BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN
4.1. Deskripsi Kabupaten Mandailing Natal 4.1.1 Sejarah Kabupaten Mandailing Natal
Nama Mandailing termaktub dalam Kitab Nagarakertagama, yang mencatat perluasan wilayah Majapahit sekitar 1365 M. Hal ini berarti sejak
penggalan akhir abad abad ke-14 sudah diakui adanya suku bangsa dan wilayah bernama Mandailing. Sayangnya, selama lebih 5 abad Mandailing seakan-akan
raib ditelan sejarah. Baru pada abad ke-19 saat Belanda menguasai tanah berpotensi daya alam ini, Mandailing pun mencatat sejarah baru. Kemudian
disusul ke masa pendudukan Jepang dalam Kompas, Rabu 30 Juli 2003. Penyair besar Mandailing, Willem Iskander menulis sajak monumental Si
Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk, mengukir tanah kelahirannya yang indah dihiasi perbukitan dan gunung. Terbukti tanah Mandailing mampu eksis dengan
potensi sumber daya alam, seperti tambang emas, kopi, beras, kelapa dan karet. Kekayaan alam dan kemajuan dalam berbagai sektor, mulai dari tradisi
persawahan, perairan, hingga semakin besarnya pertumbuhan ekonomi di wilayah pantai barat ini maka disebut Mandailing Godang.
Kabupaten Mandailing Natal juga sering disebut dengan Madina adalah sebuah kabupaten di Sumatra Utara, Indonesia. Kabupaten ini adalah kampung
halaman bagi etnis Batak Mandailing dan di pesisir tinggal masyarakat yang berbudaya khas pesisir. Dari daerah ini banyak tampil tokoh-tokoh yang
menghiasi sejarah Indonesia modern seperti Jenderal Besar A. H. Nasution.
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Mandailing Natal terletak berbatasan dengan Sumatera Barat, bagian paling selatan dari Propinsi Sumatera Utara. Penduduk asli Kabupaten
Mandailing Natal terdiri dari dua etnis : • Masyarakat etnis Mandailing
• Masyarakat etnis Pesisir Secara umum etnis Pesisir tinggal di wilayah Pantai Barat Mandailing
Natal. Kelompok etnis Mandailing merupakan kelompok Patrilinealistik. Sedangkan etnis Pesisir merupakan kelompok Matrilinealistik.
Seperti halnya kebanyakan daerah-daerah lain, pada zaman dahulu penduduk Mandailing hidup dalam satu kelompok-kelompok, yang dipimpin oleh
raja yang bertempat tinggal di Bagas Godang. Dalam mengatur sistem kehidupan, masyarakat Mandailing Natal
menggunakan sistem Dalian Na Tolu tiga tumpuan. Artinya, mereka terdiri dari kelompok kekerabatan Mora kelompok kerabat pemberi anak dara, Kahanggi
kelompok kerabat yang satu marga dan Anak Boru kelompok kerabat penerima anak dara. Yang menjadi pimpinan kelompok tersebut biasanya adalah anggota
keluarga dekat dari Raja yang menjadi kepala pemerintahan di Negeri atau Huta asal mereka.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal tahun 2006 yakni 413. 750 jiwa. Laki-laki 202.904 orang dan perempuan 210.846 orang, dengan sex ratio
yaitu 96,23 dan banyak rumah tangga 93.922 KK dengan rata-rata anggota rumah tangga yakni 4. Laju pertumbuhan penduduk Mandailing Natal tahun 2006
sebsear 1.42 . Dalam susunan penduduk Mandailing Natal menunjukkan bahwa usia
produktif 15-64 tahun sangat menonjol sebesar 55.54 dan usia ketergantungan terdiri usia 0-14 tahun sebesar: 41,43 dan Lansia 65 + sebesar 3.03 .
Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Lembah Sorik Merapi yaitu 499 jiwakm2 dan terkecil di kecamatan Muara Batang Gadis 10
jiwakm2. Sesuai dengan nama daerahnya, penduduk Mayoritas adalah Mandailing
namun juga dihuni oleh suku-suku lainnya, seperti Batak, Jawa, Melayu, Minang dan sebagainya.
