Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Cabai Merah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Cabai Merah

Input produksi pupuk, pestisida, tenaga kerja dan bibit biasanya digunakan dalam mengusahakan suatu usahatani yang dalam hal ini adalah usahatani cabai merah yang dilakukan oleh petani di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Penggunaan input yang optimal tentunya akan memberikan produksi yang maksimal bagi petani. Sebelum menganalisis tingkat optimasi dan pengaruh dari penggunaan input produksi pada usahatani cabai merah, berikut disajikan kondisi penggunaannya di daerah penelitian. Tabel 5.1 Rata-rata Penggunaan Input Produksi Per Musim Tanam Faktor Produksi Per Petani Per Ha Pupuk 302 kg 1.178 kg Pestisida 1887 ml 7.358 ml Tenaga Kerja 125 hkp 489 hkp Bibit 2909 batang 11.345 batang Sumber : Lampiran 2 Penggunaan luas lahan yang digunakan untuk usahatani cabai merah di daerah penelitaian rata-rata adalah 2564 m 2 . Sedangkan rata-rata penggunaan bibit di daerah penelitian adalah 2909 batang atau setara dengan 11.345 batang dalam satu hektar. Bibit yang digunakan petani adalah bibit varietas lokal. Pemberian pupuk merupakan hal yang wajib bagi petani cabai di Desa Beganding. Pupuk yang biasa digunakan petani adalah pupuk kimia seperti pupuk KCl, ZA, TSP serta pupuk kompleks atau pupuk NPK. Pemberian pupuk dilakukan 7 – 15 kali per musim tanam. Pemupukan yang pertama kali adalah pupuk dasar di mana pemupukan Universitas Sumatera Utara ini dilakukan sebelum bibit ditanam dan sebelum mulsa dipasang. Pupuk dasar dilakukan setelah pengolahan lahan atau pembuatan bedengan. Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara menaburkan pupuk di atas bedengan lalu ditutup dengan tanah. Pupuk dasar yang dipakai yaitu pupuk alami berupa pupuk kandang ayam dan dicampur dengan pupuk kimia seperti ZA, KCL, TSP dan NPK. Dosis untuk penggunaan pupuk dasar berupa pupuk kimia adalah sebanyak 50 kg 1000 m 2 . Pemberian pupuk selanjutnya adalah pupuk susulan atau lebih dikenal dengan pupuk cor. Pemberian pupuk cor ini dilakukan setelah tanaman cabai berumur 10 hari. Pupuk cor merupakan kombinasi dari pupuk kimia yang dicampur dengan air dalam drum berkapasitas 200 liter. Untuk pemberian pupuk cor biasanya dilakukan 7- 10 hari sekali. Pupuk yang digunakan petani dalam pengocoran adalah pupuk NPK dan KCL dengan dosis mulai dari 5 sampai 15 kg per drum sesuai dengan umur tanaman. Selain pupuk dasar dan pupuk cor, pemberian pupuk yang lain adalah pupuk samping berupa pupuk NPK. Pupuk samping diberikan dua kali selama masa tanam. Pupuk samping diberikan setelah tanaman memasuki masa generatif atau setelah tanaman menghasilkan dengan dosis 30 kg 1000 m 2 . Penggunaan pupuk rata-rata dalam satu musim tanam adalah 302 kg per petani atau sebanyak 1.178 kgha. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari. Penyemprotan pestisida dilakukan sekitar seminggu sekali tergantung cuaca dan hama penyakit yang muncul. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan pompa gendong ataupun pompa mesin berkapasitas 15 liter air. Untuk dosis penggunaan pestisida adalah 30 ml per pompa. Penggunaan pestisida rata-rata di lokasi penelitian Universitas Sumatera Utara adalah 1887 ml per musim tanam per petani atau sebanyak 7.358 mlha. Untuk pestisida yang digunakan biasanya berupa fungisida dengan merk dagang Skor untuk mengatasi penyakit pada tanaman cabai dan juga insektisida dengan merk dagang Curacon, Pegasus dan Agrimax untuk mengendalikan hama pengganggu tanaman. 5.2 Pengaruh Input Terhadap Produksi 5.2.1 Uji Asumsi Klasik