Kriminalitas Indeks Korban Kejahatan PRASARANA DAN SARANA WILAYAH Prasarana Jalan  Pelanggaran Lalu Lintas

Program TransisiIndikatif tahun 2009 22

n. Angka Perceraian

Keluarga atau rumahtangga sebagai elemen dasar pembentukan masyarakat, merupakan cerminan awal karakter masyarakat. Dengan demikian, eksistensi lembaga keluargarumahtangga yang terbentuk dan terjaga keberlangsungannya dapat digunakan sebagai sinyal awal mutu kesalehan sosial masyarakat. Keberlangsungan ini dapat diperlihatkan oleh tingkat perceraian yang terjadi di masyarakat. Pada tahun 2005, rasio perceraian di Jawa Timur adalah 0,018. Kemudian pada tahun 2006 menurun menjadi 0,015 serta tahun 2007 menjadi 0,016. Hal ini terutama disebabkan oleh makin kecilnya jumlah perceraian. Sedangkan jumlah rumahtangga makin besar.

o. Pemakai Narkoba

Akhlak dan moral masyarakat dapat pula tercermin dari tingkat penyalahgunaan obat-obatan terlarang, narkoba dan zat aditif lainnya. Berbagai program dan kebijakan telah ditelorkan oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi penyalahgunaan obat-obatan terlarang tersebut. Pada tahun 2003, jumlah tersangka penyalahgunaan narkoba adalah 2006 orang. Kemudian pada tahun 2006 turun sebesar 4,29 persen menjadi 1920 orang dan tahun 2007 naik kembali menjadi 5,050 persen. Dengan demikian, pencapaian pada tahun 2006 lebih baik dari target yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu - 2,00 persen serta tahun 2007 tidak sesuai atau lebih rendah dari target - 2,00 persen.

p. Kriminalitas

Untuk mengetahui sampai sejauh mana tercapainya pemantapan, ketertiban dan ketentraman masyarakat dapat digunakan suatu indeks yang dinamakan Indeks Kriminalitas. Program TransisiIndikatif tahun 2009 23 Pada tahun 2005, Indeks Kriminalitas Jawa Timur adalah 100,00 dan kemudian pada tahun 2006 meningkat sebesar 4,61 persen menjadi 104,61. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya Pencurian Dengan Pemberatan dan Pencurian Kendaraan bermotor. Dengan demikian pencapaian Indeks Kriminalitas pada tahun 2006 masih lebih tinggi dari target yang ditetapkan, yaitu terjadi penurunan Indeks Kriminalitas menjadi 98,00 dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 105,23 persen, lebih rendah dari target seharusnya sebesar 97,00 persen.

q. Indeks Korban Kejahatan

Kejahatan ditinjau dari segi hukum adalah perbuatan manusia yang melanggar atau bertentangan dengan apa yang ditentukan oleh kaidah hukum, tegasnya perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah hukum dan tidak memenuhi atau melawan perintah- perintah yang telah ditetapkan dalam kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat dimana yang bersangkutan bertempat tinggal. Pada tahun 2005, jumlah kejahatan di Jawa Timur adalah 26.559. Kemudian pada tahun 2006, jumlah kejahatan meningkat sebesar 0,82 persen menjadi 26.816 kasus. Dengan demikian pencapaian kinerja pada tahun 2006 sedikit lebih baik dari target kinerja yang ditetapkan bahwa jumlah kejahatan pada tahun itu meningkat 1,00 persen.

2.4 PRASARANA DAN SARANA WILAYAH

a. Prasarana Jalan  Pelanggaran Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan yang sedang bergerak dengan atau tanpa pengguna jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Korban Program TransisiIndikatif tahun 2009 24 yang jatuh dari sebuah peristiwa kecelakaan lalu lintas dapat dikategorikan sebagai mati, luka berat dan luka ringan. Kecelakaan disebut total apabila sampai menimbulkan korban jiwa. Pada tahun 2005, jumlah pelanggaran lalu lintas adalah 556.108 kejadian dengan jumlah korban sebanyak 2.789 orang. Kemudian pada tahun 2006, jumlah pelanggaran lalu lintas meningkat kembali sebesar 1,37 persen menjadi 563.709 kejadian dengan jumlah korban sebanyak 2.980 orang. Dari deretan data tersebut terlihat bahwa jumlah pelanggaran lalu lintas meningkat terus dari tahun ke tahun atau dengan kata lain tidak memenuhi target yang ditetapkan oleh pemerintah bahwa setiap tahun jumlah pelanggaran lalu lintas turun 2,00 persen.  Transportasi Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Pada umumnya infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan penyedia jasa. Oleh sebab itu pembangunan transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, andal, berkualitas dan aman. Hal itu didukung oleh terwujudnya jalan dan jembatan pada ruas jalan nasional dan propinsi yang memiliki daya dukung serta kapasitas memadai. Pada tahun 2005 tercapai kondisi jalan sepanjang 1.905,97 Km, pada tahun 2006 kondisi jalan sepanjang 1.867,56 km dan pada tahun 2007 tercapai kondisi jalan sepanjang 1.848,34 km. Sedangkan kondisi jembatan efektif pada tahun 2006 tercapai 45, 50 M serta tahun 2007 435,00 M. Kondisi jalan dan jembatan ditunjang pula dengan pembangunan sarana prasarana perkereta apian yang ditujukan untuk memperlancar perpindahan orangbarang secara massal, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong dan penggerak pembangunan nasional. Jeringan jalan rel yang beroperasi sepanjang Program TransisiIndikatif tahun 2009 25 986, 307 km terdiri dari lintasan raya 865,139 km dan lintasan cabang 121, 168 km.

b. Kualitas Air Sungai