Pemerintah daerah merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, diharapkan dapat memecahkan
masalah kependudukan di daerah, dengan cara pemindahan penduduk dari pulau Jawa melalui program Transmigrasi yang tedapat di Kecamatan Natal dan Batang
Natal berjalan dengan kebijaksanaan Pemerintah serta program KB yang dimulai pada awal tahun 1970-an dapat menekan laju penduduk di wilayah Kabupaten
Mandailing Natal.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Gambaran Umum
Saat ini Kabupaten Madina di pimpin oleh H.Amru Daulay, SH sebagai Bupati dan Drs.H.Hasim Nasution sebagai Wakil Bupati. Kecamatan Natal dan
bahagian Mandailing dari Kabupaten Tapanuli Selatan kemudian dirangkumkan menjadi Kabupaten Mandailing-Natal, atau kependekannya Madina, dengan moto
“Madina Yang Madani”. Madina adalah kependekan dari kata: Makmur, Aman, Damai, Indah,
Nyaman dan Asri. Madani melambangkan masyarakat civil beradab dan berwawasan yang hidup rukun tenteram dengan jiwa membangun yang tinggi
dan terbuka menerima perubahan. Sebutan Madina untuk Kabupaten Mandailing Natal terdengar sejak
wilayah itu memisahkan diri dari kabupaten induknya, Tapanuli Selatan, tahun 1999. Setelah melalui proses yang sangat panjang – hampir enam tahun –
Kabupaten Mandailing-Natal terbentuk berikutan pemekaran wilayah Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1999 tersebut.
Sebelum Mandailing Natal menjadi sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah
Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan undang-undang Nomor 12 tahun 1998, secara formal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9 Maret 1999
dalam Madina selayang Pandang, http:www.madina.go.id.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 PETA LOKASI KABUPATEN MANDAILING NATAL
Kabupaten Mandailing Natal terletak pada 0°10 - 1°50 Lintang Utara dan 98°50 - 100°10 Bujur Timur ketinggian 0 - 2.145 m di atas permukaan laut. Luas
wilayah Kabupaten Mandailing Natal ± 6.620,70 km2 atau 662.070 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan
• Sebelah Timur : Propinsi Sumatera Barat
• Sebelah Selatan : Propinsi Sumatera Barat
• Sebelah Barat : Samudera Indonesia
Iklim Kabupaten Mandailing Natal adalah beriklim hujan tropis dengan kelembaban udara ± 83 rata-rata curah hujan ± 2.728,5 mmtahun dan suhu rata-
rata 28,8°C
Universitas Sumatera Utara
Status kepemilikan tanah di Kabupaten Mandailing Natal adalah : • Hak Milik 1.885,00 Ha
• Hak Guna Bangunan 2,00 Ha • Hak Pakai 9,00 Ha
• Hak Guna Usaha 2.392,00 Ha Saat ini kabupaten Madina mempunyai 12 kecamatan meliputi 355 desa,
33 kelurahan dan 10 unit pemukiman transmigrasi UPT. Nama-nama kecamatannya ialah:
1. Batahan
2. Batang Natal
3. Lingga Bayu
4. Kotanopan
5. Ulu Pungkut Hutanagodang
6. Tambangan
7. Lembah Sorik Merapi
8. Muarasipongi
9. Panyabungan
10. Panyabungan Selatan Tano Bato
11. Panyabungan Barat Longat
12. Panyabungan Utara Mompang
13. Panyabungan Timur Gunung Baringin
14. Natal
15. Muara Batang Gadis Singkuang
16. Siabu
Universitas Sumatera Utara
17. Bukit Malintang
18. Ranto Baek
19. Huta Bargot
20. Puncak Sorik Marapi
21. Pakantan
22. Sinunukan
4.1.4. Perekonomian
Kabupaten Madina beribukota di Penyabungan dan mempunyai penduduk sejumlah 393.170 jiwa dan tingkat pertumbuhan 1,61 per tahun 2005. Dari
jumlah tersebut, 68,842 diperhitungkan miskin. Struktur perekonomian Kabupaten Mandailing Natal didominasi oleh
sektor pertanian, perkebunan, industri pengolahan, serta perdagangan. Masing- masing sektor telah memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB
Kabupaten Mandailing Natal. • PDRD : Rp.2.244.470.330.000
• Pertumbuhan Ekonomi : 5,81 • Pendapatan Per Kapita Harga Berlaku : Rp.5.662.274
• Tingkat Inflasi : 8,70 Dari segi sarana dan prasarana dapat digambarkan sebagai berikut:
• Tersedianya tenaga listrik dengan kapasitas terpasang sebesar 211919157 MWH
Universitas Sumatera Utara
• Tersedianya sarana telekomunikasi dengan kapasitas terpasang 4872 sst, serta berbagai operator selular seperti Telkomsel, Pro XL, Mentari dan
lain-lain. • Telah tersedianya sarana transportasi antara lain :
a. Darat Prasarana jalan menurut statusnya sepanjang ± 1.162,56 Km.
b. Laut Pelabuhan Natal sebagai pelabuhan umum dapat melayani bongkar
muat dan angkutan penumpang dengan panjang pantai 170 Km. Dalam segi perekonomian di Kabupaten Mandailing Natal terdapat 8
delapan buah Bank, yang terdiri dari 4 kantor Bank Pemerintah dan 4 kantor Bank Swasta Nasional. Sedang jumlah pasar di Kabupaten Mandailing Natal
sebanyak 28 pasar, antara lain Pasar Induk 1 unit dan Pasar Kecamatan sebanyak 27 unit.
