23 pelaksanaan program dan kegiatan yaitu belanja pegawai, belanja barang dan
jasa, dan belanja modal.
2.6 HCT Herfindahl Concentration Taxes
Herfindahl Concentration Taxes HCT terdiri dari beberapa kategori pajak yang bervariasi seperti: pajak sektor personal, pajak perusahaan, peneriman
pajak bukan dari penduduk dan beberapa pajak dengan kriteria khusus. Dalam penelitian ini variabel HCT diproksi dengan rasio antara retribusi daerah dengan
total penerimaan retribusi provinsi. Penggunaan retribusi dalam proksi HCT mengingat retribusi daerah merupakan komponen terbesar PAD, selain pajak
daerah. Retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah daerah provinsi secara
langsung dan nyata kepada pembayar. Satuan hitung HCT untuk penelitian ini dinyatakan dalam satuan persen.
2.7. Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan untuk masing- masing daerah terdiri dari Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus
DAK, dan Dana Bagi Hasil DBH.Pemberian dana transfer ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
disparitas vertikal, dan kesenjangan fiskal antar Pemerintah Daerah disparitas horizontal. Daerah diharapkan mampu mengoptimalkan pengelolaan sumber
daya tersebut sehingga terjadi pengingkatan kapasitas fiskal, serta mampu
Universitas Sumatera Utara
24 mengurangi ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat sehingga menjadi lebih
mandiri Rusydi,2010
2.8. Dana Alokasi Umum DAU
Dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yang dimaksud dengan dana alokasi umum yaitu
dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pada Pasal 7 UU No. 33 Tahun 2004, besarnya DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan dalam
negeri yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk daerah Propinsi dan untuk daerah kabupatenkota ditetapkan masing-masing 10 persen dan 90 persen dari
DAU.Pengalokasian DAU lebih diprioritaskan pada daerah yang mempunyai kapasitas fiskal rendah. Dimana daerah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi akan
mendapatkan alokasi DAU yang relatif lebih rendah agar dapat mengurangi
disparitas fiskal antar daerah dalam era otonomi.
Adapun cara menghitung DAU menurut ketentuan adalah sebagai berikut: 1.
Dana alokasi umum ditetapkan sekurang-kurangnya 25 dari penerimaan
dalam negeri yang ditetapkan APBN.
2. Dana alokasi umum untuk daerah provinsi dan daerah kabupatenkota
ditetapkan masing-masing 10 dan 90 dari dana alokasi umum yang ditetapkan diatas. Dari dana alokasi umum untuk suatu daerah
kabupatenkota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah kabupatenkota yang ditetapkan APBN
Universitas Sumatera Utara
25 dengan porsi daerah kabupatenkota yang bersangkutan. Porsi daerah
kabupatenkota sebagaimana dimaksud diatas merupakan proporsi bobot
daerah kabupatenkota diseluruh Indonesia. 2.9.
Dana Bagi Hasil DBH
Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentrslisasi. DBH dilakukan berdasarkan prinsip by origin daerah penghasil dan penyaluran berdasarakan
realisasi peneriamaan DBH dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, teridiri dari pajak, yaitu pajak bumi dan bangunan PBB, biaya perolehan hak atas tanah
dan bangunan BPHTB, pajak penghasilan PPh; sumber daya alam berasal dari kehutanan yaitu iuran izin usaha pemanfaatan hutan IIUPH, provinsi sumber
daya hutan PSDH dan dana reboisasi DR; pertambangan umum berasal dari iuran tetap Landrent, iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi Royalty; perikanan
berasal dari pungutan pengusahaan perikanan dan pungutan hasil perikanan; pertambangan minyak bumi dibagi dengan imbangan 84,5 untuk 36 pemerintah
pusat dan 15,5 untuk pemerintah daerah; pertambangan gas bumi dibagi dengan imbangan 69,5 untuk pemerintah pusat dan 30,5 untuk pemerintah daerah;
pertambangan panas bumi untuk daerah sebesar 80 dan dibagi dengan rincian 16 untuk provinsi yang bersangkutan, 32 untuk kabupatenkota penghasil dan
32 untuk seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
26
2.10. Penelitian Terdahulu