BAB II KAJIAN PUSTAKA
Fenomena ekonomi dapat dikatakan sama tuanya dengan sejarah manusia itu sendiri. Pembangunan fenomena ekonomi berjalan seiring dengan
perkembangan dari pertumbuhan manusia itu sendiri dan pengetahuan teknologis yang dimilikinya. Dengan kata lain sejarah perkembangan fenomena ekonomi
mengikuti linier perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi manusia itu sendiri.
Damsar 1997 : 3 menyebutkan : Sejarah persoalan ekonomi memperlihatkan bahwa dari awal, sejarah
persoalan ekonomi tidak hanya menyangkut ekonomi an sich tetapi ia terkait dan melekat pada instansi-instansi lain dari masyarakat seperti
agama, politik dan pemerintahan, budaya dan sebagainya. Apa yang dikemukakan oleh Damsar tersebut menunjukkan bahwa
pembahasan persoalan ekonomi termasuk pasar tradisional pedesaan sebagai salah satu dari unsur ekonomi harus mempertimbangkan institusi-institusi sosial
lainnya yang dapat memperlancar atau menghambat aktivitas-aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh aktor-aktor ekonomi.
Menurut Rismayani dalam Khairunnisa 2005 bahwa pengertian pasar secara sederhana adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli, selain itu, pasar
dapat pula diartikan sebagai himpunan pembeli aktual dan potensial dari suatu produk. Dalam hal demikian pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang
memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia
Universitas Sumatera Utara
dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu.
Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup atau
sebagian badan jalan. Selanjutnya pengelompokkan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen.
Khairunnisa 2005 : 11. Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi
ekonomi. Bahkan kebanyakan fenomena ekonomi berhubungan dengan pasar. Pasar merupakan salah satu penggerak utama dinamika kehidupan ekonomi.
Berfungsinya lembaga pasar sebagai institusi ekonomi tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang. Selain itu aspek yang tidak kalah
pentingnya adalah aspek ruang dan waktu dari pasar serta aspek tawar-menawar yang terjadi di pasar.
Pasar sebagai suatu lembaga ekonomi merupakan suatu wadah yang dapat menampung produksi surplus untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
komoditi yang diperdagangkan. Selain itu, pasar juga merupakan arena kegiatan yang mempertemukan antara produsen dan konsumen.
Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi dalam lingkup pasar tidak hanya sekedar berdampak pada aspek ekonominya saja, akan tetapi
memberikan dampak terhadap lingkungan sosial budaya. Lingkungan sosial budaya itu sendiri pada akhirnya juga akan memberikan dampak terhadap
pembangunan itu sendiri. Pembangunan adalah hasil prilaku merubah lingkungan. Perubahan lingkungan akan memberikan reaksi dari semua makhluk hidup.
Universitas Sumatera Utara
Reaksi itu dapat berupa menerima, menolak dan atau terjadi adaptasi. Dengan demikian pembangunan dalam arti luas adalah suatu sumber terjadinya perubahan
dalam kehidupan masyarakat pendukungnya Bintoro Tjokroamidjojo, 1983. Dalam kegiatan pembangunan, keikutsertaan pemerintah terutama
pemerintah daerah diperlukan untuk menghilangkan peberdaan tingkat pembangunan diberbagai wilayah yang dapat menimbulkan berbagai akibat yang
kurang menguntungkan. Sebab apabila pemerintah tidak secara aktif campur tangan dalam kegiatan ekonomi yang berarti bahwa perekonomian tersebut
dikendalikan oleh mekanisme pasar. Maka dalam perekonomian akan timbul keadaan-keadaan yang menghambat perkembangan ekonomi di wilyah yang lebih
terbelakang dan dengan demikian ditinjau dari sudut, wilayah perkembangan ekonomi tidak akan berjalan secara baik Sadono Sukirno, 1985.
Daerah yang dijadikan lokasi pasar tradisional biasanya juga sekaligus sebagai pusat pemerintahan daerah lokal. Berbagai kebijakan pembangunan
daerah termasuk keberadaan pasar tradisional tidak terlepas dari pengaruh politik berbagai kelompok masyarakat. Antara lain : kelompok pedagang, kelompok
kepentingan Group Interest tertentu dan juga dari pemerintah itu sendiri Effendi, 1999.