Tanaman pangan dengan komoditas utama padi di bagian timur menjadi andalan kabupaten. Setiap tahun produksinya rata-rata surplus 53.000 ton beras.
Untuk perkebunan, tanaman karet dan kulit manis menjadi komoditas paling banyak digeluti penduduk yang 80 persen etnis Mandailing. Produksi karet
Madina yang tersebar di wilayah selatan menempati urutan ketiga setelah Labuhan Batu dan Tapanuli Selatan dengan produksi sekitar 26.000 ton pada
tahun 2001. Produksi kulit manis yang ditanam di hampir semua kecamatan belum mampu berbicara banyak di tingkat provinsi.
Dua komoditas perkebunan yaitu karet dan kulit manis masih berpotensi besar dikembangkan. Kecamatan Kota Nopan, Batang Natal, Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
Panyabungan, Panyabungan Barat, Selatan, Timur, dan Utara masih memiliki lahan 30.948 hektar. Sementara, untuk kulit manis masih tersedia 574,35 hektar.
Keberadaan Madina yang berbatasan dengan Samudera Hindia memberikan keberuntungan tersendiri. Pantai sepanjang 170 kilometer
menyimpan potensi besar yang belum digarap serius. Peluang usaha perikanan laut masih terbuka. Di pantai barat untuk menyebut Kecamatan Batahan, Natal,
dan Muara Batang Gadis juga terdapat usaha sarang burung walet. Keberadaannya memberi kontribusi cukup besar. Tahun 2002 kontribusi sarang walet Rp 1,750
miliar atau sekitar 27 persen dari PAD Pendapatan Hasil Daerah. Produksi pertanian seperti karet, kulit manis, padi, dan kopi menjadi
komoditas utama perdagangan. Petani menjual hasil pertanian kepada pedagang yang mayoritas terpusat di ibu kota kabupaten. Pedagang lokal mengumpulkan
komoditas dan menjual ke pedagang besar di Medan yang membutuhkan waktu tempuh 10-12 jam. Melalui pedagang besar luar daerah itulah komoditas pertanian
diekspor ke negara tetangga seperti Malaysia. Aktivitas perdagangan dengan komoditas hasil pertanian memberikan
kontribusi terbesar kedua setelah pertanian. Tahun 2002, sektor perdagangan, hotel, dan restoran membukukan nilai Rp 335 miliar. Pemkab mengakui,
keberhasilan perdagangan menggairahkan perputaran ekonomi daerah, tidak lepas dari peran pengusaha luar daerah yang mengekspor komoditas pertanian.
Perdagangan yang menyerap 11.594 tenaga kerja ini tidak langsung terpengaruh iklim masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat yang bernaluri
tinggi untuk berdagang. Yang menjadi keprihatinan pemkab, tingginya aktivitas
Universitas Sumatera Utara
perdagangan yang terbatas pada komoditas pertanian ini berdampak pada lambatnya perkembangan industri pengolahan.
Usaha industri di Madina masih didominasi industri kecil dan menengah, seperti industri makanan dan kerajinan. Perkembangan industri yang dimaksudkan
memberi nilai tambah pada komoditas pertanian yang belum mampu berbicara banyak. Apalagi dalam APBD 2003, sektor industri hanya dialokasikan dana 0,3
persen dari nilai belanja pembangunan yang Rp 112, 9 miliar. Lain halnya sektor perdagangan yang tahun 2003 dialokasikan dana pembangunan Rp 10,6 miliar.
Pemkab menyadari, untuk mengembangkan Madina dibutuhkan peran serta investor. Untuk menggaet penanam modal diperlukan kesiapan sarana dan
prasarana memadai, misalnya perhubungan. Beberapa ruas jalan, khususnya di ibu kota kabupaten tampak lebar dan halus. Namun pemkab mencatat, tidak kurang 64
persen dari panjang jalan kabupaten rusak dan rusak berat. Mau tidak mau pemkab harus mengeluarkan dana untuk membenahi jalan. Sektor transportasi
dialokasikan dana terbesar kedua setelah sektor aparatur negara dan pengawasan yaitu Rp 14,4 miliar atau 13 persen dari anggaran pembangunan 2003.
