skala Likert untuk memperoleh kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika adalah sebagai berikut:

= −

5 Keterangan:

C = rentang skor sikap A = skor tertinggi = 80 % B = skor terendah = 51 %

=( )%= 5,8%

Sehingga didapat 5 (lima) kriteria sikap siswa terhadap pembelajaran fisika yaitu: Tabel 4.9 Kriteria Sikap

Interval Skor Sikap Kriteria Sikap 74,2% ≤ ≤ 80 % Sangat Positif 68,4 % ≤ < 74,2 % Positif 62,6 % ≤ < 68,4 % Netral 56,8 % ≤ < 62,6 % Negatif

51 % ≤ < 56,8 % Sangat Negatif

Karena interval skor sikap merupakan bilangan desimal, maka bilangan desimal dibulatkan menjadi bilangan bulat, yakni:

Tabel 4.10 Kriteria Sikap Interval Skor Sikap Kriteria Sikap

74 % ≤ ≤ 80 % Sangat Positif 68 % ≤ < 74 % Positif


(73)

51 % ≤ < 57 % Sangat Negatif

Sikap siswa terhadap pembelajaran fisika untuk masing-masing indikator kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.11 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing Sub Indikator Kisi-Kisi Kuesioner

Indikator

Kuesioner Sub Indikator Kuesioner Presentase Kriteria Sikap Sikap terhadap

pelajaran fisika

Paham dan yakin akan pentingnya mempelajari tujuan dan isi pembelajaran fisika.

59 % Negatif

Kemauan untuk mempelajari dan menerapkan materi pembelajaran fisika

64 % Netral

Sikap terhadap cara mempelajari

pelajaran fisika

Keseriusan dalam mempelajari

fisika 60 % Negatif

Kesenangan untuk mendiskusikan

bahan/topik fisika 66% Netral

Keinginan untuk memecahkan

permasalahan fisika 59 % Negatif

Keinginan mendapat prestasi yang baik dalam pembelajaran fisika

80 % Sangat Positif Sikap terhadap

guru fisika

Cara mengajar guru fisika 56 % Negatif Interaksi guru dengan siswa 51 % Sangat Negatif Tabel 4.12 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika untuk Masing-Masing

Indikator Kisi-Kisi Kuesioner

Indikator Kuesioner Presentase Kriteria Sikap

Sikap terhadap pelajaran fisika 62 % Negatif

Sikap terhadap cara mempelajari pelajaran fisika 66 % Netral


(1)

14 2 2 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2

15 2 2 3 3 1 2 2 2 2 1 4 3 4 2 2 3 2 2 1 3 2 2 3 3

16 4 0 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4

17 2 2 2 2 2 1 1 2 3 0 3 3 2 1 2 2 4 2 2 2 0 2 2 2

18 3 4 2 4 1 2 2 2 2 2 4 3 4 3 3 3 3 2 0 3 3 3 2 4

19 3 2 3 4 2 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2

20 2 1 2 3 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 3 3 3 3 1 1 2 1 2

21 3 1 2 1 1 3 1 1 2 2 3 3 2 1 3 1 3 2 2 2 2 2 2 3

22 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 1 3 0 2

23 3 2 2 2 2 3 4 2 4 1 4 3 2 2 2 3 4 4 2 2 1 3 1 3

24 3 2 3 3 2 2 2 2 4 2 3 3 3 2 2 4 2 4 2 2 1 3 3 4

25 4 2 2 3 1 4 2 2 3 4 3 1 3 2 2 3 3 4 2 3 0 2 2 2

26 3 2 4 4 2 2 2 2 2 0 3 3 3 2 2 2 2 4 2 3 2 3 3 3

27 3 2 3 4 2 3 2 2 4 3 4 2 3 2 2 4 3 3 2 2 1 2 2 2

28 2 2 3 3 1 1 1 1 2 2 2 1 3 3 2 0 2 3 2 3 2 2 2 2

29 3 2 3 3 2 4 4 4 4 2 4 2 4 1 4 4 4 4 0 4 3 3 3 4

30 3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2

31 2 1 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2

32 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2

Jumlah 87 58 87 98 53 86 72 70 86 60 102 77 88 63 74 78 87 101 61 81 55 84 68 89 Jumlah

Total 757 569 539

Presentase 59 % 64 % 60 %

Kategori

Sikap Netral Positif Netral

Siswa Ke- Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Indikator 8

Pernyataan 18 26 29 39 20 28 31 33 34 38 19 21 22 23 36 9 12 14 42 45 48 10 11 13

1 2 3 2 4 2 2 2 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 2 4 1 3 3 3 2


(2)