Lokasi pasar juga tidak terlepas dari dimensi politik tata ruang. Letak lokasi pasar sering menjadi sumber konflik terutama jika terjadi keinginan dari
pemerintah setempat untuk memindahkan pasar dari tempat yang lama ke daerah lokasi yang baru.
Tarik menarik antara berbagai kelompok kepentingan merupakan penyebab munculnya masalah dalam penentuan lokasi pasar yang baru. Ada pihak
Universitas Sumatera Utara
yang merasa di rugikan sementara di pihak lain ada yang merasa diuntungkan. Pasar sebagai pusat keramaian juga sering digunakan sebagai wahana untuk
memperkenalkan atribut-atribut politik terhadap masyarakat luas. Konseptualisasi pembangunan menurut Michael P. Todaro adalah sebagai
suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih
manusiawi. Adapun pembangunan wilayah pada dasarnya adalah pelaksanaan pembangunan nasional di wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan
sosial wilayah tersebut serta menghormati peraturan perundang-undangan yang berlaku Tambun, 1992.
Untuk dapat memahami pembangunan wilayah sebagai salah satu cabang disiplin ilmu, maka pengertian yang dikemukakan Tambun 1992, cukup
memadai yakni : 1.
Pembangunan wilayah adalah penggunaan dana yang dialokasikan pada suatu wilayah oleh pemerintah maupun swasta untuk kegiatan-kegiatan yang
langsung tidak langsung meningkatkan kesejahteraan rakyat ataupun memperluas lapangan kerja.
2. Pengembangan wilayah adalah pembangunan wilayah itu sendiri dengan
tujuan adanya perubahan yang bersifat positif pada wilayah tersebut yaitu adanya pertumbuhan berkelanjutan dan pemerataan.
3. Perencanaan wilayah adalah penyusunan suatu skenario masa depan yang
diharapkan terjadi, apabila pembangunan wilayah dapat distimulasi sesuai dengan tahapan-tahapan pembangunan yang telah disusun.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan wilayah merupakan usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan interaksi antar sistem
ekonomi economic system, manusia atau masyarakat sosial system dan lingkungan hidup dan sumberdaya alam ecosystem. Kondisi ini dapat
diterjemahkan dalam bentuk pembangunan ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya berada dalam konteks
keseimbangan, keselarasan dan kesesuaian Khairunnisa 2005 : 30. Menurut Hadjisaroso 1993 : 27 pengembangan wilayah itu merupakan
suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Soegijoko dkk 1997 : 84 bahwa pengembangan wilayah ini merupakan upaya pemerataan pembangunan dengan mengembangkan
wilayah-wilayah tertentu melalui berbagai kegiatan sektoral secara terpadu sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah secara efektif dan
efisien serta dapat menigkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pusat-pusat perkumpulan organisasi yang bersifat politik juga biasanya
ditemui di pasar Evers, 1997. Hal ini menjadi strategis karena institusi pasar biasanya didukung oleh prasarana transportasi yang lebih baik sehingga mudah
terjangkau oleh masyarakat dari berbagai penjuru desa. Pasar tradisional pedesaan sebagai salah satu bentuk pasar yang ada
merupakan salah satu institusi ekonomi. Sebagai salah satu institusi ekonomi dengan demikian pasar tradisional pedesaan juga menjadi relevan dilihat dari
perspektif sosiologis karena pasar tradisional pedesaan sebagai institusi ekonomi juga terkait dengan institusi-institusi lainnya. Dalam teori sistem sosial dari
Universitas Sumatera Utara
Talcott Parson dimana institusi ekonomi merupakan salah satu sub-sistem dari sistem sosial secara keseluruhan.
Menurut Parson dalam Ritzert J Goodman 2003 : 121 pada dasarnya ada seperangkat Prasyarat fungsional atau kebutuhan-kebutuhan tertentu yang
harus dipenuhi oleh setiap sistem, dimana Parson menyebutnya dengan konsep AGIL, Yaitu :
1. A- Adaptation, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial
untuk menghadapi lingkungannya. Ada dua dimensi yaitu, pertama : harus ada suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras yang
tidak dapat diubah yang datang dari lingkungan. Kedua: Ada proses transformasi aktif dari situasi itu. Ini meliputi penggunaan segi-segi situasi itu yang dapat
dimanipulasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. 2.
G – Goal Attainment, Merupakan Prasyarat fungsional yang muncul dari pandangan Parson bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan-
tujuannya. Namun perhatian yang diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggota masyarakat dalam suatu sistem
sosial. Pencapaian tujuan merupakan jenis kulminasi tindakan yang secara intrinsik memuaskan, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan penyesuaian persiapan.
Menurut skema alat-tujuan, means-end scheme pencapaian maksud ini adalah tujuannya. Sedangkan kegiatan penyesuaian yang sudah terjadi sebelumnya
merupakan alat untuk merelisasi tujuan ini. Jadi, persyaratan fungsional untuk mencapai tujuah harus meliputi pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan prioritas dari sekian banyak tujuan.
Universitas Sumatera Utara
3. I- Integration, Merupakan persyaratan yang berhubungan dengan
interalansi antara para anggota dalam sistem itu. Agar sistem sosial itu berfungsi secara efektif sebagai satu satuan harus
ada suatu tingakta solidaritas diantara individu yang termasuk didalamnya. Masalah Integrasi menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan
emosional yang cukup yang menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dikembangkan dan dipertahankan.
Ikatan-ikatan emosional ini tidak boleh tergantung pada keuntungan yang diterima atau sumbangan yang diberikan untuk tercapainya tujuan individu atau
kolektif. Jika tidak solidaritas sosial dan kesediaan untuk kerjasama akan jauh lebih goyah sifatnya karena hanya didasarkan pada kepentingan diri pribadi
semata-mata. L- Latency, konsep latensi Latency menunjukkan pada berhentinya
interaksi. Para anggota dalam sistem sosial bisa saja letih dan jenuh tunduk pada sistem sosial lainnya dimana mungkin mereka terlibat. Karena itu, semua sistem
sosial harus berjaga-jaga bilamana sistem itu tidak lagi bertindak dan berinteraksi sebagai bagian dari sistem.
Dalam konteks sistem kemasyarakatan lokal local societal system, sistem pasar pasar tradisional pedesaan dapat dilihat sebagai salah satu sub-sistem,
disamping sub-sistem-sub-sistem lainnya, yaitu sistem pemerintahan daerah sistem komunitas lokal local community system dan sistem administrasi lokal
lokal administration system. Dengan demikian, pasar tradisional sebagai salah satu sub-sistem dari
sistem sosial harus di analisis dari hubungannya dengan sub-sistem – sub-sistem
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Karena, dinamika pasar tradisional pedesaan sangat terkait dengan sub- sistem yang lainnya.
Parson juga menjelaskan sejumlah persyaratan fungsional dari sistem sosial dalam masyarakat, yaitu :
• Pertama : Sistem sosial harus terstruktur ditata sedemikian rupa sehingga bisa beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan
sistem lainnya. • Kedua
: untuk menjaga kelangsungannya, sistem sosial harus mampu mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem yang lain.
• Ketiga : sistem sosial harus mampu memenuhi kebutuhan para
aktornya dalam proporsi yang signifikan. • Keempat : Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai
dari para anggotanya. • Kelima : Sistem sosial harus mampu mengendalikan prilaku yang
berpotensi mengganggu. • Keenam : Bila konflik akan menimbulkan kekacauan, itu harus
dikendalikan. • Ketujuh : untuk kelangsungan hidupnya, sistem sosial memerlukan
bahasa. • Ritzer J. Goodman 1996 : 11.
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, dalam hal relokasi pasar di Panyabungan pemerintah daerah, masyarakat dan para pedagang terjalin adanya
kerja sama yang baik ini di buktikan dengan berhasilnya relokasi pasar ke lokasi yang lebih baik dari lokasi pasar lama.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN