BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan: 1.
Input produksi pupuk, pestisida, tenaga kerja dan bibit secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah, sedangkan secara parsial
hanya variabel pupuk dan bibit saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah.
2. Pupuk, pestisida dan tenaga kerja memiliki nilai efisiensi yang lebih besar
dari satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan input tersebut di daerah penelitian masih belum efisien atau harus ditambahkan. Sedangkan
nilai efisiensi bibit lebih kecil dari satu yang berarti penggunaan bibit di daerah penelitian tidak efisien atau harus dikurangi.
6.2 Saran
1. Petani seharusnya meningkatkan penggunaan input produksi pupuk, pestisida
dan tenaga kerja agar dapat memberikan produksi yang maksimal. 2.
Pemerintah sebaiknya dapat menyediakan pupuk subsidi yang berkualitas serta memberi bantuan berupa bibit unggulan agar dapat meningkatkan
produksi cabai petani. 3.
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melaksanakan penelitian lanjutan mengenai tingkat optimasi input produksi tanaman cabai merah.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Botani Cabai Merah
Cabai merah Capsicum annum L. merupakan salah satu jenis cabai yang mempunyai daya adaptasi tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang baik
di dataran rendah maupun dataran tinggi, di lahan sawah maupun lahan tegalan. Sifat inilah yang menyebabkan tanaman cabai dapat dijumpai hampir di semua
daerah. Cabai merah berasal dari Mexico, sebelum abad ke-15 spesies ini lebih banyak dikenal di Amerika Tengah dan Selatan. Sekitar tahun 1513 Columbus
membawa dan menyebarkan cabai merah dan diperkirakan masuk ke Indonesia melalui pedagang dari Persia ketika singgah di Aceh.
Menurut Kusandriani 1996, klasifikasi tanaman cabai merah adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Dividi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annum
L.
Universitas Sumatera Utara
Cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu, banyak cabang, serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk
tanaman hingga 90 cm. Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun
mempunyai tulang menyirip. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies dan varietasnya.bentuk
buah cabai berbeda-beda, dari cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas, cabai
paprika yang berbentuk seperti buah apel, dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya. Cabai berakar tunggang, terdiri atas akar utama dan akar lateral
yang mengeluarkan serabut dan mampu menembus kedalam tanah hingga 50 cm dan melebar sampai 45 cm Agromedia, 2008.
Komoditas cabai merah saat ini merupakan salah satu komoditas andalan petani sayuran di Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai lahan, tidak mengenal
musim tanam, dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan, serta mempunyai nilai sosial ekonomi yang tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A
dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah
bumbu dapur. Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabai cocok
ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang, serta tidak tergenang air, pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering
adalah pada akhir musim hujan Maret-April. Untuk memperoleh harga cabai yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan
Universitas Sumatera Utara
Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya.
Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabai 300-500 gr biji Sugiarti, 2003.
Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran hortikultura yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sesuai
dengan namanya, cabai merah memiliki warna kulit buah yang merah sewaktu buah sudah tua dan masak. Bentuk buahnya silindris dan mengecil ke arah ujung
buah. Ciri dari jenis sayuran ini rasanya pedas dan aromanya khas dimasak atau dikonsumsi mentah, sehingga sayuran bagi orang-orang tertentu dapat
membangkitkan selera makan. Selain itu, cabai merah mengandung vitamin, khususnya vitamin C. Meskipun cabai merah bukan bahan pangan utama bagi
masyarakat kita, namun komoditi ini tidak dapat ditinggalkan, harus tersedia setiap hari dan harus dalam bentuk segar. Ketersediannya secara teratur setiap hari
bagi ibu rumah tangga menjadi suatu keharusan. Meningkatnya harga cabai merah atau kelangkaan pasokan di pasaran mendapat reaksi sangat cepat dari masyarakat
dan insan pers. Oleh sebab itu penyediaan cabai merah dalam bentuk segar setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang secara baik Santika, 2001.
Sebagai salah satu komoditi pertanian yang sangat populer di kalangan masyarakat, cabai merupakan komoditas andalan bagi petani di Indonesia. Cabai
merah adalah sayuran buah semusim yang termasuk dalam family terung-terungan
Universitas Sumatera Utara
Solanaceae. Dinamakan Cabai merah dikarenakan cabai ini memiliki buah yang besar dengan warna merah. Di Indonesia sendiri, ada banyak nama-nama lokal
yang beredar di masyarakat, misalnya di Jawa, dikenal dengan nama Lombok atau Lenkreng, Campli Sumatera, Capli Aceh, Lacina Batak Karo, Cabi
Lampung, dan masih banyak lagi nama cabai yang lainnya. Cabai merah ini terdiri dari beberapa macam diantaranya cabai keriting, cabai tit cabai super,
cabai hot beauty, dan cabai merah lainnya Tosin dan Nurma, 2010. Berdasarkan tingkat kepedasannya cabai dikelompokkan kedalam empat golongan
berdasarkan aturan pasar internasional. Cabai berdasarkan tingkat kepedasannya dibagi menjadi cabai dengan tingkat kepedasan sangat pedas, kepedasan
pertengahan, kepedasan kurang dan tidak pedas. Masing-masing kelompok cabai memiliki bentuk fisik serta kegunaan yang berbeda-beda Suyanti, 2007.
2.1.2Luas Lahan
Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian.
Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang Soekartawi, 2002.
2.1.3 Pupuk
Pupuk merupakan sumber hara yang berfungsi sebagai input produksi untuk mesin biologis yang sangat menentukan kinerja tanaman agar dapat berproduksi
dengan optimal. Faktor dominan penyebab rendahnya produktivitas tanaman salah
Universitas Sumatera Utara
satunya adalah menurunnya degradasi tingkat kesuburan tanah, terutama menurunnya kandungan bahan organik tanah dari musim ke musim yang tidak
bisa digantikan peranannya oleh pupuk anorganik. Upaya mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah antara lain dengan pemberian bahan organik
Bahua, 2014. Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah
terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri. Pemupukan tanaman muda sangat penting agar tanaman tumbuh subur
dan sehat sehingga dapat mulai berproduksi pada umur yang normal Tim Bina Karya Tani, 2008.
Menurut Anonimous 2015, pupuk kandang yang diperlukan untuk satu hektar lahan penanaman cabai adalah sebanyak 20-30 ton, tergantung kondisi kesuburan
tanahnya. Pupuk kimia yang diberikan adalah ZA dengan dosis 650 kgha, Urea dengan dosis 250 kgha, Sp 36 dengan dosis 500 kgha, dan KCI dengan dosis 400
kgha. Keempat jenis pupuk ini diberikan pada umur tanaman 2,6, dan 9 minggu dengan masing-masing sepertiga dosis.
Menurut Tarigan dan Wahyu 2003, dosis pupuk, baik pupuk kandang maupun pupuk kimia yang diberikan untuk tanaman cabai hibrida adalah Pupuk Kandang
sebanyak 30 tonha, ZA sebanyak 250 kgha, Urea sebanyak 200 kgha, TSP sebanyak 800 kgha, KCl sebanyak 270 kgha dan Borat sebanyak 18 kgha.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pestisida
Pestisida merupakan pilihan utama cara mengendalikan hama, pentakit dan gula, karena dapat membunuh langsung jasad pengganggu. Kemanjurannya dapat
diandalkan,penggunaannya mudah, tingkat keberhasilannya tinggi, ketersediaannya mencukupi dam mudah didapat serta biaya relatif murah.
Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi modern karena mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini terbukti di
beberapa negara sedang berkembang produksi pertanian melimpah, namun kesehatan masyarakat terjaga dengan cara yang tepat dan aman. Di sisi lain
apabila pestisida pengelolaannya tidak baik maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa aspek kehidupan yang pada akhirnya langsung ataupun
tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia Panut, 2004.
Berdasarkan hama sasarannya, pestisida dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Insektisida
Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi hewan serangga, seperti ulat, semut, belalang, lalat, kecoa, nyamuk, wereng dan
sebagainya. Contohnya adalah basmion, basudin, diazinon, tiodan, timbel arsenat dan propoksur.
Universitas Sumatera Utara
2. Nematisida
Nematisida adalah jenis pestisida untuk membasmi hama cacing. Hama ini sering merusak bagian umbi tanaman atau akar. Contohnya adalah oksamil
dan natrium metam. 3.
Rodentisida Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas binatang
pengerat, contohnya adalah tikus. Contoh rodentisida adalah warangan senyawa arsen dan thalium sulfat.
4. Herbisida
Herbisida adalah pestisida untuk membasmi tumbuhan liar atau gulma pengggangu tanaman. Contohnya adalah amonium sulfonat, pentaklorefenol,
gramoxone dan totacol. 5.
Fungisida Fungisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas
fungi atau jamur. Contohnya adalah natrium dikromat, timbel I oksida, tembaga oksiklorida dan carbendazim Panut, 2004.
2.1.5Tenaga Kerja
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan
tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan
mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan pula menentukan macam tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan. Biasanya
usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan
Universitas Sumatera Utara
tidak perlu tenaga kerja ahli skilled. Sebaliknya pada usaha pertanian skala besar lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa dan
sering dijumpai diperlukannya tenaga kerja yang ahli, misalnya tenaga kerja yang mampu mengerjakan traktor, dan sebagainya. Selanjutnya dalam analisa
ketenagakerjaan juga diperlukan pembedaan tenaga kerja pria, wanita, anak-anak, dan ternak. Pembedaan tentang hal ini terjadi karena setiap jenis tahapan
pekerjaan dalam suatu usaha pertanian adalah berbeda dan juga faktor kebiasaan juga menentukan Soekartawi, 2002.
2.1.6Bibit
Bibit adalah salah satu input produksi pertanian yang sangat terkait dengan ketahanan pangan keluarga, komunitas, dan ketahanan pangan nasional. Bibit
merupakan mata rantai pertama dari keseluruhan mata rantai pangan, oleh karena itu kebebasan petani untuk memperoleh akses pada bibit tidak hanya syarat
penting bagi terjaminnya kelestarian pangan suatu negara Soekartawi, 1993.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Fungsi Produksi
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan Sukirno, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melakukan usaha pertanian seorang petani akan selalu berfikir bagaimana mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh produksi yang
maksimal. Cara pemikiran demikian wajar mengingat petani melakukan konsep memaksimukan keuntungan profit maximization. Di lain pihak, manakala petani
dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam melaksanakan usahataninya, maka mereka mencoba bagaimana meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala biaya
usahataninya yang terbatas. Suatu tindakan yang dapat dilakukan adalah bagaimana memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan produksi sekecil-kecilnya
Soekarwati, 1990. Dengen pendekatan di atas, maka dapat digunakan konsep hubungan antara input
produksi yang digunakan petani petani dengan output yang dihasilkannya. Hubungan fisik antara input dan output sering disebut dengan fungsi produksi. Secara
matematika dinyatakan sebagai berikut: Y = f X
1
, X
2
, X
3
, …, Xn Di mana : Y
: Produk yang dihasilkan variabel dependen X
1
….Xn : Faktor produksi yang dipakai menghasilkan Y variabel
independen Fungsi produksi merupakan jumlah output maksimum yang diperoleh dari
sekumpulan input tertentu atau hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan Y dan variabel yang menjelaskan x. Hubungan fungsional antar input dan output dapat
dilihat pada hubungan rata-rata PR, produk marginal PM, dan produk total PT Soekartawi, 1990.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Menurut Daniel 2002, apabila sebaran data memenuhi hukum Law of Diminishing Returns
LDR, maka dipakai fungsi produksi Cobb-Douglas. Pertambahan input, tidak selamanya akan menyebabkan pertambahan output.
Apabila sudah jenuh setelah melewati titik maksimum maka pertambahan hasil akan semakin kecil. Dalam hukum ekonomi kejadian ini disebut Law of
Diminishing Returns. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua
atau lebih variabel; variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan, Y, dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan,
X. Penyelesaian hubungan anatara Y dan X biasanya dengan cara regresi, yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian, kaidah-
kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti :
Y = aX
1 b
1
X
2 b
2
…Xn
bn
e
u
1 Bila fungsi Cobb-Douglass tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka
Y = fX1,X2,…,Xi,…,Xn, 2
Di mana: Y = Variabel yang dijelaskan
X = Variabel yang menjelaskan a,b = besaran yang akan diduga
u = kesalahan disturbance term, dan e = logaritma natural, e = 2,718
Universitas Sumatera Utara
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan 1, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan
tersebut. Untuk memudahkan penjelasan, maka persamaan 1 ditulis kembali, yaitu:
Y = aX
1
b
1
X
2
b
2
e
u
3 Logaritma dari persamaan di atas adalah:
Log Y = log a + b
1
log X
1
+ b
2
log X
2
+ v 4
Persamaan 4 dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi berganda. Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 tetap walau variabel yang
terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti karena b
1
dan b
2
pada fungsi Cobb-Douglas sekaligus menunjukkan elastisitas X terhadap Y
Soekartawi, 2002.
2.2.3 TheLaw of Diminishing Return
Kenaikan hasil yang semakin berkurang Law of diminishing return merupakan suatu hasil yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut
menjelaskan sifat pokok dari perkaitan antara tingkat produksi dan input produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of diminishing return
LDR menyatakan apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus- menerus ditambah sebanyak 1 unit, maka mulanya produksi total akan semakin
banyak pertambahannya, tetapi sesudah sesudah mencapai tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai negatif
dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat maksimum kemudian menurun Sukirno, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi
Gambar di atas menunjukkan hubungan antar produk total PT, produk marginal PM dan produk rata-rata PR, elastisitas produk EP yang dapat dijelaskan
sebagai berikut : a.
Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya. Sebaliknya, bila PM = 0 dalam situasi PR sedang menurun, maka Ep = 0
b. Ep 1 bila PT menaik pada tahapan “increeasing rate” dan PR juga
menaik di daerah I. Di sini petani masih mampu memperoleh sejumlah
PT
PR PM
EP 1 I
1EPO II
EP 0 III
X X
Y Y
Universitas Sumatera Utara
produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumblah input masih ditambahkan.
c. Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1 Ep 0.
Dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa sepeti
ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan “decreasing rate”.
d. Selanjutnya nilai Ep 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang
demikian PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun. Dalam situasi Ep 0 ini maka setiap upaya
untuk menambah sejumblah input tetap akan merugikan bagi petani yang bersangkutan Soekartawi,1993.
2.2.4 Efisiensi
Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi
kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal NPM untuk suatu input sama dengan harga input tersebut; atau dapat dituliskan:
NPMx = Px ; atau ����� = 1
di mana :NPM = Nilai Produksi Marginal Px = Harga Input
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan skripsi Romedina Banjarnahor 2013 dengan judul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Tanaman Kopi di Kabupaten
Dairi” didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa luas lahan, tenaga kerja dan jenis kopi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi
pada taraf signifikansi � = 1. Umur pohon berpengaruh negatif dan signifikan,
sedangkan pupuk berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi kopi. Nilai efisensi teknis adalah sebesar 0,694 maka dapat dikatakan bahwa
usahatani kopi di Kabupaten Dairi tidak efisien secara teknis sehingga perlu pengurangan penggunaan faktor produksi. Nilai efisiensi ekonomi adalah sebesar
25,975 yang berarti usahatani kopi di Kabupaten Dairi tidak efisien secara ekonomi sehingga perlu penambahan penggunaan faktor produksi. Selain itu,
terdapat perbedaan produksi kopi arabika yang lebih tinggi sebesar 2743,417 dibandingkan produksi kopi robusta.
Berdasarkan skripsi Daniel Siahaan yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah Capsicum Annum L, Kasus : Desa
Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo “, didapatkan bahwa hasil analisis data diperoleh nilai signifikansi F – hitung 0,000 0,005 yang
menunjukkan bahwa secara bersama – sama faktor produksi yakni luas lahan X1, bibit X2, tenaga kerja X3, pupuk X4, pestisidaX5 berpengaruh nyata
terhadap hasil produksi cabai merah, sedangkan secara parsial hanya variabel luas lahan yang berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah. Nilai koefisien
determinasi 0,874 menunjukkan variabel hasil produksi dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida sebesar 87,4 .
Universitas Sumatera Utara
Tingkat efisiensi teknis mencapai 0,715, tingkat efisiensi harga mencapai 11,3 dan ekonomis mencapai 0,08. Dengan demikian, penggunaan faktor produksi
usahatani cabai merah di tidak efisien.
2.3 Kerangka Pemikiran
Usahatani cabai merah merupakan salah satu usahatani hortikultura yang memiliki prospek yang cerah karena merupakan salah satu jenis buah yang sangat digemari
oleh masyarakat. Hal tersebut karena cabai merah dapat memberikan rasa pedas pada makanan serta bermanfaat sebagai antioksidan dan sumber vitamin c bagi
kesehatan. Petani sering menambahkan dosis penggunaan pupuk maupun pestisida dengan
harapan dapat meningkatkan produksinya. Hal tersebut terjadi karena petani belum menentukan batas yang optimum dalm menambahkan input produksi
tersebut. Ketika jumlah pupuk maupun pestisida yang ditambah dengan jumlah yang tetap namun input lain jumlahnya tetap, belum tentu akan menignkatkan
produksinya. Atau bisa saja akan menurunkan produksinya. Dalam melakukan kegiatan usahatani, seorang petani harus memikirkan cara agar
dapat menggunakan faktor produksi pupuk dan pestisida seoptimal mungkin. Dengan tujuan agar mendapatkan produksi yang lebih maksimal. Efisiensi input
produksi artinya adalah usaha-usaha yang dilakukan petani dalam menemukan kombinasi penggunaan input dalam usahatani sehingga memperoleh hasil yang
maksimal.
Universitas Sumatera Utara
Penerimaan seorang petani akan semakin meningkat apabila penggunaan faktor input produksi telah efisien. Penggunaan input yang efisien akan mengurangi
biaya produksi sehingga pendapatan petani meningkat. Tingkat efisiensi penggunaan input pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan bibit
tercapai pada saat produk marginal sama dengan produk rata-rata, sehingga elastisitas produksi EP = 1. Tingkat efisiensi maksimal apabila nilai produk
marginal sama dengan nilai input produksi. Apabila NPM lebih kecil daripada Px maka penggunaan harus dikurangi. Sebaliknya, apabila NPM lebih besar daripada
Px maka penggunaan harus ditambahi.
Universitas Sumatera Utara
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
Input Produksi 1.Pupuk X1
2. Pestisida X2 3. Tenaga Kerja
4. Bibit
Produksi
Penerimaan
Pendapatan Bersih
Efisien Tidak Efisien
Biaya Produksi
Harga Output Harga Input
Keterangan: : menyatakan pengaruh
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian