Pasar ini juga terletak di pinggir jalan lalu lintas Sumatera, sehingga mudah untuk dicapai.
4.2.2. Misi
Adapun misi dari pembentukan pusat pasar Mandailing Natal: 1.
memberikan pelayanan yang memadai kepada pelaku pasar 2.
meningkatkan saranan dan prasarana pasar 3.
peningkatan sumber daya aparatur pasar dan masyarakat 4.
meningkatkan kebersihan, ketertiban dan pelayanan pasar 5.
melakukan intensifikasi terhadap sumber-sumber pendapatan pasar. Pasar Baru Panyabungan juga akan terus di benahi guna untuk mendukung
terjadinya wilayah Kota Panyabungan sebagai sentera ekonomi maka bangunan Eks Pasar Baru segera akan dibangun sebagai sarana perekonomian dan secara
tidak langsung nantinya Kota Panyabungan menjadi Kota Perekonomian karena dari berbagai jalur telah dibuka jalan menuju Kota Panyabungan.
4.3. Profil Informan
4.3.1. Informan Kunci – Kepala Dinas Pasar Penyabungan Bapak M. Syafei Lubis adalah yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pasar
Panyabungan saat ini. Pria ramah yang berusia 49 tahun ini telah selama kurang lebih empat tahun ini menjabat sebagai Kepala Dinas Pasar tersebut dengan status
golongan kepegawaian sebagai Pembina Utama Muda. Setelah menjabat sebagai Kepala Dinas Pasar Panyabungan, ia mendapat
kehormatan untuk melanjutkan mengurusi proyek pembangunan atau relokasi
Universitas Sumatera Utara
Pasar Baru Panyabungan untuk menggantikan eks pasar lama yang diangap sudah tidak kondusif lagi bagi struktur perekonomian kota pada umumnya.
4.3.1.1. Keberadaan Pasar Baru
Secara umum, Bapak Syafei menggambarkan luas lokasi pasar baru adalah 4125 m2 ditambah lagi dengan 6225 m2. Proses relokasi pasar
direncanakan mulai tahun 2002 yang lalu dan proyek relokasi mulai dilakukan
semenjak April 2004.
Adapun menurut Bapak Syafei, alasan pemerintah mengapa memilih daerah yang baru ini adalah karena dari segi lokasi terlihat sangat strategis dan
dilihat dari arus lalu lintas adalah sebagai jalur lintas Sumatera. Dan juga karena lokasi tersebut adalah sebagian aset daerah yang dulunya merupakan
pesanggrahan atau tempat dijadikannya pelaksanaan acara-acara kedaerahan. Proses relokasi pasar tersebut dilakukan karena adanya tuntutan
pembangunan daerah dan juga karena pasar lama tidak memungkinkan lagi untuk dijadikan sebagai pasar tradisional Panyabungan, karena dianggap sudah tidak
layak lagi secara fisik, sehingga memerlukan suatu relokasi yang dapat mengakomodir kebutuhan perekonomian masa kini.
Untuk mensosialisasikan rencana relokasi pasar oleh Dinas Pasar maka Pak Syafei menyebutkan jika proses tersebut dilakukan dengan sosialisasi
langsung ke masyarakat, penyebaran info melalui radio dan tentu saja pemberitahuan secara tertulis.
Mengenai kendala yang dihadapi selama masa relokasi, maka menurut Bapak Syafei secara signifikan sama sekali tidak ada. Bahkan ia menyebutkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa masyarakat mau merelakan dan mendukung penuh sehingga mereka para pedagang melakukan perpindahan secara pribadi dari pasar lama ke pasar baru.
Oleh karena itu, bisa dikatakan tidak ada pro-kontra sepanjang proses relokasi Pasar Lama menuju Pasar Baru, meskipun tidak ada proses ganti rugi
terhadap para pedagang. Namun, begitu para pedagang Pasar Lama tentu saja diberi kemudahan
agar dapat menempati lot baru di area Pasar Baru. Untuk itu, harga sewa yang diterapkan adalah Rp. 22.500.000 per-tahunnya untuk kios yang luasnya 3 x 4 dan
dibayar sebagai sistem cicilan. Jumlah kios yang terdapat di Pasar Baru adalah 700 unit dengan penagihan cicilan 1 X 6 bulan.
Bapak Syafei menyebutkan bahwa pengelola dari Pasar Baru adalah Pemerintah Daerah, karena dianggap dapat mengakomodir kebutuhan dan
keinginan para pedagang serta para pembeli dengan lebih kondusif serta aspiratif dan diharapkan tidak terdapat praktek monopoli yang manupulatif didalamnya.
4.3.1.2. Pendekatan Pemerintah Daerah atau Dinas Pasar Terhadap Para Pedagang
Bapak Syafei menyebutkan beberapa prasarana dan sarana pada Pasar Baru yang diberikan kepada para pedagang di lokasi baru ini, yaitu:
• Kios, Toko, Los • Akses Jalan Umum
• Dua buah Musholla • WC umum
• Genset
Universitas Sumatera Utara
• Dan lain sebagainya Tentu saja Bapak Syafei menyebutkan jika sarana dan prasarana yang
terdapat di Pasar Baru lebih baik dari Pasar Lama, karena fasilitas yang terdapat di Pasar Lama menurut beliau sangat tidak bagus, karena menyebabkan kemacetan
arus lalu lintas, terutamanya di hari pekan, yang memang umum dilakukan di Panyabungan.