3 2 3 2 4 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 2 0 2 4 1 3 1

4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 4 3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2

5 2 4 2 4 0 3 2 3 2 3 3 4 2 4 4 3 3 2 1 0 3 1 3 1

6 3 1 4 3 2 1 3 2 1 2 4 4 4 4 4 2 3 2 4 3 4 3 1 1

7 1 3 2 3 3 4 3 1 3 4 3 4 4 4 3 2 4 1 3 3 4 2 3 1

8 3 3 2 4 1 3 3 3 3 2 3 4 3 4 4 1 2 1 2 1 2 3 3 1

9 2 2 2 4 1 1 2 3 2 4 3 4 3 3 3 1 3 0 2 2 4 3 3 2

10 4 1 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 2 4 3 3 2

11 3 2 3 4 2 2 2 2 3 3 4 4 2 4 4 3 4 1 3 1 2 2 3 1

12 3 2 3 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2

13 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 4 2 2 2

14 2 2 1 3 2 3 2 2 2 3 3 4 2 2 4 2 0 2 4 2 3 3 2 0

15 2 2 2 4 3 3 3 3 2 2 3 4 4 3 4 2 2 0 1 1 2 1 2 2

16 4 4 4 4 3 3 3 0 3 4 2 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4

17 1 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 3 4 4 2 2 2 2 1 4 2 2 2

18 3 4 2 4 2 2 3 3 3 2 4 3 2 3 4 2 4 2 2 2 4 0 3 2

19 2 4 2 4 3 1 2 4 2 2 3 4 3 4 3 1 4 2 2 2 2 2 4 1

20 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 1 1 2 1 2 1 0

21 2 2 2 3 3 1 3 1 2 2 1 3 3 2 3 3 2 2 2 1 3 3 3 3

22 2 4 2 4 1 1 2 3 2 2 3 3 4 3 4 2 0 2 3 2 3 2 3 1

23 4 0 2 4 3 1 3 2 4 2 2 4 4 4 4 2 2 2 4 2 2 2 1 1

24 3 1 2 4 2 3 2 3 2 2 3 4 2 4 4 3 3 2 2 1 2 3 4 2

25 4 2 4 3 2 1 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 2 4 3 1 4 2

26 2 2 3 4 2 2 3 3 3 3 2 4 2 4 2 3 4 2 2 0 3 2 3 2

27 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 2 4 4 2 3 2 4 3 4 2 2 2

28 2 3 2 4 1 2 2 3 2 2 3 4 3 1 2 3 4 1 3 1 3 2 1 1

29 2 0 2 4 3 1 4 4 2 3 4 4 3 3 4 2 3 0 1 0 4 1 2 1


(3)

31 2 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 4 3 2 2 2 3 1 1 1 3 2 1 1

32 0 3 2 4 4 1 2 3 2 2 3 3 3 2 4 1 1 1 1 1 2 2 3 1

Jumlah 78 76 75 111 68 63 76 84 79 82 89 117 91 104 112 69 91 51 76 54 93 67 81 49 Jumlah

Total 340 452 513 434 197

Presentase 66 % 59 % 80 % 56 % 51,30%

Kategori


(4)

Indikator 2: Kemauan untuk mempelajari dan menerapkan materi pembelajaran fisika

Indikator 3: Keseriusan dalam mempelajari fisika

Indikator 4: Kesenangan untuk mendiskusikan bahan/topik fisika

Indikator 5: Keinginan untuk memecahkan permasalahan fisika

Indikator 6: Keinginan mendapat prestasi yang baik dalam pembelajaran fisika

Indikator 7: Cara mengajar guru fisika


(5)

(6)

DAFTAR NILAI ULANGAN TERTULIS DAN NILAI MID SEMESTER SISWA KELAS XA SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Mata Pelajaran :FISIKA

NO NIS J.KEL NILAI

ULANGAN MID

1 13979 L 92 53

2 13980 P 84 46

3 13981 L 88 70

4 13982 L 80 56

5 13983 P 88 57

6 13984 L 80 36

7 13985 L 80 50

8 13986 P 80 53

9 13987 P 52 52

10 13988 L 84 52

11 13989 P 86 60

12 13990 L - 54

13 13991 L 76 50

14 13992 L 80 66

15 13993 P 80 56

16 13994 L 88 44

17 13995 P 92 72

18 13996 P 88 66

19 13997 P 88 60

20 13998 L 84 44

21 13999 L 76 20

22 14000 L 84 40

23 14001 P 88 76

24 14002 P 84 67

25 14003 L 81 70

26 14004 P 68 52

27 14005 L 80 54

28 14006 P 80 34

29 14007 P 76 68

30 14008 L 84 38

31 14009 P 72 38