Kabupaten yang menyebut Tapanuli Selatan sebagai parameter kemajuan pembangunan dalam mengembangkan daerah masih harus berhadapan dengan
kendala mendasar. Letak Panyabungan kurang menguntungkan, jauh dari pusat perdagangan. Dalam hal telekomunikasi, Madina hanya diberi alokasi 2.692 SST
Stasiun Satelit Telekomunikasi dan terpakai 52 persen. Itu pun terpusat di Panyabungan dan Kota Nopan. Investor yang ingin menggarap potensi daerah
menunggu kesiapan sarana dan prasarana.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5. Visi Dan Misi
VISI Kab.Mandailing Natal adalah Terwujudnya Masyarakat Yang Maju, Mandiri, Sejahtera, Dan Berwawasan Lingkungan Sehingga Lima Tahun
Kedepan Dapat Sejajar Dengan Kabupaten Lainnya Di Sumatera Utara, Sepuluh Tahun Menjadi Terbaik Dan Lima Belas Tahun Diharapkan Mengungguli
Kabupaten Besar Di Sumatera Utara MISI Kab.Mandailing Natal adalah:
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana perkotaan untuk
mendukung dan menyerap pertumbuhan ekonomi yang berwawasan lingkungan.
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia baik sebagai pelaku
pembangunan maupun dalam berbagai fungsi dan substansinya termasuk mental dan spiritual melalui kursus, training dan pemberian beasiswa.
3. Memfungsikan semua aspek Pembangunan dan Pemberdayaan Ekonomi
kerakyatan. 4.
Memanfaatkan semua Sumber Daya Alam dan kekayaan lainnya yang ada untuk sebesar-besar kepentingan masyarakat.
5. Meningkatkan peranan Aparatur Pemerintahan dalam penyelesaian tugas
sesuai dengan fungsinya dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. 6.
Meningkatkan fungsi dan keberadaan semua sektor perekonomian dan keagamaan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat.
Universitas Sumatera Utara
4.1.6. Arti Lambang Daerah
Lambang Daerah terdiri dari empat bagian : 1. Perisai Lambang Daerah
2. Nama Daerah 3. Pengapit Lambang Daerah
4. Payung Kebesaran Adat Perisai lambang daerah, payung kebesaran adat,
pengapit lambang daerah dan motto daerah yang dimaksud disusun sedemikian rupa sehingga nama daerah berada dalam perisai
lambang daerah. Penempatan warna pada Lambang Daerah adalah sebagai berikut :
• Perisai berbentuk jantung, warna hijau, • Payung warna kuning,
• Bagas godang rumah adat berwarna hitam dan merah, • Tungku pohon karet berwarna coklat,
• Pohon sawit berwarna hijau, • Gordang sembilan berwarna coklat hitam,
• Perairan berwarna biru, • Hamparan sawah dan gunung,
• Ikan berwarna kuning emas.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian warna : • Warna hijau melambangkan keagamaan Islam,
• Warna hijau melambangkan kemakmuran, • Warna hijau melambangkan keberanian,
• Warna hijau melambangkan kepahlawanan, • Warna hijau melambangkan kesetiaan,
• Warna hijau melambangkan kesucian, • Warna hijau melambangkan kerukunan,
Pengertian Lambang daru perisai : • Payung melambangkan sebagai pelindung pada bulan Agustus 1945.
• Bagas godangRumah adat melambangkan bahwa menyelesaikan permasalahan melalui musyawarah sesuai dengan kebudayaan setempat.
• Tungku pohon karet melambangkan keuletan masyarakat untuk mengolah potensi wilayah.
• Pohon sawit melambangkan kekayaan alam yang melimpah. • Gordang sembilan melambangkan alat kesenian yang bisa mempersatukan
berbagai etnis. • Perairan melambangkan masyarakat yang agamis.
• Hamparan sawah dan gunung Bukit Barisan melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.
• Ikan melambangkan bisuk dohot poda kecerdikan dan nasehat sebagai ciri khas bagi masyarakat Kabupaten Mandailing Natal.
Universitas Sumatera Utara
Tujuh belas kuntum kapas, delapan lambang dalam lingkaran dan empat puluh lima butir padi menggambanrkan gambarkan tanggal, bulan dan tahun
kemerdekaan dimana ketiganya melambangkan kebhineka kebudayaan yang mencerminkan kebesaran bangsa, patriotisme dan membela keadilan serta
kebenaran. Burung walet melambangkan hemat dan bersehaja.
Motto daerah adalah : Madina yang Madani , dimana pengertian motto daerah madina yang madani adalah :
• Madina yaitu singkatan atau akronim dari Mandailing Natal yang merupakan wilayahadat kabupaten daerah tingkat II Mandailing Natal.
• Madani yaitu masyarakat yang hidup rukun, tentram, cukup sosial dan mempunyai jiwa membangun yang cukup tinggi serta terbuka menerima
perubahan. • Madina adalah kependekan dari kata makmur, aman, damai, indah,
nyaman dan asri.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Deskripsi Pusat Pasar Penyabungan – Madina 4.2.1. Sejarah Singkat