Untuk penetapan harga kios terhadap para pedagang dilakukan melalui SK Surat Keputusan dari Pemerintah, sehingga memang tidak melalui proses
kesepakatan atau musyawarah terlebih dahulu dengan para pedagang yang dilakukan oleh Dinas Pasar. Namun, menurut Bapak Syafei, hal tersebut sama
sekali tidak menimbulkan konflik, karena tingginya tingkat kesadaran para pedagang untuk kepentingan pembangunan daerah ini.
Untuk sistem pembayaran atau cicilan, maka dilakukan dalam dua cara, yaitu dibayar secara langsung atau disetor melalui rekening yang terdapat di Bank
Mandiri. Delapan puluh persen dari pedagang yang ada di Pasar Baru adalah eks
pedagang Pasar Lama, sehingga seharusnya menurut Bapak Syafei tidak ada pedagang eks Pasar Lama yang keberatan dengan biaya sewa kios. Hanya saja ia
tidak bisa menggambarkan secara pasti alasan 20 sisa eks pedagang Pasar Lama yang tidak mengambil tempat di pasar baru dikarenakan masalah ekonomi
atau tidak sanggup untuk membayar sewa. Menurutnya bisa saja itu terjadi karena para pedagang yang tidak ikut relokasi tidak berminat pada pasar yang baru atau
dengan alasan-alasan lainnya yang tidak bisa dijelaskan.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena sistem yang sudah dianggap transparan, dimana para pedagang eks Pasar Lama akan menempati kios Pasar Baru, maka tidak ada
kebijakan ganti rugi yang diterapkan oleh Dinas Pasar. Meskipun memang Bapak Syafei mengakui tidak ada penawaran atau harga khusus untuk para pedagang eks
Pasar Lama untuk menempati lagu kios di Pasar Baru. Walau begitu, menurut Bapak Syafei para pedagang eks Pasar Lama akan mendapatkan prioritas utama
untuk memasuki kioslos yang bagus di pasar baru. Adapaun maksud kios yang bagus adalah menempati kios-koslos yang
terdapat di bahagian depan pasar atau posisi strategis lainnya, sehingga diharapkan para konsumen lama mereka dapat mengenali kedai mereka yang baru
sehingga kemudian tidak akan kehilangan pangsa pasar atau pelanggan.
4.3.2. Informan Pedagang
4.3.2.1. Hari Ashari
Hari Ashari, 27 tahun, adalah pedagang eks Pasar Lama yang kini menempati kios di Pasar Baru. Lulusan SMA ini telah berdagang selama 5 tahun
dan menempati kios ini semenjak tahun 2005 yang lalu. Hari berjualan barang- barang kebutuhan rumah tangga seperti sabun, shampoo dan rokok secara eceran.
Dan ia menempati kios di barisan belakang di lantai II. Sebenarnya Hari tidak menyetujui adanya relokasi pasar karena
menurutnya hal tersebut lebih banyak ruginya dari pada untungnya. Hal Ini disebabkan karena secara lokasi saat ini kurang strategis karena tidak berada di
pusat kota, sehingga akses pembeli sedikit susah dibandingkan dengan lokasi di Pasar Lama.
Universitas Sumatera Utara
Walau begitu, ia mengakui akan adanya peningkatan dari segi sarana- prasarana yang ditawarkan oleh pengelola pasar. Hari menyebutkan jika pasar
ingin terus berkembang, maka pembangunan sarana dan prasarana tersebut harus selalu ditingkatkan.
Ternyata, menurut Hari tidak ada perlakuan khusus yang diterimanya sebagai pedagang eks Pasar Lama. Lebih lanjut ia menyebutkan jika bahwa siapa
saja yang mempunyai uang yang lebih banyaklah yang bisa membeli kios-kios yang letaknya strategis. Ia sendiri menyewa kios yang ditempatinya sekarang
sebesar Rp. 6.000.000 per-tahunnya. Setelah berjualan di Pasar Baru ia mengeluhkan jika kondisi penjualan
atau omsetnya agak berkurang, dibandingkan dengan saat ia masih berjualan di Pasar Lama. Hal ini terjadi karena pelanggan belum terbiasa dengan situasi di
Pasar Baru. Apalagi jumlah pedagang pun semakin banyak, dibandingkan dengan Pasar Lama, sehingga persaingan pun semakin ketat, yang menyebabkan iklim
perdagangan yang cukup sulit bagi Hari. Bahkan jumlah pelanggan yang biasa berbelanja di kedainya pun jauh
berkurang, karena persaingan yang semakin ketat tadi. Walau begitu ia memang mengakui jika sebagian pelanggan yang didapapatnya selama berjualan di Pasar
Lama masih berbelanja dengan dirinya di Pasar Baru, akan tetapi sejumlah besar justru tidak berlangganan lagi dengan dirinya.
Masalah persaingan antara pedagang memang semakin meningkat, apalagi jika harga yang ditawarkan bisa sangat murah dengan didukung dengan pelayanan
yang memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
Harapan Hari adalah agar PEMDA, khususnya pengelola Pasar lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang ada sehingga Pasar Baru akan semakin
dapat berkembang, sehingga akan cukup kondusif untuk pembangunan sentra ekonomi masyarakat di kabupaten Mandailing Natal.
4.3.2. 2. Nasria
Nasria, 29 tahun, adalah salah seorang pedagang yang terdapat di Pasar Baru Panyabungan. Perempuan berpostur sedang ini adalah lulusan SMEA dan
berdagang barang-barang kebutuhan rumah tangga. Ia menempati kios yang berada di jajaran depan lantai I Pasar Baru. Ia telah berdagang selama 10 tahun
dan menempati kios di Pasar Baru semenjak 2004. Nasria sebenarnya kurang menyetujui dengan adanya proyek pemindahan
lokasi pasar karena menurutnya lokasi pasar yang baru tidak strategis dibandingkan dengan Pasar Lama. Apalagi dalam pandangannya, sarana dan
prasarana yang ditawarkan oleh pihak pengelola Pasar Baru kurang memadai atau dengan kata lain hanya seadanya dan perlu untuk dipoles kembali untuk perbaikan
yang lebih baik. Berbeda dengan Hari, maka Nasria menyebutkan jika ia mendapatkan
ganti rugi saat direlokasi. Hanya saja konsep ganti ruginya disini adalah penempatan dirinya pada lokasi yang cukup strategis di Pasar Baru.
Ia sendiri membayar sebesar Rp. 25.000.000 untuk jangka 10 hingga 20 tahun kedepan dan menurutnya ini cukup terjangkau. Apalagi dengan sistem
cicilan yang dianggapnya meringankan.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun tadinya ia kurang menyetujui proses relokasi, namun ia bersyukur karena saat ini keadaan penjualannya lebih memadai dibandingkan saat
ia masih berjualan di pasar lama. Perbedaan yang cukup menonjol adalah disaat ia masih berada di Pasar
Lama dibandingkan dengan Pasar Baru adalah jumlah pedagang, dimana jumlah pedagang di Pasar Baru terlihat lebih banyak, sehingga persaingan diantara
pedagang pun semakin tinggi. Walau begitu, ternyata hal tersebut bukanlah kendala bagi Nazria, karena
justru jumlah langganannya semakin bertambah semenjak ia berjualan di Pasar Baru. Hal ini bisa saja karena ia menempati posisi yang cukup strategis di Pasar
Baru. Apalagi pelanggan-pelangganya di Pasar Lama tetap setia untuk
berbelanja di kedainya, karena menurutnya ia menawarkan barang-barang dengan kualitas baik dengan ditunjang oleh harga yang terjangkau serta pelayanan yang
memuaskan, sehingga para pelangganya enggan untuk berbelanja di kedai lain. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat maka Nasria berprinsip
kalau pembeli itu adalah raja, sehingga ia berusaha untuk melayani pembeli dengan sebaik-baiknya.
Harapan Nasria kedepannya adalah agar Pasar Baru akan semakin maju dan ramai, sehingga walaupun nantinya proyek Madina Square terlaksana, akan
tetapi tetap tidak meninggalkan proses pembangunan Pasar Baru ke arah yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2.3. Mida Mediyanti Nasution
Mida, 26 tahun, demikian ia biasa dipanggil, baru setahun ini berdagang di Pasar Baru. Sebenarnya ia di Pasar Lama tidak memiliki kios sendiri, melainkan
hanya karyawan penjaga toko. Saat ini ia mendapatkan kesempatan untuk berdagang kecil-kecilan, yaitu pakaian, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Mida menyetujui proses pemindahan atau relokasi pasar yang dilakukan, karena menurutnya dengan diadakan relokasi maka ia akan lebih mudah untuk
berhubungan dengan pedagang dan pembeli yang lainnya. Walau begitu ia kurang menyetujui dengan lokasi pasar yang sekarang,
karena menurutnya lokasi Pasar Baru tidak terdapat tepat ditengah kota, sehingga kurang strategis.
Sepengetahuannya tidak ada proses ganti rugi yang diberikan kepada para pedagang di Pasar Lama untuk direlokasi atau menempati pasar baru ini. Ia
sendiri, karena bukanlah pedagang dari Pasar Lama tidak mendapatkan keringanan biaya atau perlakukan khusus, akan tetapi dengan harga cicilan sewa
kios sebesar Rp. 6.500.000 per enambulannya sudah dirasa cukup meringankan. Walau begitu, menilik pengalamannya selama berdagang di Pasar Lama
dan Pasar Baru, maka menurutnya sejauh ini penjualannya tidak mampu mencapai omset yang didapat selama menjadi karyawan di Pasar Lama. Hal ini menurut
hematnya adalah karena konsumen lebih memilih untuk membeli di tempat yang relatif lebih dekat dengan rumah mereka.
Apalagi menurutnya, berjualan di Pasar Baru ini kurang strategis akibat terdapat di pinggir kota tadi, berbeda dengan Pasar Lama yang lebih mudah
Universitas Sumatera Utara
diakses oleh pembeli. Ia menyebutkan jika masalah lokasi ini menyebakan pengurangan jumlah konsumen, karena masalah jarak tadi.
Dia mengakui jika sebagian besar langganannya tetap memilih untuk tetap berbelanja di kedainya, akan tetapi memang secara umum terjadi pengurangan
jumlah konsumen. Masalah persaingan yang semakin ketat akibat jumlah pedagang yang
semakin meningkat disikapi dengan biasa saja oleh Mida, karena bagi Mida yang paling penting itu kualitas barang, harga dan pelayanan, sehingga ia tidak begitu
memusingkan masalah persaingan. Menurutnya, masing-masing pedagang sudah ada pelanggan masing-masing, sehingga tidak perlu memikirkan secara berlebihan
masalah persaingan. Hanya saja tentunya ia harus tetap mencermati pedagang lainnya, agar ia tidak ditinggalkan pelanggan.
Adapun harapan Mida adalah agar Pasar Baru ini dapat lebih maju dari Pasar Lama sehingga kesejahteraan para pedagang dapat terjamin pula, yang mana
tentu saja kesejahteraan pedagang ini akan membuat Pasar Baru akan tetap eksis.
4.3.2.4. H. Bahrum Lubis
Bapak Bahrum Lubis, 50 tahun, bisa dikatakan sebagai veteran di bidang perdagangan ini, karena ia telah berjualan selama kurang lebih 30 tahun. Ia
berjualan eceran untuk barang-barang jualan di kedai, seperti rokok, permen, mie instant dan sebagainya. Tamatan SLTA ini telah banyak memakan asam garam di
bidang perdagangan, sehingga ia lebih betah untuk melakukan pekerjaan ini dibandingkan untuk bekerja di sektor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya Pak Bahrum kurang menyetujui adanya proses relokasi pedagang yang dilakukan oleh Pemerintah, karena dengan adanya relokasi pasar
maka dalam asumsinya, akan lebih banyak pula pedagangnya, sementara jumlah pembeli mungkin tidak mengalami peningkatan.
Bukannya ia tidak menilai secara positif akan keberadaan Pasar Baru, akan tetapi menurutnya justru jumlah pembeli semakin merosot saja. Hal bisa saja
terjadi karena dalam pandangan Pak Bahrum lokasi Pasar Baru yang kurang strategis karena berada di pinggir kota, beda dengan Pasar Lama yang berada di
tengah kota. Dulunya, di Pasar Lama ia mempunyai dua kios, akan tetapi, karena proses
relokasi, ia hanya mendapatkan jatah satu kios. Hal ini memang sempat dikecewakannya, akan tetapi kemudian ia berfikir kalau ini hanyalah masalah
yang tidak harus dibesar-besarkannya dan harus fokus dengan usaha yang ditekuninya sekarang.
Apalagi tidak terdapat proses ganti rugi yang dilakukan selama proses relokasi, sehingga menghambat proses pengembangan kedainya. Ia sendiri
menyebutkan jika dulunya Pemerintah pernah mendengung-dengungkan masalah ganti rugi ini, namun dalam kenyataannya hal tersebut tidak terjadi.
Sebagai pedagang lama ia tidak menerima perlakukan khusus dalam harga kios, karena ternyata kios yang letaknya strategis justru didapatkan oleh mereka
yang terlebih dahulu membayar. Pak Bahrum sendiri membayar bulanan dengan jumlah Rp. 1.500.000,
yang dalam pandanganya harga ini tidak murah namun juga tidak mahal, sehingga dapat dikategorikan sebagai harga yang relatif standar saja.
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya relokasi diakui oleh Pak Bahrum justru keadaan penjualan menjadi jauh menurun dibandingkan dengan kondisi berdagang saat masih di
pasar lama. Apalagi, menurut beliau secara kenyamanan lebih memadai dibandingkan saat berdagang di pasar baru. Tentu saja hal ini disebabkan karena
beliau telah terbiasa dengan kondisi dan situasi berdagang di Pasar Lama yang telah lama dijalankannya selama bertahun-tahun.
Apalagi, menurut beliau, selama ia berdagang di Pasar Baru, jumlah pelanggan yang biasa berbelanja di kedainya jauh berkurang setiap harinya jika
dibandingkan disaat ia masih berdagang di Pasar Lama. Sebagian dari pelanggan lamanya memang masih berbelanja di kedainya, namun sebagian besar justru
sudah tidak pernah ditemuinya lagi. Meski beliau menyebutkan jika jumlah pedagang di Pasar Baru jauh lebih
meningkat, namun dari segi persaingan ia sama sekali tidak merasakan sesuatu yang signifikan terhadap omset penjualannya. Baginya persaingan antara
pedagang disikapi dengan sewajarnya saja sebagai bagian dari usaha. Harapannya adalah Pasar Baru dapat berbenah agar pelanggan yang justru bertambah.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2.5. F. Rahmad Lubis
Pak Lubis, demikian ia lebih dikenal oleh orang-orang disekitarnya. Laki- laki tamatan D-IV yang berusia 31 tahun ini telah lama berdagang barang-barang
kebutuhan pokok atau Sembako, bahkan semenjak masih berjualan di Pasar Lama. Pak Lubis menyetujui dengan adanya proyek relokasi pedagang dari Pasar
Lama menuju Pasar Baru karena dianggapnya bisa memajukan para pedagang. Hanya saja ia menginginkan Pasar Baru sebagai sebuah pusat pasar bisa
dimajukan dengan baik, agar perekonomian masyarakat, terutama pedagang bisa maju sepesat mungkin.
Dalam pandangannya, keberadaan Pasar Baru adalah sangat bagus, karena merupakan peremajaan konsep pasar tradisional menuju keadaan yang lebih baik.
