Perilaku Pemberian ASI PEMBAHASAN

38

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Perilaku Pemberian ASI

Pada penelitian ini, diperoleh hasil sebanyak 24 72,7 ibu bekerja memiliki perilaku kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang memiliki perilaku baik hanya 9 27,3 orang. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden memberikan ASI eksklusif pada bayi. Hasil penelitian ini diperkuat dengan analisa data, ternyata alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada 23 95,8 responden menjawab alasan mereka tidak memberikan ASI Eksklusif adalah karena mereka bekerja. Selain itu mereka juga beralasan bahwa produksi ASI mereka berkurang dan bayi mereka terlanjur mendapat susu formula, makanan, atau minuman lain pada awal kelahiran. Hasil ini sesuai dengan IDAI tahun 2008, bahwa kendala yang sering menjadi alasan ibu yang melakukan konsultasi ke klinik laktasi dua diantaranya yaitu produksi ASI kurang dan bayi terlanjur mendapakan makanan prelakteal air gula, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran. Berdasarkan Amiruddin 2007, pekerjaan berkaitan dengan pemberian ASI. Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukan bekerja. Menurut asumsi peneliti produksi ASI yang berkurang pada ibu yang bekerja dapat diakibatkan karena kondisi mereka yang bekerja sehingga mereka tidak memiliki waktu secara intensif untuk memberikan bayi mereka ASI secara ekskusif sehingga mereka menggantikan ASI dengan susu formula atau makanan minuman lain. Asumsi peneliti ini diperkuat oleh IDAI tahun 2008, bahwa pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum waktunya sering berakibat berkurangnya produksi ASI. Seharusnya ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja: IDAI, 2008 39 1. Siapkan pengasuh bayi nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu sebelum ibu mulai bekerja kembali. 2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari esnya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan. 3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir. 4. Hindari pemakaian dotempeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung puting”. 5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari. 6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan didalam lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan di lemari es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak dirumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu. 7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan meredamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali. 8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam. 40

5.2 Sikap