produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumblah input masih ditambahkan.
c. Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1 Ep 0.
Dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa sepeti
ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan “decreasing rate”.
d. Selanjutnya nilai Ep 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang
demikian PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun. Dalam situasi Ep 0 ini maka setiap upaya
untuk menambah sejumblah input tetap akan merugikan bagi petani yang bersangkutan Soekartawi,1993.
2.2.4 Efisiensi
Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi
kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal NPM untuk suatu input sama dengan harga input tersebut; atau dapat dituliskan:
NPMx = Px ; atau ����� = 1
di mana :NPM = Nilai Produksi Marginal Px = Harga Input
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan skripsi Romedina Banjarnahor 2013 dengan judul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Tanaman Kopi di Kabupaten
Dairi” didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa luas lahan, tenaga kerja dan jenis kopi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi
pada taraf signifikansi � = 1. Umur pohon berpengaruh negatif dan signifikan,
sedangkan pupuk berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi kopi. Nilai efisensi teknis adalah sebesar 0,694 maka dapat dikatakan bahwa
usahatani kopi di Kabupaten Dairi tidak efisien secara teknis sehingga perlu pengurangan penggunaan faktor produksi. Nilai efisiensi ekonomi adalah sebesar
25,975 yang berarti usahatani kopi di Kabupaten Dairi tidak efisien secara ekonomi sehingga perlu penambahan penggunaan faktor produksi. Selain itu,
terdapat perbedaan produksi kopi arabika yang lebih tinggi sebesar 2743,417 dibandingkan produksi kopi robusta.
Berdasarkan skripsi Daniel Siahaan yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah Capsicum Annum L, Kasus : Desa
Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo “, didapatkan bahwa hasil analisis data diperoleh nilai signifikansi F – hitung 0,000 0,005 yang
menunjukkan bahwa secara bersama – sama faktor produksi yakni luas lahan X1, bibit X2, tenaga kerja X3, pupuk X4, pestisidaX5 berpengaruh nyata
terhadap hasil produksi cabai merah, sedangkan secara parsial hanya variabel luas lahan yang berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah. Nilai koefisien
determinasi 0,874 menunjukkan variabel hasil produksi dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida sebesar 87,4 .
Universitas Sumatera Utara
Tingkat efisiensi teknis mencapai 0,715, tingkat efisiensi harga mencapai 11,3 dan ekonomis mencapai 0,08. Dengan demikian, penggunaan faktor produksi
usahatani cabai merah di tidak efisien.
2.3 Kerangka Pemikiran