Hanya saja pemerintah daerah dan pengelola Pasar Baru dianggap tidak becus untuk mengelola Pasar Baru ini karena dianggapnya hanya memikirkan diri
sendiri atau jabatannya belaka, sedangkan kemajuan pasar dibiarkan begitu saja tanpa pembinaan yang berarti.
Menurut pak Lubis, sebenarnya ada biaya ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya relokasi pedagang, akan tetapi dalam
kenyataanya tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku, sehingga dalam prakteknya, proses ganti rugi tersebut tidak terealisasikan. Bahkan ia harus
membayar Rp. 6. 500.000 guna memperoleh kios di pasar baru ini. Keadaan penjualannya selama berdagang di Pasar Baru ternyata tidak
sebagus saat ia masih berdagang di pasar lama. Alasannya karena jumlah pedagang yang semakin banyak, tidak sesuai dengan jumlah pembeli yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mengalami peningkatan. Dalam pandangannya, lebih banyak pedagang dari pada pembeli selama ia berada di area Pasar Baru.
Ia mengakui, secara fisik Pasar Baru memang lebih memadai dibandingkan dengan Pasar Lama, karena telah mempunyai bangunan fisik yang
permanen, akan tetapi karena lokasinya yang terdapat di pinggir kota menyebabkan penurunan jumlah pembeli, karena sedikit susah untuk diakses oleh
kalangan masyarakat yang ingin berbelanja. Selama ia berdagang di Pasar Baru, ia tidak bisa mengatakan jika
pelangganya bertambah atau berkurang, karena baginya hal tersebut tergantung akan rezeki tempat yang dihuninya, sehingga ia hanya bisa bersyukur karena
masih bisa berjualan. Apalagi dalam pengamatannya, masih banyak pelanggan lamanya dari saat masih berdagang di Pasar Lama yang membeli dagangan yang
dijualnya di Pasar Baru. Baginya tidak ada peningkatan persaingan selama ia berdagang di Pasar
Baru, karena justru masalah yang paling krusial baginya adalah karena Pemerintah Daerah lebih memilih untuk memperkaya dirinya masing-masing dibandingkan
untuk memperhatikan nasib para pedagang atau kemajuan Pasar Baru. Oleh karena itu, ia menginginkan agar adanya persatuan diantara sesama pedagang agar
dapat memajukan Pasar Baru menuju yang lebih baik tentunya. Demikianlah harapan Pak Lubis terhadap keberadaan Pasar Baru. Hanya
saja ia mahfum kalau hal ini sebenarnya tergantung kepada para pemimpin Kabupaten Mandailing Natal, dan jangan hanya menjadi pemimpin tidur
melainkan memperhatikan nasib dan kemajuan perekonomian rakyatnya.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3. Informan Masyarakat
4.3.3.1. Mardiana
Mardiana, 21 tahun, adalah seorang mahasiswi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang terdapat di kota Panyabungan. Saat ini, gadis berkerudung ini
walau masih menetap bersama orang tuanya, namun kegiatan berbelanja ke pasar sudah menjadi kesehariannya, karena ia mendapatkan tugas dari orang tuanya
untuk membeli keperluan sehari-harinya ke Pasar Baru Panyabungan. Bahkan kegiatan berbelanja ini telah biasa dilakukan semenjak ia masih duduk dibangku
sekolah menengah. Mardiana menyetujui akan adanya proyek relokasi pasar lama, karena
memang pasar yang lama secara fisik kondisinya sudah tidak kondusif lagi untuk dipakai sebagai sarana berbelanja atau perekonomian warga, sehingga Mardiana
menjadikan Pasar Baru sekarang ini sebagai sarana berbelanjanya. Namun Mardiana beranggapan jika lokasi Pasar Baru sekarang ini kuranglah strategis
dibandingkan dengan lokasi Pasar Lama. Secara fisik, justru memang sarana dan prasarana Pasar Baru jauh lebih
memadai daripada Pasar Lama.Beberapa sarana dan prasarana yang ada di Pasar Baru dahulunya tidak terdapat di Pasar Lama, seperti tempat parker, WC umum,
musholla dan juga menurutnya bangunannya Pasar Lama tidak sebagus bangunan Pasar Baru. Menurut Mardiana, bangunan fisik Pasar Baru bersifat lebih
permanen dan lebih luas serta tertata lebih rapih. Oleh karena itu Mardiana lebih suka berbelanja di Pasar Baru
dibandingkan dengan Pasar Lama karena Pasar Baru bisa dijadikan ajang bagi Mardiana dan kawan-kawannya untuk sekedar berjalan-jalan meski tidak
Universitas Sumatera Utara
berbelanja. Ini dikarenakan di kota Panyabungan tempat ia menetap belum ada Mall atau Plaza, sehingga dengan adanya Pasar Baru maka terdapat sarana
rekreasi alternatif yang dapat dikunjungi. Walaupun begitu, dari segi lokasi, Pasar Baru tetaplah dianggap kurang
strategis, karena dianggap jauh dari kediamannya, sehingga membutuhkan ongkos yang lebih mahal, dibandingkan saat Pasar Lama masih ada.
Dari segi harga, Mardiana menganggap bahwa barang-barang yang ada di Pasar Baru relatif lebih mahal dibandingkan harga-harga barang yang terdapat di
Pasar Lama. Hal ini menurutnya dikarenakan pedagang-pedagang di Pasar Baru semakin bertambah dan oleh karena itu tidak terjadi keseragaman harga dimana
ada penjual yang menetapkan harga tinggi, sebaliknya ada juga yang menetapkan harga relatif murah.
Selama berbelanja di Pasar Lama, Mardiana mempunyai penjual langganan dan dalam pengamatannya sebagian dari langganannya itu tidak
terdapat lagi di Pasar Baru, karena menurutnya harga sewa kios yang mahal, sehingga mereka tidak mampu untuk menyewanya.
Mardiana tetap memilih untuk berbelanja di pedagang langganannya, dengan alasan harga yang relatf murah, walau ia tidak menafikan jika ia pun
berbelanja di kedai pedagang baru yang ada di Pasar Baru. Harapan Mardiana terhadap Pasar Baru adalah agar secara kualitas
ditingkatkan dan nantinya bisa bersaing dan tidak kalah mutunya dengan Madina Square yang akan segera dibangun di lokasi Pasar Lama sebelumnya., sehingga
kemudian tidak akan ditinggalkan oleh para pembelinya.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.2. Farel
Bekerja sebagai seorang karyawan swasta, Farel, 26 tahun, ternyata sering juga melakukan aktifitas berbelanja, karena sebagai seorang pria yang belum
menikah dan tinggal sendiri, maka lulusan SMA ini merasa perlu untuk berbelanja memenuhi kebutuhan sehari-harinya, walau diakuinya tidaklah terlalu sering,
melainkan jika memang ada yang hendak dibelinya. Farel menyetujui dengan dipandahkannya lokasi Pasar Lama menjadi
Pasar Baru, karena memang menurutnya sudah saatnya Pasar Lama yang kurang terawat mengalami peremajaan.
Hanya saja, dari segi lokasi, Pasar Baru ini belumlah strategis, dibandingkan dengan Pasar Lama, karena letaknya yang agak jauh dari pusat kota
tempat masyarakat biasa melakukan aktifitasnya sehari-hari. Dari segi sarana dan pra-sarana, dibandingkan dengan Pasar Lama, maka
Pasar Baru ini sudah cukup memadai, karena banyak sarana atau pra-sarana yang dibutuhkan oleh sebuah ruang publik seperti ini tidak terdapat di Pasar Lama.
Oleh karena itu Farel lebih menyukai untuk berbelanja di Pasar Baru, karena selain lebih nyaman, maka suasana Pasar Baru dirasanya menyenangkan
untuk hanya sekedar jalan-jalan tanpa membeli barang. Karena lokasi Pasar Baru ini dekat dengan kediamannya, maka Farel
merasa kalau lokasi baru ini semakin memudahkan dirinya untuk melakukan aktifitas belanja.
Dari segi harga ia tidak merasakan perbedaan yang cukup signifikan. Apalagi Pasar Lama dan Pasar Baru adalah pasar tradisional, sehingga aktiftas
Universitas Sumatera Utara
tawar-menawar bisa dapat tetap diterapkan, yang berguna untuk mendapatkan harga yang lebih murah.
Sebelumnya Farel memang mempunyai pedagang langganan sendiri di Pasar Lama dan saat ini pedagang langganannya tersebut berpindah pula
berdagang di Pasar Baru. Ini tentu saja memudahkan aktifitas berbelanja Farel, karena tidak perlu repot mengenal karakter pedagangnya, karena ia umumnya
telah mengetahui karakter pedagang-pedagang langganannya tersebut. Walau begitu, di Pasar Baru ini ia tetap mencari pedagang-pedagang baru
untuk dijadikannya langganan baru, karena selain untuk menambah banyak koneksi dagang, ia juga bisa memperbandingkan harga antara satu pedagang
dengan pedagang yang lainnya, sehingga ia bisa mendapatkan barang yang relatif lebih murah.
Dalam menyikapi perkembangan Pasar Baru maka Farel berharap agar mutu pelayanan dan mutu kualitas fisik Pasar Baru dapat tetap dipertahankan atau
malah semakin ditingkatkan, agar para pembeli seperti dirinya bisa merasa nyaman dalam melakukan aktifitas berbelanja dan akhirnya tetap merasa betah
untuk berbelanja di Pasar Baru. Dengan demikian Pasar Baru sendiri bisa bersaing dengan Madina Square yang sedang di bangun di lokasi Pasar Lama.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.3. Elfina
Elfina, 28 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan seorang anak. Sebagagi pengurus rumah tangga, tentu saja berbelanja merupakan agenda dari
kesehariannya.. Sebelum Pasar Baru berdiri, ia memang telah lama berbelanja sebelumnya di Pasar Lama, bahkan sebelum ia menikah dengan suaminya.
Elfina setuju jika Pasar Lama tersebut di relokasi, namun ia kurang setuju dengan lokasi yang digunakan oleh Pasar Baru searang ini, apalagi dibandingkan
dengan lokasi Pasar Lama dahulunya. Dibandingkan dengan lokasi Pasar Lama, maka lokasi Pasar Baru terasa kurang strategis dan sedikit susah untuk dijangkau.
Dalam segi sarana dan pra-sarana Elfina mengakui jka Pasar Baru mempunyai sarana dan pra-sarana yang lebih baik kualitasnya, juga lebih lengkap,
lebih bersih, dan tertata rapi, yang tentunya sangat menyenangkan bagi para pengunjung pasar tersebut.
Hanya saja Elfina tetap menyukai berbelanja di Pasar Lama, meskipun Pasar Baru lokasinya lebih dekat dengan kediamannya dan lebih
memudahkannyanya dalam berbelanja, karena menurutnya barang-barang yang terdapat di Pasar Lama jauh lebih murah dibandingkan dengan harga-harga yang
ditawarkan oleh pedaganga di Pasar Baru. Meski begitu, ia pun mengakui kalau itu pun sebenarnya tergantung dari
bagaimana kepintaran sang pembeli saat melakukan transaksi tawar menawar harga dengan pedagangnya. Hanya saja, secara umum ia menyebutkan jika harga-
harga barang di Pasar Baru relatif lebih mahal dibandingkan dengan Pasar Lama. Beberapa pedagang langganannya masih berdagang pula di lokasi Pasar
Baru, sehingga ia merasa cukup nyaman untuk berbelanja, walaupun banyak juga
Universitas Sumatera Utara
pedagang langganannya yang sudah tidak berjualan lagi. Walaupun sebenarnya ia kurang paham mengapa sebagian pedagang tersebut memilih untuk tidak
berjualan di Pasar Baru, namun ia mengasumsikan jika bisa saja karena para pedagang tersebut mengalami kesulitan dalam mendapatkan kios di lokasi Pasar
Baru tersebut atau mungkin saja karena harga kios yang mahal. Untuk variasi harga, maka selain tetap memilih membeli barang-barang
dagangan pedagang yang telah lama menjadi langganannya, maka ia pun membeli dagangan dari para pedagang yang diupayakan menjadi pedagang langganan
barunya, karena dengan demikian ia bisa memperoleh barang-barang yang dinginkannya dengan harga yang murah namun tetap berkualitas.
Pasar Baru adalah pasar tradisional yang tengah dikembangkan menjadi sebuah pasar yang sifatnya moderen, namun Elfina berharap Pasar Baru tidak
meninggalkan ciri khas utama dari sebuah pusat pasar, yaitu barang-barang yang relatif murah dengan harga yang terjangkau.
Oleh karena itu ia berharap agar Pasar Baru dapat meningkatkan mutu pelayanannya dan menjaga kualitas yang ada agar nantinya tidak kalah bersaing
dengan pasar arau sarana pembelanjaan yang lebih moderen dan menarik seperti pembangunan Madina Square yang tengah dilakukan. Dengan demikian, Pasar
Baru tetap menjadi bagian dari ciri khas kota Panyabungan.yang nantinya bisa saja menjadi objek pariwisata bagi orang-orang yang melancong di kota ini.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.4. Yondri Elfino
Yondri Elfino, 37 tahun, yang biasa dipanggil dengan Bang El saja ini adalah seorang Pegawai Negeri Sipil. Lulusan Perguruan Tinggi Negeri di Medan,
Sumatera Utara ini sebenarnya memang masyarakat asli kota Panyabungan, sehingga sudah akrab dengan keberadaan Pasar Lama.
Ia menyetujui dengan dipindahkannya lokasi Pasar Lama menuju Pasar Baru yang sekarang ini, karena menurutnya memang sudah saatnya Pasar Lama
tersebut direlokasi karena sudah tidak layak lagi untuk ditempati. Akan tetapi baginya secara fisik Pasar Baru juga kurang baik, karena
baginya tidak ada perbaikan yang berarti dibandingkan Pasar Lama, selain bangunan fisik yang lebih permanen. Selain itu dari segi lokasi juga terasa kurang
strategis dibandingkan dengan lokasi Pasar Lama dahulunya. Meski begitu, ia mengakui jika dalam segi prasarana dan sarana maka
dibandingkan dengan keadaan di Pasar Lama maka kondisi Pasar Baru memang terasa lebih baik dan memadai. Sarana dan prasarana di Pasar Lama menurutnya
sama sekali tidak tersedia, ditambah lagi secara fisik Pasar Lama terlihat sempit, kotor dan tidak tertata dengan baik.
Bang El mengaku tidak terlalu sering berbelanja di Pasar Baru, walau diakuinya ia kebih suka untuk berbelanja di Pasar Baru dibandingkan dengan
Pasar Lama, karena tenpatnya lebih nyaman untuk berbelanja dan juga tertata rapi dimana dibandingkan dengan Pasar Lama yang menurutnya jauh dari kesan pasar
yang ideal. Dan baginya, Pasar Baru bukan hanya disebut dengan pasar tradisional akan tetapi pasar tradisional yang bergaya moderen.
Universitas Sumatera Utara
Dari segi lokasi ia merasa Pasar Baru terasa memudahkan baginya, karena dekat dengan tempat tinggalnya. Dari segi harga ia juga merasa tidak ada
perbedaan yang berarti, karena sebagai pasar tradisional maka keuntungan dari berbelanja di tempat sejenis ini adalah masalah tawar-menawar. Jika memang
pintar menawar maka pastilah akan mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga yang murah.
Tentu saja ia mempunyai beberapa pedagang langanan selama di Pasar Lama dan sebagian pedagang langganannya tersebut memang pindah berdagang
di Pasar Baru. Akan tetapi sebagian dari pedagang langganannya tersebut sudah tidak berjualan lagi. Ia mengaku kalau tidak mengetahuia apa alasan pedagang
langganannya tersebut memilih untuk tidak berjualan lagi di Pasar Baru. Dikarenakan sebagian pedagang langganannya di Pasar Lama tidak
berjualan lagi di Pasar Baru, maka sebagai alternatif pilihan dalam berbelanja bang El pun kemudian mencoba untuk mencari pedagang langganan baru, selain
pedagang-pedagang langganannya yang lama. Dengan semakin banyak mengenal pedagang yang berdagang disini, maka Bang El berharap bisa memperoleh barang
yang dinginkannya dengan harga murah. Bang El berharap agar keberadaan Pasar Baru ini representative dengan
kebutuhan masyarakat Panyabungan dan Madina umumnnya dan ia juga berharap agar Pasar Lama ini dapat bersaing dengan Madina Square yang akan segera
dibangun.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.5. Sakdiah Lubis
Ibu Sakdiah, 49 tahun,demikian ia biasa dipanggil, adalah seorang guru yang telah lama menetap di kota Panyabungan. Lulusan S-1 sebuah institute
keguruan ini juga merupakan seorang ibu rumah tangga yang tentunya dalam kesehariannya tidak terlepas dari kegiatan berbelanja.
Ibu Sakdiah setuju saja jika lokasi Pasar Lama dipindahkan menuju Pasar Baru sekarang ini, walau dalam pandangannya lokasi pasar tersebut sekarang ini
kurang strategis jika dibandingkan dengan keberadaan Pasar Lama, karena tidak berada di pusat kota.
Sarana dan prasarana di Pasar Baru sudah cukup memadai jika dibandingkan dengan Pasar Lama, bahkan secara fisik lebih bagus selain memang
sebelumnya tidak ada di Pasar Lama. Misalnya, seperti tempat parker yang luas, Musholla, Wc Umum dan sebagainya. Di Pasar Lama, sarana perparkiran sama
sekali tidak ada, sehingga para pembeli dan pedagang memarkir kendaraanya secara sembarangan, sehingga menambah kesan sempit dan ruwet pasar.
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa kesan semrawut Pasar Lama semakin terasa saat di akhir pekan, karena kemacetan yang terjadi akibat kendaraan yang
diparkir secara sembarangan di tepi jalan. Selain itu, ia melanjutkan, Pasar Lama selain tempatnya sempit dan kotor juga becek disaat musim hujan.
Dari segi lokasi, sebenarnya Ibu Sakdiah lebih menyukai lokasi di Pasar Lama, karena dianggap strategis dan mudah diakses dari sudut kota manapun,
karena letaknya yang berada di pusat kota. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan kelengkapan sarana dan prasarana, maka ia menyukai suasana di Pasar Baru.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa alasannya antara lain karena kelengkapan sarana dan prasarana. Kemudian dari segi lokasi Pasar Baru lebih tertata rapi, luas dan bersih. Yang
terakhir karena barang-barang yang ditawarkan oleh Pasar Baru memang lebih lengkap dibandingkan dengan barang-barang yang ada di Pasar Lama.
Hanya saja, dikarenakan letaknya yang berada di pinggir kota, maka lokasi pasar dianggap ibu Sakdiah kurang menguntungkan bagi para pembeli
seperti dirinya, karena ia harus mengeluarkan ongkos yang jauh lebih mahal dibandingkan saat ia harus pergi berbelanja di Pasar Lama, dikarenakan jarak
yang jauh dari rumahnya. Mengenai harga barang, menurutnya tidak ada yang bebeda antara barang
Pasar Lama dan Pasar Baru. Akan tetapi menurutnya ada sebagian pedagang yang menawarkan barangnya dengan harga mahal, yang mana ini disebabkan karena
banyaknya jumlah pedagang yang tentunya mempunyai kebijakan sendiri-sendiri mengenai barang yang ingin mereka jual dalam rangka persaingan.
Dalam pengamatannya, ia masih melihat sebagian pedagang langganannya di Pasar Lama saat ia berada di Pasar Baru, walaupun sebagian pedagang
langgananya pun tidak terlihat lagi. Ia tidak mengetahui apa alasannya mengapa para pedagang langgananya tersebut memilih untuk tidak berjualan lagi.
Oleh karena itu, maka selain tetap membeli barang dari pedagang yang telah lama menjadi langganannya, maka ia juga berinisiatif untuk mencari
pedagang langganan baru, agar dapat menambah variasi harga akan barang yang akan dibelinya.
Universitas Sumatera Utara
Harapan ibu Sakdiah terhadap Pasar Baru adalah kebersihan dan kerapihan yang ada di Pasar Baru saat ini tetaplah dijaga. Kalau perlu,
menurutnya sarana dan prasarana dari Pasar Baru haruslah lebih ditingkatkan, lebih baik dari apa yang ditawarkan sekarang, karena ia percaya dengan menjaga
kualitas kebersihan dan kerapihan bangunan fisik, serta peningkatan mutu sarana dan prasarana pasar, maka niscaya Pasar Baru akan tetap dikunjungi oleh pembeli,
yang mana pada akhirnya akan memberikan hasil yang positif bagi kemajuan para pedagang yang ada di dalamnya.
4.4. Interprestasi Data Penelitian